Terlambat Bicara Bukan Berarti Nggak Bisa Bicara

Orang mah kadang suka asal kalau ngasih pendapat. Si Anu begini Si Itu begitu, tanpa tahu atau kenal betul dengan si anu atau si itu. Asal nyeplos aja. Kalau menghadapi orang model gitu memang butuh kesabaran extra. Soalnya kata-katanya itu looohh, bikin hati geremet geremet.

Iya, aku pernah bertemu dengan orang yang seperti itu dan perkataannya berhasil bikin aku pengen makan pete banyak banyak trus aku kasih orang itu jurus maut nafas nagaku, HAH HAH HAAAAHHHHH. Biar nyahok. Gimana nggak kezel, la wong si ken dibilang bisu, nggak bisa bisa ngomong. Hadeehhhh.

Sebagai emak penegak kebenaran *dengan kekuatan bulan akan menghukummu, aku berusaha menjelaskan kepada orang orang tersebut bahwa si ken tidak demikian, bukan tidak bisa ngomong, atau bisu. Si ken cuma terlambat bicara karena dia adalah tipe anak kinestetik.

Secara umum, ciri-ciri tipe pembelajar kinestetik itu seperti ini nih :
Suka menyentuh, merasakan, dan memegang sesuatu.
Rentang perhatian pendek.
Menyukai kegiatan yang membuatnya terus bergerak dan bekerja.
Lebih memilih untuk menunjukkan daripada menjelaskan sesuatu.
Mereka dapat mempelajari sesuatu dengan tangan secara lebih baik, suka mencoba segala sesuatu sendiri.

Kalau dilihat di point kedua, itulah salah satu alasannya mengapa si ken yang merupakan anak kinestetik terlambat bicara. Bukan karena emaknye kagak pernah ngajak ngobrol nih ?. Ow ow ow, tentu saja tidak. Mungkin kalau mulutku ini mesin, udah protol segala bautnya, saking seringnya berusaha ngajak si ken ngobrol, nyanyi, bacain cerita, menjelaskan ini itu saat jalan jalan, nonton tv, dan lain sebagainya. Tapi ya gitu, begitu buku cerita aku buka, tidak berapa lama kemudian, si ken sudah kabur. Begitu juga saat aku ajak ngobrol, si ken nampak nggak peduli sama sekali dan sibuk dengan showroom mobilnya. Cuek bebek dah pokoknya. Lain halnya kalau aku ajak main ayun ayunan, jungkat jungkit, renang, dan mencoba beberapa wahanan outbond, si ken semangat bukan main. Langsung berani dan bisa.

Tapi alhamdulillah, sekarang aku sudah nggak seperti ngomong sama tembok lagi soalnya si ken sudah mau ngobrol, ngomong ini itu, bahkan kalau ngomong seperti pakek nada. Lucu. Akhirnyaaaa. Kerja keras berbuah muanis. Semanis akyu *huwek.

Jadi sekarang, alhamdulillah, nggak ada lagi yang bilang ken bisu atau nggak bisa bicara. Tapi kalau masih ada yang bilang si ken begitu, beuugghh, siap siap aja nyisanak, bakal aku sihir jadi mak lampir *wuuss.

Referensi :
www.parenting.co.id

Baca juga :

Si Kecil Terlambat Bicara
Menyapih Si Kecil
Mengenalkan Gaya Hidup Sehat Untuk Si Kecil
Mengarahkan Hobi Anak Agar Gemar Membaca
Belajar Mengelompokkan Bentuk

Meningkatkan Kecintaan Budaya Indonesia Adalah Misi Sumpah Pemuda Selanjutnya

Ada rasa sedih dan prihatin, saat saya membaca atau menonton berita tentang tawuran antar pelajar, tawuran antar supporter bola, berita tentang beberapa tindak kriminal yang dilakukan oleh sekelompok atau seorang pemuda, dan lain sebagainya. Iya, sedih dan prihatin. Karena apa yang mereka lakukan sama sekali tidak mencerminkan semangat sumpah pemuda yang bertumpah darah satu, tumpah darah Indonesia. Yang berbangsa satu, bangsa Indonesia. Dan yang berbahasa satu, bahasa Indonesia. Bersatu bersatu dan bersatu. Bukan malah sebaliknya.


Perilaku yang demikian itu, bukan hanya tidak mencerminkan semangat sumpah pemuda akan tetapi juga merupakan perilaku yang tidak termasuk budaya yang dianut bangsa ini. Seperti budaya sopan santun, ramah tamah, gotong royong, berbudi pekerti luhur, dan lain sebagainya. Tidak ada perilaku budaya negeri ini yang menyelesaikan masalah dengan kekerasan, bahkan dengan pembunuhan.Yang ada adalah menyelesaikan masalah dengan cara kekeluargaan, musyawarah, atau menganut aturan norma dan hukum yang berlaku di negeri ini. 

Memang, negeri ini tengah dibanjiri oleh masuknya budaya-budaya dari luar. Dan budaya-budaya luar yang masuk tak semuanya sesuai dengan budaya yang berlaku di negeri ini. Malah mungkin ada yang dapat memecah belah negeri ini, terutama memecah belah para pemuda dan pemudinya. Seharusnya para pemuda pemudi bukan malah sibuk dengan diri sendiri atau kelompok saja, lalu tawur sana tawur sini, tapi seharusnya para pemuda pemudi sibuk dengan bahu membahu, bersatu padu membangun negeri ini. 

Iya, membangun negeri ini. Itulah tugas selanjutnya para pemuda dan pemudi saat ini.  Melanjutkan misi sumpah pemuda untuk bersatu padu mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih oleh para pemuda pemudi dulu. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kecintaan akan budaya negeri sendiri. Mulai dari seni, bahasa, adat istiadat, perilaku budaya, keelokan alam dan lain sebagainya.

Meningkatkan kecintaan hasil karya seni anak negeri :
Kalau soal hasil karya seni juga bahasa bisa kita tingkatkan dengan ikut serta memakai dan mempromosikan hasil karya seni anak negeri. Entah promosi melalui media sosial, ataupun blog, atau saat sedang datang ke acara tertentu. Ajaklah orang orang sekitar kita untuk mencintai produk anak negeri.



Meningkatkan kecintaan adat istiadat yang berlaku di daerah masing masing.
Caranya adalah dengan turut andil menyemarakkan kegiatan adat yang berlaku di daerah masing-masing. Atau bisa juga dengan mendokumentasikan kegiatan tersebut lalu share ke media share yang dimiliki. 



Meningkatkan kecintaan perilaku budaya atau kearifan budaya lokal yang dianut negeri ini.
Dengan cara mempraktekkannya. Lalu mengajak orang orang sekitar kita untuk turut serta melestarikan perilaku budaya negeri ini. Seperti gotong royong dan tolong menolong membantu korban asap, atau menjadi relawan untuk bencana gunung merapi atau bahu membahu mengkampanyekan hemat energi, go green, dan lain sebagainya. Jika perilaku budaya yang demikian ini masih banyak yang menganut dan mempraktekkannya, maka peluang untuk memecah belah negeri ini amatlah kecil.




Meningkatkan kecintaan akan keelokan alam negeri ini.
Kalau yang ini mungkin sudah tercover dengan baik oleh dinas pariwisata maupun pihak swasta yang bergerak di bidang pariwisata dan travelling, ditambah lagi dengan dukungan dari para traveller yang tak segan membagi pengalamannya ke media sosial ataupun blog mereka masing-masing.




Meningkatkan kecintaan budaya dengan ikut gerakan sejuta data budaya.
Iya, kita juga bisa ikut berpartisipasi dalam Gerakan Sejuta Data Budaya ini yang bertujuan untuk mengumpulkan kekayaan data budaya Indonesia yang mana data tersebut akan dikumpulkan akan didaftarkan ke World Intellectual Property Organization (WIPO) sebagai bentuk perlindungan budaya dari klaim, serta untuk kepentingan penelitian selanjutnya. Atau  bisa juga dengan melakukan kampanye budaya secara online seperti yang dilakukan oleh Sobat Budaya.

Jadi untuk para pemuda dan pemudi bangsa ini, ayo, mari singsingkan lengan baju, bahu membahu, bersatu padu mempertahankan kemerdekaan dan membangun negeri ini. Negeri kita ini kaya kawan. Lebih tepatnya kaya raya. Bukan hanya dari segi sumber daya alamnya saja. Melainkan juga dari segi budaya yang tersebar di seluruh negeri ini. Iya, ada lebih dari 300 budaya yang ada di sini. Kaya raya bukan ?. Lalu relakah kita membiarkan kekayaan itu semua hilang begitu saja ?. Entah itu tenggelam dihantam arus budaya luar atau diklaim oleh negara lain. Tentu saja kita tidak ingin hal itu terjadi. Maka dari itu, tunggu apa lagi, segera nyalakan semangat sumpah pemuda yang mengalir di darah kalian, wahai para pemuda, dan ayo beraksi. 


Referensi :
http://www.sejutadatabudaya.com
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_bangsa_di_Indonesia

Luka Sebab Kena Puntung Rokok Menjadi Atheroma

Beberapa bulan lalu, Si ayah tak sengaja lewat depan rumahmu *malah nyanyi, hehe. Maksud daku, jari kelingking si ayah tak sengaja terkena puntung rokoknya orang. Bukan yang sudah mati, tapi puntung rokok yang masih merah menyala teng teng. Begitu kena langsung nyooss.

Awal mulanya, si ayah tak terlalu peduli dengan luka yang diakibatkan puntung rokok tersebut. Santai seperti di hawaiii. Hula hula gitu. Namun lama kelamaan ternyata luka tersebut berubah menjadi sesuatu. Menghitam dan membentuk bukit. Kalau dicolek, terasa kenyal, seperti ada air di dalamnya. Kata si ayah, kadang cenut cenut, kadang juga gatal. Tak tahan, akhirnya si ayah memutuskan untuk mencubles benjolan tersebut pakai jarum yang sudah dipanaskan, dan hasilnya adalah...... makin paraaahhh.

Iya, makin parah. Benjolan tersebut memang tidak bertambah tinggi namun melebar. Daaannn, terasa gatal sekali. Lebih gatal dari sebelumnya. Kalau kesentuh, kata si ayah sakitnya tuh di sini di sini dan di sini.

Tak tahan melihat benjolan di tangan si ayah. Rasanya gemes banget. Pengen tak cubles cubles *sadiiss. Mungkin inilah alasan si ayah untuk segera pergi ke igd puskesmas. Takut daku cubles. Hehe.

Nggak donk, bukan karena itu. Lebih tepatnya adalah sebab kebetulan. Kebetulan waktu itu si ayah nganter siswa ke puskesmas, nah sambil nunggu, si ayah iseng ke igd. Saat itu kata si ayah memang lagi sepi jadi si ayah langsung bisa konsultasi ke dokter jaga. Dan hasil konsultasinya adalah benjolan tersebut termasuk aterom, sejenis kista yang muncul akibat penyumbatan pada kelenjar keringat. Aterom disebabkan oleh infeksi, trauma (luka), dll. Kalau si ayah mungkin disebabkan karena trauma (luka bakar puntung rokok). Dan dokter pun mengatakan bahwa benjolan tersebut harus segera dioperasi sebelum bertambah lebar dan semakin banyak akarnya. Si ayah menyetujui perkataan dokter tersebut. Ia pun segera dioperasi. Operasi kecil saja.

Alhamdulillah sekarang luka bekas operasi kecil si ayah berangsur angsur membaik. Benang benang fibrin sudah mulai bekerja menutup luka tersebut. Alhamdulillah.

Pelajaran yang bisa diambil adalah ;
1. Jangan menganggap remeh luka bakar sebab puntung rokok
2. Jangan mengotak atik luka




Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

About Me

Halo Assalamu'alaikum, Aku Inda, guru tk. Aku  ibu dari dua bocil, ken dan yumna, yang suka menulis, suka kulineran, jalan-jalan...