Senyummu Mengalihkan Lelahku...#Hassaaahh

Pyuuuhhhhh...
Sedikit lelah hari ini. Ups mengeluh lagi. Plakkk...Tampar diri sendiri..#sadiss.
Subuh hrus bangun..meskipun mata masih berkantung. Meskipun bantal memeluk erat, meskipun kasur membelai lembut. Tetap. Harus bangun. Toleransi waktu, max 1 jam, hadeeehhh samo sajooo.  
Dimulai dg sholat subuh. Merendam pakaian ken, me, dan ayah ken. Disambi menyiapkan sarapan pagi untuk ayah ken. Karena disambi, jadi wara-wiri. Tak apa, 50 cm aja, kira-kira, tak masalah, tapi kalau berkali-kali, ckckckck. 
"Lalu sarapan buat ken mana muma?" 
Soryy ya honey, maapkan muma. Karena ke-lemotan diriku saat masak-memasak, alhasil kalau dipagi hari, ken hanya sarapan roti tawar di campur susu. Pernah juga bubur instan. Aduuhhh maapkan ya nak.
Sarapan selesai, waktunya memandikan ken.
"Lalu kapan donk aku mandi?". Jawab hatiku: "Kapan-kapan". Sungguh tak sempat.
Ayah berangkat. Ken sudah cakep. Lalu saatnya ken menikmati 'Sabu', Sarapan bubur.
Ken adalah tipikal anak yang tidak bisa diam. apalagi semenjak dia bisa jalan. MasyaAllah..em..em..emmm...tingkahnyaaa. Tak Apa. He'em..Sungguh tak apa. Diam berarti sedang lemas alias tak enak badan.
Karena ken tak bisa, ku putarkan lagu-lagu anak kesukaannya. Anteng didepan tipi. Kecuali lagu yang video klipnya berisi orang-orang bule...bbeeghhh langsung kabur tu anak. Kalau dia mulai bosan sedangkan sarapannya belum habis, aku mengajaknya berkeliling dengan sepeda 'tetet tetet toet'nya ken.
Selesai sarapan. 
Aku menyodorkan sekardus berisi mainan dihadapannya. Maksud hati agar dia sibuk sendiri. Dan diriku, kembali melanjutkan pekerjaan rumah tangga. Menjemur baju, ngisi perut, mempersiapkan bahan memasak menu untuk siang hari. Ya, ayah ken tak mau menikmati makanan dengan menu yang sama dalam satu hari. Hrmmmm...repoottt. Ada hikmah dibalik kerepotan ini, apa? aku yang dulunya tak bisa masak sama sekali, memegang ulekan pun tak pernah-karena lebih sering megang cangkul-What??!!!!-lewatkan, sekarang jadi sedikit pandai memasak. Sippp. Puji diri sendiri.
Sekali kali aku mengintip ken yang sedang sibuk dengan mainannya. Terkadang aku juga mengajaknya bermain petak umpet, meskpun sebentar tapi membuatkan tertawa girang. Atau saat dia mendengarkan lagu yang biasa kami dengarkan bersama sambil berjoget, maka ken akan menghampiriku. Aku paham. Aku pun mengikuti ajakannya untuk berjoget bernyanyi. Jadilah aku emak gokil. Tak apa, Demi Ken. Begitu saja, ken sudah bergoyang-goyang sambil tersenyum lebar. Ya.. Senyum, Senyum itu membuat tenagaku pulih, dan melanjutkan aktifitas masak memasak menu makan ken, ayah ken, dan aku. Sederhana. Tapi lumayan lah, daripada lumanyun kelaperan. 
1 jm setengah. selesai. Akhirnyaaaa. Ku temani ken bermain. hingga dia mengoap beberapa kali. Segera menina bobok ken. dan menina bobok diri sendiri, Hehehe..ikut molor. 
Sebelum ken bangun tdr, aku bergegas membersihkan rumah, dan dapur. Setelah itu, mandi, Akhirnyaaa....bau kecut itu hilang juga. bau siapa?itu. kamu. iya aku. Mandi, sholat dhuha, cieeee-pakek dhuha segala-iya donk,secara cuma ini yang bisa dilakukan untuk bantu suami menjemput rejeki dari Allah-Sipp, Jos.setelah itu, leyeh-leyeh, istirahat. Terkadang sebelum mandi ken sudah terbangun. Karena suara gaduh, digigit nyamuk, atau hidungnya buntu-Ken alergi debu.
Kalau Ken bangun sebelum tugasku selesai semua, rasanyaaaahhhhhhh, aarrrggghhhhh, pengen ngunyah gunung merapi berikut lahar panas dan dinginnya sekalian. Tapi semua itu sirna tatkala mendengar kata dari ken: "maaa...emmmaaahh". Rasanya seperti melayang di lembutnya awan, mendengar suara panggilan dari ken yang begitu manis. 
Segera kaki melangkah menghampiri ken di tempat tidur, ku buka pintu, ia mengerjapkan matanya, berguling, lalu tersenyum. Hadeeehhhhh rontoookkkkk semua lelah kesal dan letih. Fresh kembali. Luluh.
Itu baru kegiatan setengah hari, belum lagi aktifitas di siang hingga malam hari. Pyuuuhh pyuuuhh pyuuuhhh..pyuh?bukannya gitaris padi ya?-itukan piyu ini pyuuhhh-gimana sih yang baca-oke lanjuttt.
Mengeluh lagi...Plak plakk#sadis.
Tapi toh semua itu bisa dijalani, dilalui. Iya, tentu saja. Semua itu berkat izin Allah. Ya iyalah. Pliss Dehhh. Maksudhku, Izin Allah itu disalurkan lewat Senyum Manis Ken. 
Duuhhh..My little bro Ken, Senyummu Mengalihkan Lelahku.

 
 

Bangga jadi 'IRT' (Muma Ken)

Bangga jadi 'IRT'

IRT
Ibu Rumah Tangga
Saya adalah salah satu orang yang dulu pernah memandang sebelah mata jika ada seorang wanita yang apabila ditanya mengenai profesinya lalu ia menjawab: "ibu rumah tangga pak/bu/mbk". Apalagi kalau ada seorang wanita berpendidikan tinggi yang berprofesi hanya menjadi ibu rumah tangga, maka tak segan hati saya berkata : "ealaaahhh, IRT to". Dulu, saya berpendapat bahwa menjadi seorang ibu rumah tangga itu amatlah mudah. Tak perlu sekolah tinggi-tinggi, belajar mati-matian, untuk menjadi seorang ibu rumah tangga. Toh nanti telah tiba 'saat'nya untuk menjadi seorang istri lalu menjadi ibu, naluri keibuan akan muncul secara otomatis. Begitu kata orang tua dulu. Itu pendapat saya dulu.
Sekarang?. Begitu saya menjadi seorang istri, maka seketika itu juga rasanya saya ingin 'menampar pikiran' saya yang dulu pernah meremehkan tugas menjadi seorang istri. Ini baru menjadi seorang istri. Apalagi menjadi ibu?,. Ibu rumah tangga lagi.
Saya sangat berusaha menjadi istri yang 'sesungguhnya'. Memasak untuk suami, membersihkan rumah, dan melayani suami sebaik mungkin. Biasa, pengantin baruuu. Semangat saya begitu menggebu-gebu waktu itu. Sungguh. Bersih-bersih rumah adalah hal yang biasa bagi saya. Tapi kalau masak-memasak, no no no no. Pertama kali saya menggoreng ayam, tangan kiri memegang 'sutil' dan tangan kiri membawa tutup panci, sebagai antisipasi jika terdengar suara 'dos..dos' dari wajan. Bisa dikatakan waktu itu penampilan saya mirip orang yang mau perang. Hadeeehhh. Saya benar-benar kepayahan dalam hal masak-memasak. Dan sekarang Alhamdulillah, sudah tak membawa tutup panci, tapi menjauh beberapa meter saat menggoreng sesuatu yang bisa menimbulkan suara 'dos..dos' dari wajan. Lumayan laahhh.
Itu baru menjadi istri. Bagaimana menjadi ibu?.
Alhamdulillah, 1 thn pernikahan, kami dipercaya untuk menjaga seorang bayi laki-laki yang kami beri nama 'Ken'.
Pertama kali bertemu ken, sempat mampir dipikiran saya, "aduuuhhh...mau diapain ni anak". Sungguh saya tidak tahu harus berbuat apa saat itu. Karna saya tak pernah memegang bayi sampai saat itu. Takut kenapa-kenapa. Dan tiba-tiba saja di samping saya, tertidur seorang malaikat kecil. Saya berpikir tentang banyak hal saat itu. Bagaimana cara menyusui yang benar, ganti popok, cara menggendong yang benar, memandikan, dan segala yang berkaitan dengan si baby. Yaa meskipun saat itu sudah ada mertua yang setia mendampingi, tapi tetap saja pikiran-pikiran itu menghantui. Bahkan saya sempat merasa jijik melihat kotoran bayi saya sendiri. mengingat itu, rasanya saya ingin menampar diri sendiri (Ketepok).
Dan alhamdulillah lagi, dua bulan kemudian tepatnya sebulan setelah kami memutuskan kembali ke rumah kami (saya dan suami), saya benar-benar bisa 'ngeramut' si kecil sendiri. Untuk hal ini, saya sangat berterima kasih kepada suami atas bimbingan dan kesabarannya dalam mengajari saya merawat si kecil. Sungguh butuh kerja keras yang luar biasa. Selain membutuhkan ketelatenan, kehati-hatian, kesabaran, juga harus banyak belajar. Disela-sela waktu, saya sempatkan banyak membaca buku atau artikel tentang merawat bayi, menjaga kesehatan bayi, stimulus yang harus diberikan untuk si kecil, dan lain sebagainya. Saya juga banyak sharing-sharing dengan kawan-kawan yang sudah jadi 'emak-emak'. Bagi saya segala informasi yang berkaitan dengan bayi, amatlah penting untuk diketahui. Disamping itu saya juga tidak mau menjadi seorang ibu yang 'buta'.
Intinya, saya berusaha untuk menjadi ibu 'sesungguhnya'. Susah memang. Susah sekali. Mengorbankan waktu untuk diri sendiri, dan mengorbankan keinginan untuk mengaktualisasi diri. Selain itu saya harus menjaga stamina, menjaga hati dan pikiran agar tetap stabil. Agar tidak ada yang terbengkalai baik keperluan suami dan terutama si kecil Ken.
Butuh Kerja Keras.
Oleh sebab itu, teruntuk para wanita yang berprofesi Ibu Rumah Tangga, jangan tertunduk, jangan bersuara lirih lagi, jika ada yang bertanya tentang profesi. Jawablah dengan lantang, bahwa :" Saya adalah Seorang Ibu Rumah Tangga". Jika ada yang melirik remeh atau bergumam yang tak mengenakkan hati, katakan saja pada mereka : "MASBULOH..Masalah buat Lohhh..."

Ber-'unyeng-unyeng' atau user-user dua

My Little star ken suka sekali yang namanya jalan-jalan naek motor. Kalau sudah naek motor, dia suka membuka telapak tangannya lebar-lebar seraya dibentangkan. Senang merasakan angin yang menerpa kulit telapak tangannya. dia pun tidak mau mengenakan topi. Ken lebih suka membiarkan rambutnya disapu angin hingga berkibar 'kiwir-kiwir'.
Kami, ken, ayah ken, dan aku, biasanya suka nongkrong di taman kota, alun-alun, taman kecil di pasar buah, dan nongkrong di warung kopi langganan ayah.
Nah di tempat-tempat tersebut tak jarang kami bertemu dengan beberapa orang yang kami kenal. Dan yang pertama kali mereka lakukan saat melihat ken adalah menjiwitt pipinya (duuhh kasian my little star). Setelah menjiwit, mereka menggendong ken. Atau mengikuti ken berlarian kesana kemari. Tak lama kemudian, saat mereka mengetahui ken beruseran dua, mereka sontak berkata:
"wah user-userannya dua" atau ada lagi yang berkomentar seperti ini "unyeng-unyenge loro rek, pinter nggolek iwak" atau "user-useran dua, banyak tingkahnya, kudu kuat ni bpk m ibuknya".
Ken memang memiliki useran atau unyeng-unyeng dua. Sama denganku. Namun sama sekali tak pernah terpikir olehku akan komentar-komentar orang mengenai user-useran anakku.
Setelah bertanya pada suami, ternyata kalau di sini (Jawa Timur), mitosnya itu, kalau anak ber-user-useran dua itu nakal atau pinter mancing ikan.
Heeemmmm...itulah budaya.
Mungkin bukan nakal ya, tapi lebih banyak tingkah. Bagiku tak masalah, dan memang di usia balita, anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga membuat dia lebih banyak tingkah demi menjawab keingintahuannya itu. Tak peduli, balita tersebut beruseran satu, dua, tiga, empat, lima, enam....atau sepuluh (ehh ada gk ya sebanyak itu???!!!). Yang susah menurutku memiliki anak yang beruseran dua adalah menata rambutnya.
Sudah itu saja.

Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

Tips Lancar Berpuasa di Bulan Ramadan bagi Penderita Sesak Nafas

 Assalamu’alaikum, Dear, Mombeb. Apa kabar? Aku do’akan semoga kamu selalu dalam kondisi sehat dan bahagia aamiin ya robbal’alamiin. Doa...