Online Shop Bukan Sekedar Tempat Berbelanja


Sumber


Siapa yang tidak tau dengan online shop?. Tua, muda. Pria, wanita. Semuanya kenal dengan tempat berbelanja online ini.

Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin meningkat, manusia disajikan dengan kemudahan-kemudahan dalam melakukan aktivitasnya. Salah satunya adalah aktivitas berbelanja.

Kehadiran online shop sendiri bermula dari Pizza Hut yang menawarkan pembelian online di webnya pada 1994, yang kemudian disusul Amazon yang mulai menjual buku online pada 1995. Setelah itu, sistem belanja online tak lagi mengalami evolusi, tetapi revolusi, karena demikian cepatnya belanja online, yang kini disebut e-commerce, itu menjadi alternatif masyarakat dunia untuk bertransaksi.

Jadi saat ini kita tidak perlu berpanas-panas ria, dilanda suntuk karena macet, kaki pegal karena berburu harga murah, atau hati lelah karena tak kunjung memperoleh barang yang diinginkan. Tidak. Kita tidak perlu merasakan itu lagi. Kita tinggal duduk manis. Bisa sambil denger musik. Ditambah camilan juga boleh. Trus pantengin layar smartphone. Klik klik klik. Kita langsung bisa berbelanja deh. Selain menghemat tenaga, terkadang kita juga bisa mendapatkan harga murah alias diskon loh. Wow wow wow.

Itu baru sedikit keuntungan yang dapat kita peroleh dari online shop. Masih ada banyak keuntungan lain dari hadirnya online shop. Apa saja itu ?.

Online shop bisa dijadikan sebagai tempat berjualan. Selain dapat menghemat biaya pemasaran. Juga bisa menghemat tenaga dan waktu. Mudah, hemat, untung.


Online shop bisa dijadikan sebagai referensi baik dari segi desain produk, produk terupdate, inovasi, maupun dari segi harga. Misalnya, kita ingin menghadiri undangan pernikahan mantan. Tentunya kita ingin berpenampilan maksimal donk. Lebih kinclonglah yah. Nah kita perlu update fashion, salah satunya adalah dengan cara mengintip-intip fashion di online shop. Jika sudah ketemu fashion terupdate dan yang sesuai dengan selera, kita bisa meluncur ke pusat perbelanjaan terdekat. Namun jika di pusat perbelanjaan tidak ada barang yang kita inginkan. Solusinya adalah balik lagi ke online shop.

Selanjutnya, online shop bisa dijadikan sebagai sumber informasi. Biasanya produk-produk yang dijual di online shop tidak hanya memberikan informasi seputar harga dari produk tersebut. Online shop juga memberikan informasi berupa spesifikasi produk, review, testimoni, dan lain sebagainya. Hal ini membuat pembeli tak hanya sekedar membeli barang yang diinginkan, akan tetapi ia tau betul dengan barang tersebut.

Apakah online shop bisa jadi pundi-pundi untuk pembeli?. Tentu. Terkadang pada event-event tertentu atau promo suatu produk, online shop akan memberikan diskon besar-besaran. Hal ini dapat dimanfaatkan para pembeli dengan menjual lagi barang tersebut dengan harga yang berlaku pada umumnya. Atau jika si pembeli sudah menjadi member dari online shop tersebut, tentunya ia akan mendapatkan harga khusus. Atau ada juga online shop yang layaknya grosiran. Beli 2 gratis semua *andaisaja....*. Maksudnya beli 2 gratis 1 atau ada juga beli 1 gratis 1. Nah si pembeli bisa menawarkan barang tersebut ke lingkungan sekitarnya. Cukup mencari pembeli 2 orang saja, amak si pembeli utama akan mendapatkan barang yang diinginkan secara cuma-cuma. Cuma-Cuma booookk.

Ada lagikah?. Ada donk.
Online shop bisa dijadikan sebagai sarana pertemanan. Sebelum membeli tentunya pembeli akan melakukan komunikasi intensif kepada si penjual hingga barang yang mereka pesan tiba di tangan. Apabila si pembeli melakukan transaksi lebih dari 2 kali, tidak menutup kemungkinan tali pertemanan pun akan terjalin dengan sendirinya kepada si penjual. Dan untuk si penjual sendiri tentu saja dapat memperluas jaringan bisnisnya.

Online shop bisa juga dijadikan sebagai hiburan untuk jiwa, juga mata. Cuci mata murah meriah. Mungkin lagi dilanda bosan di kantor. Suntuk karena macet. Atau sedang kedatangan Andy Lau, antara dilema dan galau. Semua itu bisa hilang dengan cara menengok halaman online shop.  Ting.

Nah itu dia keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari hadirnya online shop dalam hidup kita. Online shop bukan sekedar tempat berbelanja. Online shop bukan hanya memberi kemudahan. Tetapi menghadirkan berjuta keuntungan.



Referensi


Menjadi Istri yang Baik ditengah Emansipasi Wanita

Kawin cerai, kawin cerai. Dua kata itu sudah sangat familiar di telinga. Sudah menjadi hal yang biasa. Bahkan di kalangan para artis hal ini sudah menjadi tren tersendiri. Baru beberapa bulan menikah, bulan berikutnya sudah tersiar kabar akan menggugat cerai sang suami.

Alasan yang biasa mereka (artis yang akan bercerai) katakan pada saat konferensi pers tak lain dikarenakan masalah ketidakcocokan atau sudah tidak sejalan dalam hal visi dan misi atau memang sepakat untuk berpisah (nah loh?). Namun Marini Soerjosoemarno, sebagai salah satu artis tahun 70an yang pernah mengalami kawin cerai, menambahkan, bahwa masalah ekonomi sering menjadi pemicu pula. Mungkin karena pendapatan artis biasanya lebih tinggi dari suaminya, sehingga ia merasa bisa lebih berpenghasilan.

Ya, faktor ekonomi merupakan salah satu pemicu dari perceraian. Tak hanya dikalangan artis, di masyarakat pun terjadi hal yang demikian. Penghasilan istri yang lebih tinggi dari suami, berpeluang memunculkan sikap arogansi pada istri. Sikap arogansi tersebut selanjutnya akan menimbulkan perasaan tak nyaman pada suami. Suami mulai merasa direndahkan, diremehkan, bahkan tidak lagi dianggap sebagai suami yang merupakan imam dalam keluarga. Tentunya hal itu akan memancing pertengkaran yang lambat laun akan berakhir di sebuah meja persidangan.

Zaman dahulu, seorang isteri hanya memiliki  peran di rumah, seperti  memasak, mengasuh anak, dan lain-lain., sedangkan peran suami  adalah bekerja dan mencari nafkah untuk keluarga. Namun seiring berjalannya waktu, di tengah gandrungnya emansipasi wanita, peran istri telah berubah. Ia tak hanya berkutat dengan aktivitas rumah tangga, melainkan ia juga bersosialisasi, dan berkarir, bekerja untuk membantu ekonomi keluarga.

Islam, sebagai salah satu agama di Indonesia, memiliki pandangan sendiri terhadap peran seorang istri yang tak lagi hanya menjadi ‘penunggu’ rumah saja. Islam membolehkan seorang istri bekerja dengan alasan rumah tangga memerlukan kebutuhan pokok yang mengharuskan ia bekerja (Q.S. Al Qoshosh: 23-24) dan tenaga wanita tersebut dibutuhkan oleh masyarakat, dan perkerjaan tersebut tidak bisa dilakukan oleh laki-laki (HR. Muslim 12/188) .

Disamping itu sejarah mencatat, bahwasanya Rasulullah SAW punya seorang isteri yang tidak hanya berdiam diri serta bersembunyi di dalam kamarnya. Sebaliknya, dia adalah seorang wanita yang aktif dalam dunia bisnis. Bahkan sebelum beliau menikahinya, beliau pernah menjalin kerjasama bisnis ke negeri Syam. Setelah menikahinya, tidak berarti isterinya itu berhenti dari aktifitasnya.

Bahkan harta hasil jerih payah bisnis Khadijah ra itu amat banyak menunjang dakwah di masa awal. Di masa itu, belum ada sumber-sumber dana penunjang dakwah yang bisa diandalkan. Satu-satunya adalah dari kocek seorang donatur setia yaitu isterinya yang pebisnis kondang.

Tentu tidak bisa dibayangkan kalau sebagai pebisnis, sosok Khadijah adalah tipe wanita rumahan yang tidak tahu dunia luar. Sebab bila demikian, bagaimana dia bisa menjalankan bisnisnya itu dengan baik, sementara dia tidak punya akses informasi sedikit pun di balik tembok rumahnya.

Di sini kita bisa paham bahwa seorang isteri nabi sekalipun punya kesempatan untuk keluar rumah mengurus bisnisnya. Bahkan meski telah memiliki anak sekalipun, sebab sejarah mencatat bahwa Khadijah ra. dikaruniai beberapa orang anak dari Rasulullah SAW.

Akan tetapi, meskipun Siti Khadijah adalah seorang wanita karir yang hebat, namun ia tetap menjalankan kewajibannya sebagai istri yakni melayani suami.
Diriwayatkan dalam hadits shahih, dari Abu Hurairah r.a., dia berkata :”Jibril datang kepada Nabi SAW, lalu berkata :”Wahai, Rasulullah, ini Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah, makanan atau minuman. Apabila dia datang kepadamu, sampaikan kepadanya salam dari Tuhan-nya dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di syurga, (terbuat) dari mutiara yang tiada suara ribut di dalamnya dan tiada kepayahan.” [Shahih Bukhari, Bab Perkawinan Nabi SAW dengan Khadijah dan Keutamaannya, 1/539]

Selain itu, siti khadijah juga tak segan, tak ragu untuk selalu memberi dukungan kepada Nabi tatkala beliau diingkari, dicemooh, dan difitnah oleh umat manusia saat itu.
Khadijah r.a. berkata :”Gembiralah dan teguhlah, wahai, putera pamanku. Demi Allah yang menguasai nyawaku, sungguh aku berharap engkau menjadi Nabi umat ini.”
Nabi SAW tidak mendapatkan darinya, kecuali peneguhan bagi hatinya, penggembiraan bagi dirinya dan dukungan bagi urusannya. Nabi SAW tidak pernah mendapatkan darinya sesuatu yang menyedihkan, baik berupa penolakan, pendustaan, ejekan terhadapnya atau penghindaran darinya. Akan tetapi Khadijah melapangkan dadanya, melenyapkan kesedihan, mendinginkan hati dan meringankan urusannya.

Pernikahan Rosulullah dan siti khadijah seharusnya menjadi tauladan para wanita saat ini. Para wanita karir yang menjadikan perbedaan financial sebagai alasan pemicu pertengkaran hingga perceraian seharusnya melihat sosok siti khadijah. Penghasilan beliau yang tentu saja lebih tinggi dari nabi tidak membuat siti khadijah bersikap arogan. Ia tetap memposisikan Muhammad Saw sebagai suami,  imam dalam keluarga dan juga Nabi dari Umat Islam.

Rasulullah SAW bersabda :”Khadijah beriman kepadaku ketika orang-orang mengingkari. Dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan. Dan dia memberikan hartanya kepadaku ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa. Allah mengaruniai aku anak darinya dan mengharamkan bagiku anak dari selain dia.” [HR. Imam Ahmad dalam “Musnad”-nya, 6/118]




Referensi :
http://kehidupannabimuhammadsaw.wordpress.com/2010/07/01/kisah-cinta-diantara-siti-khadijah-ra-dengan-nabi-muhammad-saw/

Ibu

Buk.
Apakah seperti ini yang engkau rasakan saat mengandungku dulu?
Mual menghantui di awal semester dan langkah terasa begitu berat saat tiba di akhir semester. Begitukah ibu ?

Apakah seperti ini yang kau rasakan saat dicekam kontraksi ?. Tulang belakang terasa ngilu luar biasa. Perut dipluntir-pluntir. Sakitnya na’udzubillah. Hingga akhirnya suami menyerah dan memilih tindakan caesar. Karena tak tega melihat kondisiku yang pontang panting kesakitan.
Lalu bagaimana denganmu ibu, yang melahirkanku dengan bobot 4.2 kg secara normal?.. Sedangkan aku, melahirkan normal bayi berbobot 4 kg saja tak mampu.
Kau sungguh luar biasa ibu.

Ibu, aku ingat, kau pernah membagikan kiat suksesmu dalam menghadapi proses melahirkan. Salah satunya dengan mengkonsumsi kuning telur ayam kampung mentah. Dicampur dengan beberapa tetes jeruk nipis.
Aku melakukan itu ibu. Dan rasanya sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Saat kuning telur itu bersiap terjun ke tenggorokan, saat itu pula terjadi penolakan. Dan akhirnya semuanya keluar.
Sementara kau ibu, berkali-kali minum ramuan yang alakazam itu, demi sukses melahirkanku.
Ibu kau sungguh luar biasa.

Ibu kau pernah bercerita kepadaku tentang pertama kalinya aku masuk rumah sakit dikarenakan demam tinggi hingga step. Dan dokter pun sempat memvonis usiaku tak lama lagi. Aku tak berani membayangkan bagaimana perasaanmu saat itu ibu.
Sementara aku, saat si kecil terserang sariawan saja sudah membuat hatiku porak poranda. Melihatnya menangis setiap hendak menyusu.
Kau sungguh luar biasa ibu.

Ibu, kau juga pernah bercerita padaku saat bapak pergi merantau. Katamu, waktu itu aku dan adikku masih kecil. Namun karena kondisi ekonomi saat itu belum begitu baik, jadi kau mengikhlaskan bapak merantau. Kau mengambil alih semua peran. Kau menjaga, membimbing, merawat, dan melindungiku juga adikku.

Sementara aku, ditinggal suami barang 7 hari saja sudah membuatku mengharu biru.
Ibu kau sungguh luar biasa.

Ibu, kau memang telah mengikhlaskan bapak pergi merantau untuk memperbaiki ekonomi keluarga. Namun hal itu tentu saja tak semerta-merta dapat terjadi. Begitu bapak merantau, maka seketika itu pula ekonomi keluarga akan membaik. Katamu, ternyata tidak demikian. Di luar prediksi. Gaji bapak hanya cukup untuk memenuhi kebutuhannya di tanah rantau, mungkin adalah sedikit yang bisa bapak bagi kepada ibu. Dan tentu saja tidak cukup memenuhi kebutuhan kami.
Jadi kau pun mulai membuat es lilin yang dititipkan di sekolah-sekolah. Kau juga membuat beberapa bungkus nasi kuning yang juga engkau titipkan di kantin-kantin sekolah dan sore harinya kau akan mengajar ngaji di rumah. Ya, ibu membuka semacam TPQ sederhana di rumah, dengan maksud bisa sambil menjagaku dan adikku.    
Ibu, demi membeli susu, demi gizi kami, kau melakukan hal demikian. Seperti tak ada lelah, setiap hari kau melakukan aktivitas itu. Tak ada keluh kesah.
Ibu kau sungguh luar biasa

Ibu setiap kali aku mendengarkan engkau berkisah tentang pengalamanmu saat membesarkanku juga adikku, seketika itu pula rasa kagum menjalariku. Dan saat ini, saat aku juga telah menjadi seorang ibu, kisah-kisahmu menjadi teladanku. Kisah-kisahmu membuatku begitu takjub akan ketangguhanmu, kesabaranmu, kehebatanmu dalam membesarkanku juga adikku. Sayangmu yang teramat dalam kepada kami, membuatmu memampukan diri, menguatkan hati, menaklukan ego, meredam rasa sakit. Semua itu kau lakukan demi anak-anakmu.

Melihat apa yang telah para ibu lakukan untuk anak-anaknya. Pantas saja Nabi amat memuliakan kedudukan seorang ibu. Sebagaimana dikemukakan dalam sebuah hadits,

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ



Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.'” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)

Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

About Me

Halo Assalamu'alaikum, Aku Inda, guru tk. Aku  ibu dari dua bocil, ken dan yumna, yang suka menulis, suka kulineran, jalan-jalan...