Silaturahmi Berbuah Dua Garis Merah

Satu bulan setelah akad nikah. Saya telat datang bulan. Saya test, dan saya hamil. Senang sekaligus bersyukur. Begitu menikah saya sudah dititipkan janin oleh Allah SWT.

Sayangnya, titipan itu tak bertahan lama. 2 bulan kemudian, saya harus dikuret. Karena terjadi pendarahan terus menerus. Sedih sekali. Saking sedihnya, saya mengurung diri di rumah. Menghindar dari mendengar ucapan orang-orang yang menyatakan bahwa mereka turut bersedih atas apa yang saya alami. Kenapa menghindar? Karena ucapan-ucapan tersebut tidak berpengaruh apa-apa buat saya, malah membuat saya lebih down. Mungkin orang-orang mengucapkan perasaan simpati mereka dengan penuh ketulusan. Tapi entah kenapa, saat itu saya tidak bisa berpikir jernih.

Satu bulan setelah kuret, saya mulai bangkit. Tentu saja dengan dukungan penuh dari suami serta keluarga. Saya mulai rajin minum vitamin untuk menyuburkan kandungan dan mempersiapkan rahim agar segera bisa ditempati si calon buah hati lagi. Berusaha dan tak pernah berhenti berdo’a. Mengharapkan Allah segera memberikan kepercayaan lagi kepada kami, saya dan suami.

Satu bulan berlalu. Bulan itu masih datang. Dua bulan berlalu bulan itu juga masih hadir malah tepat pada waktunya.

Nah pada bulan kedua, tepatnya tanggal 12 Februari 2012. Saya pergi silaturahmi ke rumah salah satu kawan semasa kuliah. Sekaligus reuni temen-temen satu kontrakan dulu. Waktu itu ada kawan saya yang tengah hamil. Hal ini sempat membuat nuansa hati saya berubah suram. Saya berpikir mungkin jika saya tidak keguguran, kehamilan saya akan sama dengan kawan saya itu. Namun saya berusaha untuk tetap terlihat menikmati acara silaturrahmi tersebut. Menahan tangis sekuat tenaga.

Kami saling berbagi cerita dan canda tawa tentunya. Dan tibalah giliran saya yang bercerita, kawan-kawan serius menyimak. Lalu cerita saya tersebut diakhiri dengan do'a agar saya cepat hamil lagi.
Dan alhamdulillah
Terkabul.

Satu bulan setelah acara silaturrahmi plus reuni tersebut, saya dapat dua garis merah, yang berarti saya hamil. Saya pun segera salto.Ups. Maksud saya segera mengabarkan kabar gembira ini ke keluarga dan kawan-kawan tercinta. Do'apun terucap dari mereka semua. Alhamdulillah kehamilan saya yang kedua berjalan lancar. Hingga tepat di tanggal 12 Nopember 2012 lahirlah putra pertama saya, Ken Al Fatih. Alhamdulillah wa Syukurillah. : )




"Karena Hp Bapak, Membuat aku tahu yang seharusnya tak boleh ku tahu"

Sumber

Lebaran kemarin saya mudik ke Bali. Cukup lama sekitar 25 hari. Tertunda karena my mom terkena musibah. Kakinya terkilir yang membuatnya tak dapat berjalan.
Terkilir sehabis ngajar di sekolah.
Usia ibuk yang sudah cukup tua membuatnya sedikit ceroboh. Sering terjatuh. Meskipun begitu ia masih begitu semangat mengajar murid-muridnya.
Yak, ibuk saya ini adalah seorang guru SD. Ditugaskan kepala sekolah untuk mengajar siswa kelas 1 dan 2.
Saya pernah beberapa kali ikut ibuk ke sekolah. Sering saya jumpai murid-murid ibuk yang masih sering ngompol, atau yang mogok nulis, atau yang nggak boleh jauh sama emaknya alhasil emaknya ikut duduk di dalam kelas, atau yang sukanya tiduran di lantai, bahkan ada juga yang masih bawa botol 'dot' susu.
Kalau saya jadi ibuk, mungkin udah kabur.
Tingkah pola murid-murid, terutama murid kelas 1 SD, benar-benar menguji kesabaran, ketelatenan.
Begitulah sekilas info tentang murid-murid ibuk saya.
Yang akan saya bahas di sini adalah cerita ibuk saya.
Saat istirahat, ibuk jarang sekali berada di kantor. Ia menghabiskan waktu istirahatnya di dalam kelas, karena murid-muridnya butuh pengawasan ekstra. Atau terkadang juga ia duduk-duduk di kantin sekolah. Lagi-lagi untuk mengawasi murid-murid.
Kali ini cerita ibu begitu mengejutkan saya. Beliau berkata : "tadi mbak, waktu ibuk di kantin, ibuk denger si 'anu', salah satu murid ibuk di kelas 2 mbak, bicara jorok, horno-horno gitu, langsung aja ibuk panggil, ibuk tanya, tau horno-horno itu dari mana, dari siapa?"
"Trus jawabannya gimana buk?" tanyaku antusias
"dari hp bapaknya"
"trus gimana buk?"
"ya besok bapaknya ibuk suruh ke sekolah"
"iya buk, perlu ditindaklanjuti sesegera mungkin buk"
Me, ibuk tercinta, sepupu. 


Di sekolah sudah full pengawasan, malah di rumah kecolongan.Saya terkejut betul mendengar cerita ibuk.
Andai saja hal itu luput dari pengawasan ibuk saya selaku guru si anak. Andai saja si orang tua, terutama si bapak pemilik hp, tidak peduli dengan akibat yang akan dialami anaknya yang mungkin saja, kelak dapat berpengaruh ke masa depan si anak. Atau bahkan si bapak tidak menggubris surat panggilan dari sekolah. Bagaimana jadinya si anak tadi. Dia masih begitu murni untuk dimasuki hal-hal yang seharusnya tidak boleh ia ketahui.Anak seusia itu, seharusnya bermain, belajar.
Anak kecil yang menonton video P*rn* akan berakibat fatal. Menurut Mark B Kastleman, psikolog khusus penanganan bagi korban pornografi:
• Anak dan remaja memiliki mental model porno atau perpustakaan porno yang bisa diakses kapan saja dan di mana saja
• Menyebakan kerusakan otak permanen: Visual Crack Cocain/Erototoksin)
• Anak yang belum baligh bisa menjadi pecandu pornografi seumur hidup sehingga iman akan rusak dan terkikis.
• 5 bagian otak bisa rusak : Orbito frontal midfrontal, Insula hippocampus temporal, Nucleus accumbers patumen, Cingalute dan Cerebellum.

Memang benar bahwasanya rumah, sekolah, dan lingkungan menentukan masa depan anak. Ke tiga faktor tersebut harus saling bekerja sama dalam mewujudkan generasi penerus bangsa yang tidak hanya pandai, tapi juga bermoral.


Sumber referensi :
http://posyandu.org/penegakan-hukum-a-keadilan-bagi-anak-indonesia-terhadap-peredaran-materi-pornografi-ariel-peterpan.html

Sekolah Hutan, Sekolah Pantai, Sekolah Gunung, adalah Sekolah-sekolah Impian Saya

Sekilas tentang sekolah saya.
Saya bersekolah di Madrasah aliyah negeri darul ulum rejoso peterongan jombang. Sekolah plus mondok. Kata bapak :”Ilmu umum dapet, ilmu agama juga dapet”. Ini adalah sekolah saya yang jaraknya paling jauh dari rumah. Butuh waktu kurang lebih 10 jam dengan naik bis malam untuk mencapai rumah saya yang terletak di Negara Jembrana Bali.
Banyak hal yang saya peroleh dari ‘sekolah merantau’ ini. Para guru yang menyenangkan membuat saya menguasai beberapa materi ilmu umum dan agama. Selain itu, aya juga banyak kawan. Kawan dari berbagai daerah di Indonesia. Hal ini menambah pengetahuan saya tentang berbagai bahasa daerah, tingkah pola, tradisi, juga tempat wisata khususnya di sekitar jawa timur. Saya sering diajak kawan-kawan kalau mereka pulang kampung. Lumayan dapat pemandu wisata gratis, tempat tinggal gratis, makan gratis, dan jalan-jalan gratis. Alhamdulillah. Dan yang paling utama saya lebih mandiri. Mengatasi masalah sendiri. Baik masalah mengatur uang bulanan dari orang tua. Masalah dengan sesama teman, dan lain sebagainya.
Setelah lulus, saya ingin merantau lagi ke Jakarta. Ingin lanjut ke bidang seni. Tapi kata bapak saya :
“jurusan IPA koq mau ke Seni, nih liat nilai rapor kamu, MTK Fisika Kimia semuanya bagus-bagus, lagipula jauh, jawa timur saja sudah jauhnya kayak gitu, apalagi jakarta, bagaimana bapak bisa nyambangi kamu (mengunjungi)”.
Okelah, akhirnya saya ikut saran bapak untuk masuk jurusan MTK di salah satu PTN di Jawa Timur.
Keputusan bapak tentunya membawa efek samping buat saya. Saya rajin kuliah dan saya paham dengan materi kuliah. Tapi itu semua hanya sekedar saja. Tidak ada niat untuk mengeksplorasi ilmu MTK lebih dalam. Alhasil IPK saya pun hanya cukup di kata “memuaskan”.



Berbekal dengan pengalaman saya tersebut. Saya bermimpi untuk memiliki atau adalah sekolah di daerah-daerah yang menjadi tempat anak-anak di daerah tersebut untuk mengembangkan minat dan bakatnya.
Misalnya. Sekolah Pantai, Siswa-siswanya ya anak-anak yang tinggal di sekitar pantai. Di sekolah tersebut, akan ditanamkan mengenai cinta kepada lingkungan tempat tinggal mereka, mengenai akhlak yang baik dan beberapa hal dasar lainnya. Ini untuk pendidikan anak usia dini. Selanjutnya sekolah akan memetakan bakat dan minat para siswa. Siswa yang berbakat di bidang tata boga akan dibantu dan diarahkan untuk membuat inovasi-inovasi masakan dengan cita rasa lokal hingga internasional. Lalu siswa yang berbakat di bidang sains, akan dibantu dan diarahkan untuk menemukan ide-ide kreatif yang bersumber pada pengetahuan yang mereka pelajari. Yang mana ide kreatif tersebut dapat digunakan untuk para warga. Seperti membuat alat untuk mengubah air asin menjadi air bersih. Tentunya alat tersebut dapat terwujud dengan bantuan siswa yang berbakat di bidang teknisi. Kemudian yang suka main air, akan diarahkan untuk menjadi atlet renang, surfer atau polisi pantai yang bertugas menjaga pantai berikut dengan kelestarian di dalam pantai tersebut. Seperti makhluk hidup, juga terumbu-terumbu karang. Jadi tidak ada lagi nelayan yang menggunakan bom ikan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, tidak ada lagi yang merusak mencuri terumbu karang dan lain sebagainya.
Sumber

Siswa yang berminat di bidang kesehatan, akan diberikan ilmu seputar kesehatan. Sehingga siswa tersebut akan membantu mengkampanyekan hidup sehat dan bersih. Dan apabila sudah jadi ahli mereka dapat membantu ibu-ibu yang melahirkan, nelayan yang terluka, dan anak-anak kecil yang demam atau diare. Paling tidak, mereka bisa melakukan tindakan awal penyelamatan. Siswa yang berbakat di bidang seni, akan dibantu dan diarahkan untuk menghasilkan karya-karya seni luar biasa. Siswa yang pandai di bidang bahasa, ilmu komunikasi, dan sosial, akan dibantu mengembangkan keahliannya. Sehingga apabila mereka sudah menjadi ahli nanti, dapat membantu pemerintah daerah untuk mempromosikan wisata di tempat tinggal mereka. Siswa yang suka IT, akan dibimbing untuk mengetahui lebih dalam tentang IT. Jika sudah ahli nanti, dapat bekerja sama dengan siswa ahli komunikasi, bahasa, dan ilmu sosial dalam rangka mempromosikan wisata pantai yang berlokasi di tempat tinggal mereka hingga ke manca negara. Dengan begitu, daerah tersebut akan maju dalam segi ekonomi. Di susul dengan pendidikan dan kesehatan. Tanpa menunggu, mengharap-harap bantuan ini itu dari pemerintah pusat. Lebih mandiri.
Intinya adalah, Sekolah yang beradaptasi dengan Karakteristik Lingkungan. Sekolah tahu apa yang paling dibutuhkan lingkungan tersebut, dan bagaimana memajukan lingkungan tersebut. Baik dari segi ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Sehingga berdasarkan hal itulah, para siswa akan dididik, dibimbing, diarahkan. 

Sumber
Andai saja sekolah itu benar –benar ada, tak hanya sekolah pantai, sekolah hutan, sekolah sawah, sekolah kebun, dan lain sebagainya. Mungkin Indonesia akan memiliki ratusan anak muda yang ahli dibidangnya, yang berkomitmen untuk memajukan tempat tinggalnya, dan bertanggung jawab untuk menjaga kelestarian lingkungan tempat tinggalnya. Luar biasa.
Itu mimpi saya. Juga suami (Setelah saya provokasi). Dan saat ini menjadi misi keluarga saya. Siapa saja yang membaca tulisan saya ini, saya mohon bantuan do’anya. Semoga Allah mewujudkan mimpi saya untuk kemajuan bangsa indonesia ini. Entah mimpi itu, nantinya, diwujudkan oleh Allah melalui perantara saya, pemerintah, atau para pembaca. Siapa saja. Demi Indonesia yang Lebih Baik. Semangaaatttttt !!!.
  
 Terima kasih kepada mak Arin Murtiyarini, yang sudah membuat tema GA yang begitu menarik. 





Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

About Me

Halo Assalamu'alaikum, Aku Inda, guru tk. Aku  ibu dari dua bocil, ken dan yumna, yang suka menulis, suka kulineran, jalan-jalan...