Tak Selalu Happy, Ini Momen Terbaik Saat Ramadan Kali Ini




Assalamu'alaikuuummm

Alhamdulillah, bersyukur banget, Allah masih memberikan kesempatan untuk menjalankan ibadah puasa tahun ini. Aku senang. Terlebih lagi, puasa kali ini, ada anggota baru di keluarga kecilku. Siapa lagi kalau bukan, si Baby Nuha. 

Tahun ke tahun ramadan, aku pikir selalu saja ada momen terbaik, momen yang paling berkesan. Terlepas dari apapun atau seperti apa saja momen yang terjadi, ramadan adalah bulan yang paling aku rindu, paling aku nanti, dan paling susah untuk kulepaskan pergi. Waktu sengaja kuluangkan, beberapa kegiatan sengaja kukurangi, demi bisa melewati hari hari ramadan. 

Memang, dalam setiap ramadan, pasti ada 1 atau 2 hal yang memberi kesan tersendiri, momen terbaik lah pokoknya. Begitu juga dengan ramadan kali ini. 

Bagiku, ini adalah ramadan yang beberapa kali kulalui dengan perasaan baper. Padahal sudah kuusahakan dengan menyibukkan diri dan pikiran agar tidak baper. Eee tapi masih aja baper. Baper karena ini pertama kali ramadan tanpa bareng suami alias LDM an. Berat euy. #meringis.

Akhirnya, aku ngalamin juga yang namanya LDM an. Nggak kukuh padahal ya suami pulang juga seminggu sekali hingga dua kali. Tapi, tetep saja, rasanya berat. Biasanya, hari hari, selalu ketemu, selalu bantu-bantu, momong bocah-bocah, kadang juga bantuin bersih bersih rumah. Lalu, begitu LDM an, semua pun aku kerjakan sendirian. Bersih-bersih rumah, momong bayi dan bocah. Nggak kukuh. Beneran. Jika ada yang bisa dan mampu melakukan. Sungguh, kamu super sekali. 

Kemarin aku sudah mengutarakan apa yang kurasa hingga aku bilang bahwa aku butuh bantuan agar aku nggak baper, agar aku tetap enjoy meskipun LDM an. Iya, aku butuh bantuan art. Minimal buat bersih-bersih rumah doank. Namun, suami belum mengiyakan keinginanku ini. Tapi, aku paham, kenapa suami tidak mengiyakan. Karena, penghasilan belum cukup untuk menggaji seseorang. Jadi menggunakan jasa ART bukan solusi yang tepat untuk saat ini. 

Solusi lain, agar aku nggak baper, agar aku tetap enjoy LDM an, nggak stres yang bisa saja muncul dikarenakan jenuh bosan hingga lelah karena ngurus dan momong bocah-bocah sendirian, adalah belum ada. Iya, kami belum punya solusi untuk mengatasi ini. Berharap banget semoga ada solusi di kemudian hari. Tapi harapanku yang terdalam sih, aku dan suami, nggak LDM an lagi. Doakan ya, manteman.

Ini, merasakan hal ini adalah salah satu kesan ramadan tahun ini. Yang berarti juga momen terbaik ramadan kali ini. Meskipun baper namun sarat makna. Aku pikir, pengalaman yang ku alami di ramadan ini, membuatku sadar betapa bapernya LDM an begini, paham betapa berartinya kehadiran suami di hari-hari, ada yang bantu-bantu tugasku sebagai ibu rumah tangga meskipun nggak banyak. Tapi minimal ada rasa aman karena suami tak jauh dari rumah. Belajar tangguh di depan bocah-bocah padahal aslinya hati melow baper parah. Dan sebagainya. 

Nah sekarang kalian, nih. Apa momen yang tidak terlupakan di bulan ramadan ini? Monggo share di komen, yak. Matur nuwun. 

Aktivitas di Hari-hari Ramadan versi Ibu Menyusui




Assalamu'alaikuuummmm.

Ramadan kali ini, alhamdulillah dan insyaAllah aku isi dengan hal-hal yang positif nan produktif. Ini memang sudah aku niatin jauh-jauh hari sebelum ramadan. Bahwa aku ingin lebih produktif positif di ramadan kali ini. Dan alhamdulillah bisa aku usahain. Malah rasanya produktif banget saking banyaknya hal yang aku lakukan di ramadan ini. 

Sebagai ibu yang tengah menyusui, nekat memang memiliki niat lebih produktif dari ramadan sebelumnya. Karena apa? Ngurus bayi aja udah rempong. Ini malah mau ngelakuin hal-hal yang produktif lain.  Dasar aku. Hehe.

Ada beberapa hal yang aku lakukan untuk mengisi lembar ramadan tahun ini yang meliputi:

1. Stimulus perkembangan si baby Nuha
Di bulan ramadan ini, alhamdulillah, Nuha masuk usia 6 bulan. Ini berarti si Nuha   memasuki masa mpasi. Yeaayyy. 

Aku antusias menyambut masa mpasi ini. Nggak sabar ingin mempraktekkan soal menu menu mpasi yang aku baca-baca di beberapa artikel tentang mpasi bayi. Namun karena masih masa awal awal, maka akupun tidak langsung mempraktekkan apa yang sudah kupelajari dan kubaca-baca. Melainkan aku ingin tahu lebih dulu gimana respon Nuha saat ada sesuatu selain niple mamaknya masuk ke bibirnya. 
Dan
Hoalaaahhh
Respon Nuha masih datar saja. Belum nampak menunjukkan usaha untuk mengecap, menyesap, sesuatu yang ada di sendok yang aku tempelkan di bibirnya. Dengan hasil begini, maka aku mengurungkan dulu keinginan ingin mencoba variasi menu mpasi. Namun lebih kepada mengenalkan aktivitas makan terlebih dulu. 

2. Ikut program 30 Hari Kebaikan BPN
Belakangan ini, aku sering banget kesulitan ide mau nulis apa. Jadi begitu aku baca tema tulisan yang disuguhkan BPN, aku pun memutuskan untuk ikutan program 30 hari kebaikan BPN, secara temanya kece-kece. 

3. Belajar bikin kue
Gegara ikut BPN 30 hari kebaikan, aku jadi belajar bikin kue dengan bahan selai skippy tentunya. Beberapa kali gagal, sekali berhasil. Dan ini salah satu resep kue yang berhasil aku buat. Aku share di bawah ini yak.

Bahan
2 buah pisang ukuran sedang
6 sdm tepung terigu
2 butir telur
6 sdm minyak goreng
1/2 sdt soda kue
1/4 sdt garam
4 sdm gula pasir 
4 sdm SKIPPY peanut butter

Cara membuat
Haluskan pisang terlebih dahulu lalu sisihkan. 
Campurkan telur, minyak goreng dan gula pasir lalu kocok sampai gula larut. 
Campur tepung terigu dengan garam dan soda kue lalu diayak. 
Masukkan campuran tepung terigu ke dalam campuran telur, gula pasir dan minyak goreng. Lalu aduk sampai rata. Pastikan tidak ada yang menggumpal. 
Masukkan pisang lalu aduk rata. 
Masukkan selai kacang SKIPPY Peanut Butter. Lalu aduk rata. 
Setelah adonan tercampur dengan baik dan tidak ada yang bergerindil gerindil alias gumpalan gumpalan kecil. Maka masukkan adonan ke dalam loyang yang terlebih dahulu sudah diolesi minyak goreng. 
Kukus adonan. 
Untuk tahu adonan sudah matang atau belum, gunakan tes tusuk adonan. Jika kalis maka itu sudah matang. 
Setelah matang, sajikan dengan ditemani teh manis.

4. Ikhtiar menggapai target-target amalan ramadan yang dibuat.
Target yang aku buat sederhana. Ya sekiranya, ibu rumah tangga yang tengah menyusui ini tanpa art tanpa nanny, mampu melakukannya. Bukan target yang bikin senewen mamak. *hahay.

Jadi seperti itulah, aktivitas yang aku lakukan di hari-hari ramadan. Alhamdulillah. Padat merayap sampai nggak ada luang mikirin selentingan omongan orang yang kadang mampir di telinga. Alhamdulillah. 


Tradisi Lebaran di Kampung Muslim Jembrana Bali


 
Assalamu'alaikuum

Alhamdulillah, tahun ini, tepatnya 1440 H, aku bisa mudik ke Bali. Tahun lalu nggak bisa, karena jatah buat mudik dipakai untuk dana jaga-jaga saat lahiran. Yup, tahun lalu aku sedang hamil tua. Tepatnya berapa bulan aku lupa. Hehe.

Selain itu, alasan aku nggak mudik tahun lalu adalah karena ada kepercayaan yang terkenal di tempat tinggal aku. Bahwa kalau orang lagi hamil, tidak diperbolehkan nyebrang laut. Karena takut bayi yang ada di dalam kandungan hilang seketika. Gitu. 

Kalau aku sih, nggak percaya soal itu. Hanya saja beberapa anggota keluargaku yang di Bali percaya akan hal itu. Jadi ya udahlah. Aku ngikutin aja. 

Kadang, nggak habis pikir, sama kepercayaan kepercayaan orang zaman dulu yang rata-rata hampir berbau mistik gitu. Tapi katanya sih pernah kejadian kayak gitu. Entahlah. Wallohua'lam. 

Nah sekarang aku bisa mudik. Bersama dengan 1 anggota baru. Si bayi Nuha Alesha. Senang sekali. Aku bisa ngenalin Nuha sama tradisi lebaran di sini. 

Sebagai salah satu kampung muslim yang ada di Bali, tentu memiliki tradisi lebaran yang dirindui dan juga mungkin berbeda dari daerah lainnya. Ada beberapa tradisi lebaran yang dijumpai di kampung tanah kelahiranku ini. Tradisi tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Lomba takbir
Meskipun kami di sini adalah minoritas. Namun kami tetap bisa melakukan tradisi lebaran di sini seperti lomba takbir ini. Bahkan malah dibantu dari segi keamanan. Baik dijaga oleh linmas setempat, polisi, hingga pecalang juga turut serta.

Lomba takbir ini salah satu tradisi yang dinanti oleh warga sini. Kalau ada yang mau ikut lomba, mereka pun mempersiapkannya jauh jauh hari. Karena penilaiannya juga meliputi kekompakan mengumandangkan takbir, hingga penampilan grup takbir. 

2. Silaturahim ke orang-orang sepuh yang ada di kampung
Pada umumnya, setelah sholat 'ied, kita silaturahim ke rumah-rumah tetangga. Nah kalau di sini, nggak hanya ke rumah tetangga, melainkan juga silaturahim ke rumah para sesepuh.

3. Hidangan tape uli hingga dodol khas kampung sini
Pada umumnya, hidangan lebaran berupa opor ketupat sambal goreng hati. Nah kalau di sini, hidangan lebarannya berupa tape uli, dodol khas sini, dan sebagainya. 

Jadi itulah sedikit tradisi yang ada di tanah kelahiranku ini, di salah satu kampung muslim di Bali. 
Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

About Me

Halo Assalamu'alaikum, Aku Inda, guru tk. Aku  ibu dari dua bocil, ken dan yumna, yang suka menulis, suka kulineran, jalan-jalan...