Showing posts with label Giveaway. Show all posts
Showing posts with label Giveaway. Show all posts

Momen-momen yang Tidak Terlupakan di Acara Pernikahan



Momen pernikahan, biasanya, memahat kenangan yang begitu manis, bahagia, dan menyenangkan di ingatan. Maka tak heran, setiap kali melihat foto-foto pernikahan, hati kembali berbunga-bunga. Pun saat menghadiri atau melihat pernikahan orang saja, rasanya, turut bahagia.
Seharusnya seperti itu, bukan?

Pepotoan dulu sebelum akad

Namun, sayangnya, hal itu tidak terjadi padaku. Karena ada serpihan momen menyebalkan yang terjadi saat acara pernikahanku.


Momen yang tidak mengenakkan hati itu adalah momen dimana melihat para tamu datang sementara sajian dan souvenir sudah habis padahal durasi waktu acara resepsi belum berakhir. Kan fatal kalau seperti ini.

Bukan. Bukan karena persiapan yang belum matang. Melainkan karena ada yang memanfaatkan kesempatan (berupa lemahnya pengawasan) sebaik mungkin dengan mengambil bahan makanan dan kue-kue semaksimal mungkin. Kebetulan, aku menjumpai salah satu oknum yang mencuri kue-kue untuk souvenir. Sayangnya waktu itu aku tak bisa berbuat apa-apa. Saking shock, kaget, campur nggak nyangka karena oknum yang melakukan pencurian adalah orang yang sangat aku kenal.

Entah apa yang ada didalam pikiran oknum-oknum tersebut. Apa maksud mereka mengambil bahan-bahan makanan yang jelas-jelas digunakan untuk sajian para tamu. Dah, kalau ingat momen itu, bawaannya mangkel, kesal, sebel.

Sejak kejadian itu, tiap kali aku ketemu oknum yang mencuri tersebut, tak ada hendak hati ingin menyapa. Oknum tersebut pun demikian. Ia malah membuang muka. Dasar.


Namun, selain momen menyebalkan itu, ada momen lain. Momen yang bikin aku godeg-godeg alias geleng-geleng kepala nggak habis pikir tapi ya ada lucunya juga.

Jadi waktu aku nikah dulu itu, ternyata,  masuk musim hujan. Hujan pun sering turun bahkan kadang disertai angin dan diwarnai bledek halilintar. Tapi ya mau gimana lagi. Tanggal pernikahan sudah disepakati oleh kedua belak pihak. Jadi ya bisanya cuma berdo'a sama Allah untuk tidak mengizinkan hujan turun di tanggal pernikahan aku.

Berbagai Macam Usaha Dilakukan untuk Menghalau Derasnya Hujan 

Sembari berdo'a, ada usaha lain yang dilakukan oleh sesepuh kampungku yakni membuat sesuatu (baca: sapu lidi diletakkan terbalik lalu ada bawang merah serta cabe yang menancap di ujung ujung sapu lidi) yang bisa membuat hujan pergi.

Namun rupanya Allah berkehendak lain. Hujan tetap turun bahkan deras banget pada hari H pernikahanku. Tenda terop yang berdiri kokoh pun sepertinya tak sanggup melindungi para tamu yang duduk menikmati hidangan dibawahnya. Hembusan angin yang membawa serta air hujan, membuat beberapa baju tamu jadi basah.

Melihat kondisi ini, salah satu sesepuh di kampungku yang kebetulan jadi tamu juga menyarankan untuk melakukan suatu usaha lain yang katanya bisa berhasil membuat hujan berhenti. Usahanya adalah dengan melemparkan c**l*na d*l*mku ke atap rumah. Demi mengurangi intensitas hujan agar resepsi berjalan sukses, beberapa c**l*na d*l*mku diambil dari lemari tanpa sepengetahuanku lalu di lemparkan di atap-atap rumah. Kan wadidaw.

Sayang, usaha ini, kembali tidak berhasil.  Usut punya usut, ternyata, ada yang salah. Seharusnya c**l*na d*l*m yang dilempar ke atap adalah c**l*na d*l*m yang sudah terpakai. *muehehehe. Tapi aku yakin nggak bakal berhasil meskipun dengan cara yang benar. La wong Allah sudah berkehendak hujan ya sudah hujan. Mungkin ada ikhtiarnya tapi bukan cara-cara yang seperti aku ceritakan di atas.

Emmmm...Aku mengambil pelajaran dari momen yang membuat geleng-geleng kepala di atas. Bahwa lebih baik pernikahan dilaksanakan di sebuah gedung apalagi pas musim hujan. Trus, lebih baik juga, menggunakan atau memanfaatkan jasa-jasa yang membantu proses pernikahan. Apalagi saat ini ada banyak pilihan vendor pernikahan yang sesuai budget dan sesuai keinginan. Jadi biar vendor yang bantu nikahan. Biar tidak ada lagi kejadian pencurian bahan makanan di acara resepsi pernikahan.


Nah bagi yang mau nikah, terutama tanggal pernikahan jatuh di musim hujan, dan agar tidak mengalami hal yang sama seperti yang terjadi pada pernikahanku, saranku, lebih baik acara pernikahan kalian dilangsungkan di gedung saja. Karena asli aman dari terpaan hujan.

Oya, untuk kalian calon pengantin yang tinggal di Bekasi dan sekitarnya, aku punya rekomendasi Gedung Pernikahan di Bekasi yang berada di sekitaran Grand Galaxy Park. Namanya adalah Grand Galaxy Convention Hall merupakan Convention Hall Termewah dan Terbesar di Bekasi.


Ada banyak keunggulan yang dimiliki oleh Grand Galaxy Convention Hall antara lain sebagai berikut:

1. Grand Galaxy Convention Hall mampu menampung hingga 2500 orang.

2. Convention Hall ini memiliki desain arsitektur yang unik dengan ketinggian langit-langit hingga 7 meter.

3. Memberikan suasana elegan dan megah serta interior yang memaksimalkan sistem tata suara.

4. Grand Galaxy Convention Hall ​yang berada di bawah naungan Jakarta Event Enterprise (JEE) Ballroom Group & Exhibitor ​merupakan satu-satunya Convention Hall dengan yang dapat dibagi menjadi 3 mini hall.

5. Ballroom mewah dengan harga terjangkau dengan fasilitas yang setara hotel bintang 5.



6. GGCH menawarkan harga dan berbagai paket yang dapat menyesuaikan budget.

7. Strategis. Dapat diakses dari berbagai akses tol terdekat seperti tol dalam kota, JORR, dan becak kayu.

8. Fleksibilitas. Para klien dapat memilih dan menyesuaikan dengan budget dan kebutuhan.

9. Praktis.Semua kebutuhan mendasar acara seperti vendor, serta perangkat acara dari awal persiapan hingga terlaksananya acara telah diakomodir oleh JEE.

10. Helpful. Setiap klien yang memakai GGCH, akan dibantu oleh tim JEE di GGCH dari awal persiapan hingga selesai acara berlangsung.

11. Ruang parkir luas.

Nah dengan begitu banyak keunggulan yang aku sebutkan di atas, rasanya, makin mantab tho untuk menjadikan
Grand Galaxy Convention Hall sebagai tempat untuk melangsungkan pernikahan. Jadi bisa dibilang juga bahwa  Grand Galaxy Convention Hall merupakan pilihan tempat terbaik untuk pernikahan, bahkan juga tempat terbaik untuk mengadakan event-event yang lain misalnya seperti peluncuran produk, pameran, konferensi, konvensi, wisuda atau pertemuan lainnya.

Jadi seperti itulah beberapa momen berkesan di pernikahanku. Semoga bisa diambil pelajaran didalamnya.

Sebagai penutup aku mau berbagi informasi nih buat teman-teman semuanya.  Taraaaaaa......


Nah, Jakarta Event Enterprise (JEE) kembali menggelar Pameran Pernikahan Terbesar dan Terlengkap di Bekasi untuk yang ke tujuh kalinya, “7th BEKASI WEDDING EXHIBITION”. Bertempat di Grand Galaxy Convention Hall pada hari

Jumat – Minggu tanggal 13-15 September 2019 pukul 10.00 – 21.00 WIB.

Tujuan diadakannya BEKASI WEDDING EXHIBITION ini adalah untuk menjembatani antara para calon pengantin dan para pelaku industri pernikahan dalam mempersiapkan penyelenggaraan acara pernikahan. Jadi bisa dibilang, di BEKASI WEDDING EXHIBITION ini, para calon pengantin dapat menemukan segala kebutuhan pernikahan seperti catering, dekorasi, entertainment, gedung pernikahan, dan lain sebagainya dalam satu tempat dengan harga terpromo hanya di “7th BEKASI WEDDING EXHIBITION”.
Dah, mantab kan?

Jomlah datang. Ada banyak kejutan juga lho di sana. Hayo, catet tanggalnya yak.


Perubahan Pilihan Model Baju Lebaran Seiring Bertambahnya Usia



Assalamu'alaikuuummmm

Haihoo
Alhamdulillah aku sudah berada di kampung halaman sekarang. Dan tadi, aku diajak adek buat berburu baju lebaran. Yup, aku belum punya baju lebaran.

Sebenarnya, aku tak terlalu peduli soal punya baju lebaran atau nggak. Selow aja. Punya baju lebaran, ya alhamdulillah, nggak punya juga nggak apa-apa. Toh, baju lama masih bagus-bagus. Tapi ini berubung diajak adek aku, dan doi maksa banget, jadi ya berangkat ajalah, itung-itung quality time sama adek tercinta dan satu-satunya.

Tiba, di tempat beli baju, aku pun mencari baju lebaran yang memenuhi kriteria aku. Iya, aku punya kriteria untuk memilih baju lebaran. Jadi nggak asal comot hanya karena suka. Nggak asal beli hanya karena model bajunya lagi tren. Atau nggak asal mbayar hanya karena nggak mau kalah sama tetangga. Nggak ah, not my way.

Kriteria memilih baju ini, sudah aku miliki sejak aku kuliah kayaknya. Atau pas aku mondok saat sma dulu, ya? Aku sedikit lupa soal itu.

Adapun kriteria dalam memilih baju lebaran versi aku saat sma dan berlaku sampai hari ini adalah sebagai berikut:
1. Cocok dipakai di kegiatan sehari-hari
Sejak mondok pas masa sma, saat beli baju lebaran, aku selalu memilih baju lebaran yang sekiranya bisa aku pakai untuk kegiatan sehari-hari di pondok. Karena untuk kegiatan sehari-hari tentu baju yang kupilih yang biasa saja. Yang nggak blig bling, yang nggak ada iwir-iwirnya, atau kriwul-kriwulnya. Biasa saja.
2. Nggak perlu mahal, nyaman adalah yang utama.
 Yang penting bahan bajunya nggak bikin gerah, ribet, bikin nyaman, udah, oke aja.
3. Nggak perlu yang lagi ngetren, yang terpenting bikin penampilan enak dipandang mata.
Aku lebih memilih model baju yang bikin penampilanku enak dipandang mata alias pantes gitu.

Kalau diperhatikan, dan kalau diingat-ingat, ada perbedaan yang cukup signifikan antara kriteria memilih baju lebaran waktu aku sd hingga smp dengan kriteria memilih baju lebaran versi aku yang sma dan berlaku sampai saat ini.

Kalau dulu, saat masih sd hingga smp, aku memilih baju lebaran yang ala-ala princess gitu, yang bisa dipakai pergi-pergi ke suatu acara seperti ulang tahun teman, pentas seni, dan sebagainya. Jarang banget milih model baju simpel.  Dulu juga, kalau milih baju, kadang yang lagi ngetren padahal nggak cocok banget di badan aku. Dulu, kalau milih baju lebaran yang bermerk, dan ngerasa ada nilai plus plusnya gitu.
Gitu amat, yak.
Baru sadar gueh. Hahay

Jadi, seperti itulah Perubahan Pilihan Model Baju Lebaran Seiring Bertambahnya Usia. Kalau kalian, gimana? Ada perubahan soal pilihan model baju lebaran kalian seiring bertambahnya usia? Ceritain doonkk.

Sebuah Foto Diinstagramku yang Bermakna Aku Tengah Merindu


Sebuah Foto di Instagramku yang Bermakna Aku Tengah Merindu ~ Bagi aku, sebuah foto, nggak hanya sekedar mengungkapkan peristiwa, menggambarkan suasana, atau menampilkan rupa. Akan tetapi, sebuah foto juga bisa menjadi ekspresi rasa, serta mewakili sebuah jiwa. Seperti sebuah foto yang satu ini.


Ini adalah salah satu foto yang ada instagramku, @indachakim. Kalian sudah follow belum ? kalau belum, follow-in dooonnkk, ya ya ya ? plis plis plis. Ntar aku langsung follow balik. Cus. #MalahPromosi. Hehe.

Iyup, itu memang salah satu foto diinstagramku. Foto yang bagiku mengekspresikan rasa yang ada dalam hati aku akhir-akhir ini. Just missing something ? Bukaaann. Tapi lebih dari itu. Emmmmm..... aku....aku rindu masa-masa menjadi full time mom. Sungguh. Ibu rumah tangga yang full di rumah. Meskipun tanpa ART, meskipun jarang punya waktu untuk me time. Tapi aku seneng. Pegel-pegel happy gitu. Asli. Masih nggak percaya ? belah dadaku nih. Nih nih nih. Hahayyy.

Mungkin nampak klise gitu. Tapi memang itu yang aku rasakan. Aku seneng banget menjadi full time mom.

Rasa senang tersebut bukannya tanpa ada alasan. Melainkan dilatarbelakangi oleh hal seperti ini nih. Nggak tau kenapa, sejak si kecil lahir, rasanya, di sini nih, di hati sini nih, tiba-tiba ada yang meletup-letup. Ada gairah, ada rasa tertarik di sana. Tertarik untuk mempelajari, mengamati, memahami tumbuh kembang si kecil ken. Bagaimana tahapan si kecil bisa melakukan ini, bisa memahami itu, mampu begini, ahli begitu, bisa ini itu, semuanya. Lalu kira-kira, kalau aku beri input seperti ini bagaimana respon si ken dan lain sebagainya. Maka dari itu aku selalu semangat untuk menstimulus si kecil ken. Saking semangatnya, aku rela mengurangi waktu istirahatku atau me time aku, untuk mempelajari teori-teori tentang tahapan perkembangan anak kemudian mempersiapkan bahan-bahan yang akan aku gunakan untuk menstimulus si kecil ken.

Seperti yang diungkapkan oleh Frobel nih, seorang Tokoh Pendidikan Abad ke-18 dan awal abad ke-19, bahwa bermain dapat digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan pada anak. dunia anak adalah dunia bermain. main main dan main. Jadi untuk menstimulus anak maka caranya adalah Bermain sambil distimulus.

Untuk melakukan ini, aku sering membuatkan mainan untuk si kecil ken. Dimana mainan-mainan tersebut aku sesuaikan dengan apa yang ingin aku stimulus. Salah satu contohnya ya seperti mainan di atas itu adalah saat aku ingin menstimulus kecerdasan interpersonal si ken yakni memahami berbagai macam ekspresi. Dimulai dari ekspresi senang. Maka kemudian aku membuat mainan mobil-mobilan dari kemasan bekas bedak si ken. Kemudian, pada bagian depan mobil, aku beri gambar ekspresi senang atau happy. Seperti itu. Lalu bagaimana respon si ken ? Yang paling utama adalah si ken mau memainkan mainan dari barang bekas yang aku buat, alhamdulillah. Selanjutnya adalah si ken paham dengan ekspresi senang berikut dengan memahami maksud dari kata senang. Jadi kalau aku meminta si ken untuk menunjukkan ekspresi senang, ia akan berekspresi seperti itu, senyum mengembang dan mata menyipit.

Selain rasa syukur alhamdulillah, atas respon si ken. Aku juga tak henti melantunkan kalimat Subhanallah, Allahu akbar. Karena, aku takjub. Ada rasa takjub yang menyeruak di dada. Aku merasa takjub dengan karyaNya yang sungguh....amat luar biasa. Hanya diberi stimulus sederhana, tapi perkembangannya bisa melesat luar biasa. Aku terpana. Terpana dengan perkembangan si kecil ken. Dari yang nggak bisa apa-apa, sekarang, bisa apa-apa. Bahkan tanpa aku ajari atau aku beri contoh pun, ia bisa melakukannya.



Namun, sayangnya, kegiatan itu, 6 bulan terakhir ini, hampir tidak pernah aku lakukan. Karena ......aku tengah disibukkan oleh aktivitasku yang baru yakni menjadi seorang mahasiswi. Yang mana untuk menjalani aktivitasku yang baru ini, aku, memerlukan banyak waktu. Waktu untuk beradaptasi dan terutama waktu untuk memancing memori zaman s1 dulu. Karenaaaaaa, beberapa materi yang aku dapat di S2 ini adalah materi di S1 dulu.

Mungkin tidak akan menghabiskan waktu yang lama untuk memanggil memori zaman S1 dulu, jika aku, selama 4 tahun ini berkubang dengan hal-hal yang berhubungan dengan S1. Seperti menjadi guru matematika, tentor, terlibat dalam olah data statistik dan sebagainya. Nyatanya, tidak demikian toh ? Ho oh. Karena selama 4 tahun ini, aku memilih fokus menjadi seorang ibu rumah tangga. Walhasil ingatan masa lalu terpendam jauh. Ditumpuk oleh memori tentang tumbuh kembang si kecil, parenting, dan lain-lain. Jadi, wajar lah yah jika aku mengalami yang namanya loading lama. Hahayyyy. Tutup muka ah. Maluk.

Jadi nih, demi nggak jadi Loading Lama. Aku butuh banyak waktu untuk belajar. Dan hal ini otomatis membuatku mengurangi porsi waktuku untuk si kecil ken. Mengurangi waktu untuk menstimulusnya. Hiks.
Sedih. Merasa bersalah. Merasa tak enak karena rasanya seperti mengorbankan perkembangan si ken. Yang harusnya bisa begini begini, jika distimulus, jadi...hhhh.

Tapi, setelah semester awal ini berakhir, aku bertekad untuk tetap bisa menstimulus si ken. Karena insyaAllah, aku sudah bisa beradaptasi dan otak udah lumayan cepetlah loadingnya. Butuh pemanasan satu semester rupanya. Uhuy. 

Jadi, aku berharap, #KisahFotoInstagramku ini, di foto ini, foto yang captionnya berisi rasa rindu ini, merupakan yang pertama dan terakhir nongkrong diinstagramku. amin. Doain ya kawan. Doain aku bisa yak. Yuhuuuu. Makasih ya. Semoga doa kalian juga diijabah amin. :). 

***





Olin dan Pemuda Misterius

Musim hujann telah tiba. Membawa kabar gembira bagi pendamba kehadirannya. Seperti sungai, sumur yang mengering. Tanah, ladang yang retak serta sang kodok yang mulai lelah bernyanyi.. Hujan menyegarkan. Hujan menyejukan. Hujan menghijaukan.

Di sisi lain. Terkadang musim hujan tak membingkai senyuman. Menghadirkan kekhawatiran juga tak jarang kesedihan. Sebab adakalanya turunnya hujann mengundang bencana alam. Berupa banjir hingga tanah longsor. Apalagi saat musim hujan berada di puncaknya seperti saat ini. Berita berita soal bencana alam karena hujan, muncul bergantian.

Maka sebagai wilayah yang tidak terkena musibah tersebut. SMA tempat Olin bersekolah, berinisiatif  mengadakan bakti sosial guna membantu para korban bencana alam. Bakti sosial ini akan diadakan selama bencana alam masih terjadi.

Program bakti sosial yang diadakan oleh sekolah tentu saja disambut penuh antusias oleh Olin dkk. Mereka pun sudah merencanakan berbagai macam ide untuk mengumpulkan dana dari masyarakat sekitar. Mulai dari mendatangi rumah warga satu persatu. Lalu menjual jajanan yang hasil penjualannya akan disumbangkan. Hingga menyebarkan informasi tersebut ke media media sosial yang mereka miliki.

Lokasi bencana alam yang mereka kunjungi pertama kali adalah daerah yang terkena bencana longsor. Dengan sigap Olin dkk mulai beraksi. Mereka tidak hanya membawa bantuan bahan saja, tetapi juga berusaha untuk menghibur para korban longsor. Terutama anak-anak kecil.

"Kak Olin punya tebak-tebakan ni buat kalian, siap siap jawab  ya" kata olin. 
"Di dalam sumur nih, ada berbagai macam batu, nah menurut adek-adek batu apa yang nggak ada  di dalam sumur,hayo batu apa hayoooo" lanjut olin.
"Batu akik" 
"Ada" jawab olin
"Batu permata"
"Ada"
"Batu kali"
"Ada"
"Tuh kaaannn, apa jawabannyaaaaa" bisik salah seorang anak ke anak disebelahnya.

Olin mengajak anak-anak korban longsor main tebak-tebakan


Anak-anak tersebut saling berbisik dan berdiskusi mencari jawaban teka teki yang diajukan olin. Tak hanya anak-anak. Lia dan Kristin juga sibuk mencari jawaban teka teki olin.

"Batu cinta" ucap Lia. Langsung disenggol Kristin dan dipelototi Olin.
"Ups sorryy, kelepasan" gumam Lia sambil nyengir.
"Yak waktu habis, jawabannya adalah Batu keriiiiinnngggg" sorak Olin kegirangan. Sendirian. Sedangkan anak-anak hanya melongo melihat tingkah Olin yang bersorak sorai kegirangan.

"Yang gampang aja kak, yang itu susah" pinta salah seorang anak berbaju merah.
"Okee, yang gampang-gampang serahkan pada kakak" ucap Lia sumringah. Menyingsingkan lengan bajunya dan mulai beraksi :
"Apel, apel apa yang".

"Warna-warni kan kak ?". Potong salah seorang anak yang berbaju biru.
"Loh koq tau".
"Sudah sering muncul di tv kak" jawab anak itu lagi. Lia lalu mundur ke belakang. Wajah sumringahnya buyar. Sedangkan Olin dan Kristin mengulum senyum melihat ekspresi pasrah wajah Lia.

Acara bakti sosial siang itu berlangsung dengan baik. Setelah berpamitan mereka bergegas naik ke bus sekolah. Begitu Olin, Kristin dan Lia duduk di kursi penumpang, Olin segera membuka pembicaraan. 

"Emmm ngomong-ngomong tadi ada seorang pemuda yang terus menatap ke arahku" ungkap Olin.

"Ciiiieeee..ada yang naksir nih yey" goda Lia. Sementara Kristin mentowel towel Olin.
"Tatapan matanya aneh, aneh banget" lanjut Olin. Lia dan Kristin berhenti menggoda Olin.
"Sudaahhh, nggak usah dipikirin, toh kita juga nggak balik ke sini lagi kan" kata Lia.
"Iya bakti sosial selanjutnya kn nggak di sini lagi, tapi di daerah yang terkena banjir, jadi nggak usah terlalu dipikirin yak, mungkin orang iseng" ucap Kristin. Olin mengangguk. Namun di dalam benaknya, Olin masih terbayang dengan tatapan aneh pemuda itu.

***

Keesokan harinya, mereka kembali beraktivitas sebagaimana biasa. Belajar. Namun saat pelajaran berlangsung, Olin nampak gelisah. Lia juga Kristin menyadari hal itu.
Masa istirahat tiba. Lia dan Kristin kemudian mendekati Si Olin yang saat itu tengah duduk sendirian sambil membaca buku terbitan Kaifa juga sesekali wifi-an menggunakan andromax 4G LTE.

Olin duduk sendirian smabil baca  buku terbitan kaifa
dan wifi an pakai andromax 4G LTE 

"Li:)n, kamu nggak apa-Apa kan?" tanya Kristin.
"Ah nggak, aku sehat begini".
"Tadi waktu pelajaran kamu nggak konsen gitu" giliran Lia yang bertanya.
Lalu dilanjutkan Kristin :
"Jangan bilang kamu masih memikirkan pemuda kemarin".
Olin mengangguk.


"Aku lihat dia lagi, tadi pagi, di gerbang sekolah" ungkap Olin. Lia dan Kristin saling menatap.
"Busyet, beneran Lin ? " tanya lia. Olin mengangguk.
"Kamu sudah bilang mas/orangtuamu mengenai hal ini ?" tanya Kristin. Olin menggeleng.
"Belum, mungkin nanti" jawab Olin.
"Okee, nanti aku dan lia nganter kamu sampek rumah". Kata Kristin, dan di-iyakan oleh oleh Lia.
"Makasih ya, makasih banget" ucap Olin seraya menggenggam dua tangan sahabatnya tersebut.

Bel pulang sekolah berbunyi.

Lia dan Kristin menepati janjinya untuk mengantar olin pulang. Saat mereka lewat pintu gerbang, Olin tidak melihat pemuda itu lagi. Ada kelegaan di raut wajahnya.

"Tapi Lin, meskipun dia udah nggak nongol lagi, meskipun kamu juga bisa taekwondo, kamu harus tetep bilang ke masmu atau ke orangtuamu, harus" ucap Lia mengingatkan. Olin tersenyum.

Sepanjang perjalanan, mereka pun asyik membicarakan soal cara mengumpulkan dana untuk bakti sosial berikutnya. Lia mengusulkan untuk membuka jasa edit foto bertarif murah dan hasilnya akan disumbangkan. Sementara Kristin lebih suka memakai cara mereka sebelumnya yakni buy for charity.

"Kita coba caraku aja dulu, kalau hasilnya sedikit baru kita pakai cara yang kemarin, gimana gimana hem hem hem" tawar Lia. Olin mengangguk. Lalu tiba-tiba menggeleng kuat seraya bergumam :
" Ya Allah...". Lia dan Kristin kompak menatap Olin.
"Pemuda itu lagi?" tanya Kristin.
"Mana ? sini ku foto trus aku laporin ke polisi" Lia menimpali. Bagi Lia ini sudah keterlaluan dan merupakan tindakan kriminal karena mengganggu kenyamanan orang lain.
Lalu Olin menunjuk ke seberang jalan. 
"Mana Lin ? Yang mana ?" Lia dan Kristin celingukan.
"Itu di sana. Di dekat pohon itu" ucap Olin.
"Mana Lin, ma...................." Kalimat Lia menggantung. Tiba-tiba ia sadar sesuatu. Begitu juga dengan Kristin. Bahwa pemuda itu.....................


***

Keesokan harinya, di sekolah. Lia dan Kristin nampak tengah serius berbincang di teras kelas. Sedangkan Olin belum tiba. 

Kristin dan Cecilia, sahabat olin

"Aku heran, kenapa Olin ? Koq nggak kamu aja ?".
Enak aja" Lia cemberut. Kristin menahan tawa.
"Yang jelas, kita harus segera beraksi, kasihan Olin" kata Kristin serius.
"Tapi kita nggak harus pergi ke tempat itu lagi kan?" 
"Ya harus ke sana donk, kita harus cari informasi tentang pemuda itu" terang Kristin.
"Iya sih" ujar Lia pasrah
"Okee, fix, kita tinggal ngomongin rencana kita ini ke Olin, mudah-mudahan dia setuju".
Lalu mereka berdua, bersama-sama, menatap langit. 
Set.

***

Hari yang ditentukan tiba. Tepatnya di Minggu pagi. Mereka berdua, Lia dan Kristin, menjemput Olin yang akhirnya setuju dengan ajakan mereka. Dengan syarat kakak Olin, Bagus, diperbolehkan untuk ikut.
"Setuju" ujar Lia semangat
"Lumayan ada bodyguard gratis" lanjut Lia sambil berbisik pada  Kristin yang juga mengagguk penuh arti. Lalu kemudian mereka berdua mendapat toyoran dari Olin. Lia dan Kristin meringis.


"Berangkat yok" ajak Mas Bagus.

Beberapa saat kemudian, perjalanan mereka untuk menyelesaikan masalah Olin dengan pemuda misterius itu segera dimulai.

Tiba di lokasi korban longsor.

Mereka bertiga langsung menuju ke tempat pengungsian korban longsor. Tak seramai dulu waktu acara bakti sosial itu.

Setelah menyapa beberapa pengungsi yang masih tinggal di situ mereka berempat langsung menuju ke pusat informasi. Mereka menanyakan apakah ada korban longsor yang meninggal ?.

"Tidak ada. Alhamdulillah semuanya selamat. Cuma ada satu korban yang masih di rawat di ICU" kata petugas informasi.
Pernyataan tersebut sontak membuat mereka berempat saling menatap. Dan tatapan mereka tersebut seolah berkata : 'Trus pemuda itu?'.

"Itu dia, pemuda itu" seru Olin tiba-tiba. Olin lalu beranjak meninggalkan tempat tersebut. Disusul Loa dan terakhir Kristin setelah berpamitan terlebih dahulu.

Langkah Olin semakin cepat mengikuti gerak pemuda itu. Sementara Lia dan Kristin akhirnya, berhasil mensejajari langkah Olin. Cepat cepat lalu melambat dan berhenti. Langkah Olin terhenti di sebuah rumah yang dindingnya terbuat dari anyaman bambu.

Olin lalu mengetuk pintu sembari mengucap salam. Tak lama kemudian muncullah seorang ibu paruh baya. Wajah ibu tersebut nampak lesu. Matanya pun sembab.
"Ada apa neng" tanya Si Ibu lembut.

Tanpa basa basi, olin pun menceritakan apa yang ia alami. Mulai dari awal ia bertemu dengan pemuda tersebut hingga ciri-ciri dari si pemuda. Setelah mendengarkan Olin bercerita, si ibu lalu masuk ke rumah dan kembali keluar dengan membawa sebuah foto "Ini foto anak ibu".
Deg.
Olin terkejut.

"Pemuda itu kah?" tanya Kristin. Olin mengangguk.
"Dia anak ibu, kepalanya tertimpa tiang kayu teras rumah, sekarang masih ada di rumah sakit, masih koma, kata dokter butuh darah banyak biar bisa dioperasi tahap 2, tapi stok darah AB di rumah sakit kosong dan di PMI hanya tinggal satu, ibu bingung neng dimana mau nyari darah buat anak ibu".

"Alhamdulillah, kebetulan, golongan darah saya AB bu, saya bisa bantu anak ibu" ucap Olin.
"Butuh banyak neng"
"Nanti kita bantu cari bu" kata Kristin. Ia berencana untuk menghubungi teman-temannya juga menyebarkan informasi ini ke medsos.
"Kita siap bantu" Lia meyakinkan.


Wajah si ibu yang tadinya lesu, mulai muncul benih-benih ekspresi bahagia. Sementara Olin, kembali melihat pemuda itu di dalam rumah. Hanya sebentar.  Lalu menghilang. Setelah menyunggingkan senyum pada Olin.

Sejarah Hidup dalam Menemukan Arti Teman yang Sebenarnya



Kalian tahu Ayu Gani kan ?. Itu tuh pemenang Asia's Next Top Model tahun kemaren. Dari Indonesia loh. Sebagai kakak (dari dunia lain). Aku bangga deh dengan adek ayu gani. Hehe.

Menjelang episode terakhir asia's next top model, Ayu Gani sempat  menceritakan sedikit tentang kisah hidupnya. Salah satunya yaitu saat ia pernah di bully oleh teman-teman di sekolahnya yang baru. Mendengar cerita itu, rasanya aku pengen menghampiri Ayu Gani sambil berkata 'i feel too'. Ya aku pernah merasakan hal yang sama. Dibully oleh teman-teman sekolah. Dan sumpeh, nggak enak banget rasanya. Pahit. Lebih pahit dari melihat tenda biru yang dihiasi indahnya janur kuning cyiinnnn. 

Kejadian tersebut terjadi saat aku masih duduk di sekolah dasar. Waktu itu tanpa alasan yang jelas mereka beramai-ramai mengucilkanku. Awalnya aku pikir sebab mereka mengucilkanku karena aku adalah murid baru di sekolah tersebut. Namun lama-kelamaan aku sadar, bahwa mereka memang bener-bener berniat mengucilkanku. Tapi kalau mereka lagi butuh, (biasanya sih butuh nyontek), pasti mereka mendekat. Nggak butuh, yaaa dikucilkan lagi. Kampret bener kan ?.

Sekali dua kali, aku masih menerima perlakuan tersebut. Tiga kali empat kali lima kali en... cukup. Sudah cukup. Aku nggak mau diperlakukan seperti itu lagi. Aku menolak untuk memberi contekan PR apalagi ulangan harian. Ogah. Dan efeknya adalah, mereka makin menjadi. Mereka mengajak teman-teman yang lain untuk ikut mengucilkanku. Namun karena sudah terlalu lama dan sering dikucilkan, membuat mental aku jadi tahan banting. Kelaut aja sana, emang gue pikirin.

Dan apa yang aku alami waktu SD, berpengaruh dengan pola pikirku saat duduk di bangku smp. Bahwa temen itu kampret. Butuh doank baru mepet mepet. Giliran nggak butuh eee kita di slepet slepet. Selain itu juga  Entah gimana, hati, pikiran, juga tubuhku, seakan begitu kompak untuk membuat benteng (takeshi) perlindungan dari yang namanya pertemanan. Iya, waktu smp aku bener-bener tidak tertarik untuk berteman. Jadi sama teman smpku dulu, aku cuma sebatas say hello aja. Nggak ada yang akrab sampek jadi kepompong. Nggak ada. Tapi meskipun begitu, aku masih mau bantu-bantu. Kalau minta diajarin materi pelajaran, yaaa aku ajarin. Kalau mau minjem pulpen atau minta tipe x, yaa aku kasih. Minjem catatan juga boleh. Asal jangan minta contekan aja. Trauma aku mah.

Aku dan temen sma

Roda kehidupan berputar. Akhirnya saat SMA benteng takeshi *halah, maksudnya tameng perlindunganku dari yang namanya teman sudah lenyap. Yup. Aku memiliki teman cyin. Teman yang kemudian menjadi sahabat. Karena mereka mendekat bukan karena ada kepentingan, tapi mereka juga hadir saat aku butuh bantuan. Cakep kan. Bagai kepompong. Merubah ulat menjadi kupu kupu syantiek. Dan hubungan tersebut masih terjalin sampat saat ini. Demikian pula saat kuliah, aku punya sahabat sahabat yang luwarbiyasak juga. Trus kalau sekarang gimana ? Masih suka berteman kan ? Ya masihlah. Masih suka. Suka berteman dengan kamu kamu juga kamu.

Aku dan temen kuliah

Alhamdulillah, rasa traumaku dengan yang namanya pertemanan sepertinya sudah memudar sejak lama. Namun untuk pembullyan tentu saja hal tersebut tidak akan aku lupakan. Karena :
1. Hal itu memang aku jadikan sebagai Pengingat. Pengingat bagaimana rasanya dibully. Bahwa dibully itu tidak enak. Jadi jangan pernah membully orang lain.

2. Itu adalah pelajaran berharga dalam hidup aku. Apa yang aku alami membuat aku tahu rasa serta dampak dari pembullyan. Salah satunya bisa membuat si korban menjadi trauma dalam jangka waktu yang cukup lama. Bahkan bisa jadi berakibat fatal. Maka dari itu, pembullyan harus benar benar dihapuskan. Karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Merdeka. *ahay.

3. Karena hal itu adalah sejarah hidupku dalam perjalanan menemukan teman juga sahabat yang sebenarnya. Selain itu juga, kata Bung Karno, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah bangsanya". Nah karena aku juga ingin menjadi besar, (bukan berat badan loh ya) maka aku tidak boleh donk melupakan sejarah hidup aku meskipun itu pahit *hiks.

Jadi seperti itulah sejarah hidup aku dalam hal pertemanan. Kalau kalian gimana ? Share di sini yuk. Yuukkkk.
***

Teman Ngeblog Aku

Memang bener apa yang dikatakan para blogger femes nan ngehits selama ini. Bahwa niatkan ngeblog untuk berbagi bukan untuk mencari mani (baca : money). Karena jika niat ngeblog untuk mencari uang dan niat tersebut tidak terwujud, maka yang akan hadir selanjutnya adalah rasa patah arang. Patah semangat. Bahkan bisa sampai kepada rasa putus asa.

Itu yang aku rasakan akhir tahun 2015 kemarin. Putus asa sebab niat juga usaha tak kunjung membuahkan hasil yang aku damba. Tak banyak. Tidak mendamba hasil banyak. Cuma ingin melihat senyum bangga orangtua aja sih. Bahwa niiii, anaknya yang hanya menjadi ibu rumah tangga, bisa menghasilkan duit juga. Bisa sedikit membantu menjaga stabilitas ekonomi keluarga *aseg.

Aku pun sempat mengutarakan keputus-asaanku itu di blogku ini.  Sebuah tulisan yang dibuat dengan berurai air mata dan full emosi. Isinya ya begitu itu. Melow bin selow dan ada amsyongnya dikit sih. Nah rencanaku, setelah tulisan tersebut publish, aku akan mengundurkan diri dari dunia blogging. Beneran. Lalu tulisannya mana ?. Sudah aku hapus *loh. Malu *syukuurrriinn.

Setelah aku publish. Beberapa saat kemudian ada sebuah komentar yang masuk dari mbak Diah Kusumastuti, seorang blogger ngehits dari sidoarjo yang tulisannya sering mejeng di media massa. Komentar dari pemilik blog Berbagi Cerita ini dibuka dengan kalimat :

"Ini mbak inda yang biasanya ceria itu kan ?".

JEDIERRRR

Kalimat dari mbak Diah sungguh benar-benaf menamparku #Plak, dan membuatku sadar dari ke-nyonyoranku *ahay. Mungkin kalau komentar mbk Diah dibuka dengan kata-kata begini : "Yang sabar ya, semangat", tidak akan membawa efek sebegitu besar pada aku yang tengah labil saat itu.

Namun karena mbk Diah membuka komentar dengan kalimat seperti itu, membuat aku langsung 'melihat' ke dalam diri aku sendiri. Merenung. Lalu mencoba bangkit kembali. Membulatkan tekad untuk kembali menekuni dunia blogging lagi. Tentu saja dengan niat yang baru. #ByeByeNiatLama. Sekali lagi makasih banget dah buat mbak Diah yak.

Selain mbak Diah, temen ngeblog aku yang lain adalah mbak ade anita. Sebab mbak ade pernah mencerahkan wajahku *halah, maksudnya aku pernah tercerahkan gegara membaca komentar dari Mbak Ade Anita di postinganku tentang hamil dan asma.

Temen ngeblog aku selanjutnya adalah yang ngasih komentar berisi saran berharga kepadaku, mengenai penulisan dan penyajian foto di postingan yang aku buat. Yakni mbak Lusi Tris, mbak Ophi Ziadah, mbak Inayah, dan mbak Beauty Asti.

Lalu temen ngeblog aku berikutnya adalah semua blogger yang sudah meluangkan waktunya untuk main-main ke blogku yang assolole ini. Berkat kunjungan serta jejak yang kalian tinggalkan di kolom komentar, membuat performa blog aku menjadi lebih baik. Dari yang tidak terdeteksi google, menjadi berhasil masuk dalam chart ampuh google. Meskipun baru beberapa postingan aja sih. Tapi aku sudah seneng banget loh. Katrok ya. Hehe.

Bagiku, teman itu, baik di dunia nyata maupun di dunia blogging yang jelas bukan dunia lain, adalah siapapun yang membuat aku menjadi pribadi yang lebih baik serta memotivasi aku untuk menghasilkan karya yang baik juga bermanfaat. Siapapun itu. Termasuk kamu yang lagi baca tulisan ini. *ciecieeee *cuitcuiiitt. :D

***
"Tulisan ini diikutkan dalam Irly & Diah's GA Collaboration: Teman Nge-Blog" 

Smart Writer adalah Tempat Mewujudkan Cita-cita

Ada kalanya, seorang wanita dihadapkan dengan dua pilihan yang baginya memiliki urgensi yang sama. Seperti antara memilih mengikuti kehendak suami atau memilih untuk mengikuti kehendak orangtua yang notabene sudah mengorbankan jiwa dan raga mereka. Sementara mengikuti suami adalah kewajiban bagi seorang istri.

Bagi si wanita dua hal itu sama sama penting. Tapi bagi syariat Islam hal itu sudah sangat amat jelas. Bahwa pilihan harus jatuh kepada mengikuti kehendak suami. Ya dan itulah yang juga jadi pilihanku. Untuk mengikuti kehendak suami menjadi seorang ibu rumah tangga yang gaul en funky *halah. Hehe.

Memang rasa untuk mengikuti kehendak orangtua sudah tidak terlalu bergejolak di hati *aseg. Tapi masih terselip rasa ingin membuat mereka bangga. Melalui karya dan prestasi yang bisa aku telurkan *uhuy, maksudnya yang bisa aku raih dari rumah tanpa meninggalkan kewajibanku menjadi seorang ibu rumah tangga.

Nah oleh karena aku suka banget dengan kegiatan menulis. Baik itu menulis di blog, di diary, ataupun menulis di hati kamyu *uhuk. Maka aku ingin prestasi atau karya yang aku raih nanti terlahir dari kesukaanku itu. Ya apalagi kalau bukan ingin menerbitkan sebuah buku. Mungkin yang akan aku terbitkan lebih dulu adalah naskah buku yang sudah bertahun-tahun nangkring di laptop si ayah. Mungkin itu dulu. Selanjutnya mungkin aku ingin menerbitkan buku-buku tentang asyiknya belajar matematika untuk pendidikan dasar yang full colour dan ada alat peraganya juga.

Naskah novelku yg nangkring di laptop sampek jamuren wkwkwk
Kemudian selain untuk membuat orangtua bangga, menerbitkan buku bisa menjadi ladang amal juga buat aku. Bahkan mungkin bisa nambah nambah uang belanja. Atau mungkin bisa bikin aku beken gitu *mulaeeee. Trus aku ditawarin main iklan. Trus ningkat lagi jadi ditawarin main sinetron. Sinetron striping pula. Judul Sinetronnya yaitu tukang haji naik bubur. Dan peranku adalah sebagai pembeli bubur *ngoookkk.

Tapi aku sadar dan paham betul bahwa menerbitkan sebuah buku itu tidaklah gampang. Apalagi untuk menerbitkan sebuah buku yang bisa membuat orangtua bangga, maupun bisa menjadi ladang amal untukku. Tidak cukup hanya dengan mendaki gunung lewati lembah. Akan tetapi juga perlu kerja keras seperti sun gokong, biksu tong, ti pat kay, dan wu ching, yang harus menempuh perjalanan menuju barat yang tidak mudah demi mengambil kitab suci.

Untuk mewujudkan keinginanku itu, maka yang harus aku lakukan adalah ikut kursus menulis online Smart Writer. Karena di kursus menulis online Smart Writer itu, para peserta kursus akan digembleng langsung oleh para Smart Writer yang bernama Leyla Hana dan Riawani Elyta


Mereka adalah para penulis handal, femes, dan sudah menerbitkan begitu banyak buku. Tulisan mereka juga sudah sering mejeng di media massa dan memenangkan aneka macam kompetisi menulis. Keren kan ? ho oh *manggut manggut penuh semangat. Selain itu juga biaya kursus di situ juga terjangkau loh. Apalagi di kantong emak-emak macam aku ini. Nah itulah sebabnya mengapa aku pengen ikut kursus menulis online Smart Writer ini.


Ah semoga. Semoga aku bisa segera bisa ikut kursus menulis online Smart Writer. Agar cita-cita aku yang ingin melihat senyum rasa bangga di wajah orangtuaku bisa segera terwujud. Do'akan ya teman-teman. Sip sip. Makasih yak. Kalian baek deh *kecup basah *lalu pada ngacir semua. Hahaha.

***

Aksi Ibu Rumah Tangga Menjaga Lingkungan Hidup

Senang rasanya saat mengetahui masih banyak orang di negeri ini yang peduli dengan lingkungan hidup. Yaaa, meskipun masih lebih banyak yang tidak peduli sih. Tapi aku optimis, suatu saat nanti, negeri ini akan didominasi oleh orang-orang yang sadar dan peduli akan kelestarian  lingkungan hidup.

Rasa optimisku ini tentu saja ada dasarnya. Dasarnya adalah Orang-orang yang peduli lingkungan hidup tersebut yang tergabung dalam suatu komunitas, lembaga atau secara individu, nampak begitu bersemangat dan gencar  mengenalkan, menularkan, dan mengajak masyarakat untuk sadar serta turut menjaga dan melestarikan lingkungan.

Cara mereka, orang-orang yang peduli lingkungan hidup, mengemas ajakan tersebut pun sangat apik. Seperti mengadakan kegiatan jalan sehat yang diakhiri dengan menanam seribu pohon. Atau mengadakan lomba mendaur ulang barang bekas, atau seperti yang dilakukan oleh blogger kece mas Bowo Susilo ini, yang mengadakan giveaway bertemakan lingkungan hidup di blognya.

Salut banget dengan semangat mereka. Semangat yang berhasil membuat sekian orang tergerak untuk melakukan hal yang sama. Salah satunya adalah aku.

Sebagai seorang ibu rumah tangga, aku pun juga ingin turut serta menjaga lingkungan hidup sekitarku. Dan caraku adalah :

Menghemat penggunaan listrik.
Selain mematikan listrik di siang hari dan memakai listrik seperlunya saja, aku juga tidak menyetrika bajuku maupun baju orang rumah. Aku lebih memilih untuk merapikan baju pada saat proses pengeringan, penjemuran hingga saat baju-baju tersebut dilipat lalu dimasukkan ke dalam lemari.









Mencuci tanpa deterjen.
Aku mengganti deterjen dengan laundry ball yang komponen di dalamnya tidak mengandung bahan kimia. Dengan begitu, tidak akan merusak ekosistem air.




Daur ulang barang bekas.
Ada beberapa barang bekas yang aku ubah menjadi barang yang bisa digunakan lagi di rumah. Seperti dasterku yang sudah bolong dimana-mana dan kolor si ayah yang begitu dipakai langsung melorot alias sudah molor. Dua benda tersebut aku ubah menjadi keset kaki.



Ada juga kaos yang sudah tidak terpakai, karena sudah mbrudul atau molor, aku ubah menjadi tas untuk belanja, atau sarung bantal.





Sementara botol-botol bekas minyak telon, bedak, hingga bekas air mineral, aku ubah menjadi mainan untuk si kecil ken.




Menularkan kecintaan akan lingkungan hidup kepada anggota keluarga.
Dan fokus utamaku saat ini adalah menularkan hal tersebut kepada si kecil ken. Dengan cara :
1. Mengajak si kecil ken membereskan atau meletakkan mainan yang sudah selesai ia mainkan pada tempatnya. Hal ini sebagai langkah awal untuk membiasakan si ken meletakkan sesuatu tepat pada tempatnya. Salah satunya yakni membuang sampah pada tempatnya.



2. Mengenalkan pemandangan pemandangan indah kepada si kecil ken. Pemandangan indah yang makin tampak mempesona sebab bersih. Tak ada sampah dimana-mana.



Itulah beberapa aksi yang bisa aku lakukan, sebagai ibu rumah tangga. Mungkin tak seberapa, bahkan mungkin tak terlihat hasilnya secara signifikan. Daripada apa yang dilakukan oleh mereka yang aku sebutkan di atas tadi. Yang berhasil menggebrak nurani untuk turut beraksi menjaga lingkungan hidup. Salut untuk mereka dan semoga mereka tetap bersemangat menjaga lingkungan hidup serta semangat menularkan rasa peduli akan lingkungan hidup kepada seluruh warga negeri ini. Amin.

***

Ini Isi Tasku

Ada yang bilang "kalau ingin mengetahui kepribadian seseorang maka lihatlah dari isi tasnya". Misalnya nih :

● Kalau isi tasnya didominasi oleh lipstick, lipbalm, bedak, lotion, parfum, eyeliner, maskara hingga bulu mata mpok eli sugigi eh teteh syahrini maksudnya. Maka kepribadian dari si pemilik isi tas tersebut adalah orang yang fashionist.

● Nah kalau isi tasnya didominasi dengan smartphone, kamera, tablet, earphones, charger, power bank, colokan hingga genset-gensetnya sekalian. Maka pemilik isi tas ini berkepribadian gadgetable.

● Kemudian kalau isi tasnya berisi segala macam hal. Maka kepribadian pemilik tas ini adalah orang yang siap siaga. Apa aja ada. Kulkas mungkin juga ada *hahayyyy.

● Trus trus kalau tasnya hanya berisi dompet, kunci, smartphone. Maka pemilik isi tas ini adalah seseorang yang minimalis.

● Nah kalau yang isinya permen, aroma terapi, antangin, antimo, maka orang itu berarti......sedang dilanda mabok perjalanan cyiiinnn.

● Dan lain sebagainya.

Bener gitu nggak ya ?. Kalau kalian masuk yang mana nih?. Pasti yang fashionist yak. atau yang siap siaga atau yang mabok perjalanan *itu mah elu aja kali mak. iyak. hehe. Trus kalau kepribadianku apa donk yaaaa ?. Masuk yang mana ya ?. Jangan jangan masuk ke hatinya aliando *uhuy. Tapi sepertinya aku nggak masuk mana mana deh. Soalnya isi tas aku cuma begeneeee:

Lebih banyak camilannya, wkwkwkwk
1. Camilan
Ini adalah beberapa camilan kesukaan si ken, dan emaknye. Kenapa nggak beli aja ?. Si ken nggak doyan selain camilan yang bungkusnya seperti itu, merknya itu, dan ada gelang karetnya itu *alibi mamak medit. Hehe.


2. Air minum
Selain buat minum, ini juga dipakai untuk mencuci tangan.


3. Duit receh
Untuk bayar parkir, buat pengamen atau buat pengemis.


4. Smartphone

5. Titipan si ayah : Sisir Kecil Pink
Ini dipakai si ayah untuk merapikan rambut yang sedikit awut-awutan terkena helm.


6. Jaket si ken

Udah gitu aja ?. Iya. Dompet ?. Nggak, kan ada pak bos. Nggak ada yang lain ?. Nggak ada. Soalnya aku nggak pernah kemana-mana. Keluar rumah paling cuma ke pasar atau ngajak si ken, 3 thn 2 bln, jalan jalan. Paling jauh ya mudik alias pulkam. Jalan jalannya pun nggak jauh jauh. Kalau nggak di taman yang ada di dekat rumah, yaaa di alun-alun kota Jombang. Menemani si ken berlarian ke sana kemari. Memperhatikan lalu lalang orang. Menikmati pemandangan. Atau hanya sekedar duduk duduk seraya menyesap udara yang berbeda dari biasanya. Karena biasanya ngirup bau bawang merah, terasi, ikan asin, bau kecut si ken, bau kentut dan bau badan sendiri yang amsyongnya minta ampun. hahahaha.

Si ken, Aku, dan Si tas
Ya begitulah isi tasku yang isinya udah kayak pedagang cang cimen cang cimen di bus. Isinya didominasi kebutuhan perut semua. Etapi kalau dilihat dari barang yang mendominasi isi tasku itu, bisa disimpulkan kalau kepribadian aku adalah seseorang yang benar benar perhatian. Perhatian sama keluarga, isi perut juga isi dompet pemirsah. hahahaha.

***

Gapai Cita-cita dengan Berwirausaha

Tidak pernah terlintas sedikitpun di dalam benak pria berbadan  kurus itu untuk melanjutkan pendidikan lagi setelah ia lulus STM. Ia hanya berpikir bahwa setelah lulus STM, ia akan mencari kerja lalu membantu ekonomi keluarga. Sudah. Itu saja.

Dan niat itu pun  ia wujudkan. Begitu lulus STM ia pun segera mencari pekerjaan dan dapat. Ya ia mendapat pekerjaan sebagai karyawan salah satu restoran cepat saji terkemuka di negeri ini.

Alhamdulillah gaji sebagai karyawan restoran cepat saji yang selalu ramai pengunjung ini benar benar membuatnya mampu membantu ekonomi keluarga. Membantu membayar uang sekolah adiknya yang nomor 1 (SMA), 2 (MTs) dan 3 (SD). Membantu memperbaiki rumah orang tuanya. Yang semula terbuat dari bedek atau anyaman bambu menjadi rumah yang terbuat dari bata. Serta beberapa hal kecil lainnya.

Namun roda kehidupan selalu berputar bukan ?. Dan 4 tahun lamanya posisi roda kehidupan pria berbadan kurus itu berada di atas. Di atas ..... di atas ....... lalu perlahan berputar ke bawah lalu berhenti di kata PHK. Ya ia di PHK.

Ia sempat luntang lantung. Jadi pengangguran. Hingga akhirnya ia mengikuti sepupunya pergi ke ibu kota untuk berjualan nasi goreng keliling di area kampus kampus yang ada di Ibu kota. Sungguh berbanding jauh dengan kehidupan sebelumnya. Akan tetapi masa masa inilah yang mengantarkannya bertemu dengan seseorang. Seseorang yang berhasil mencerahkan dan membangkitkan gairahnya untuk melanjutkan pendidikan lagi. Untuk kuliah.

Gayung bersambut. Orang tuanya pun menyetujui keinginannya untuk kuliah lagi. Namun hanya menyetujui. Ragu untuk dapat sepenuhnya membiayai. Pendapatan warung klontong merangkap warung kopi tak terlalu banyak. Para pembeli banyak yg berhutang. Dan mereka baru membayar kalau sudah ada uang. Jadi hasil warung hanya cukup untuk makan, dan sisanya dibelanjakan barang-barang untuk mengisi warung lagi. Istilah kecenya, uang muter. Meskipun begitu ia tetap nekat mendaftar kuliah di salah satu universitas swasta di kota tempat tinggalnya.

Setelah ia nekat mendaftar dan mulai mengikuti perkuliahan, ia masih berusaha bagaimana cara menghasilkan uang untuk bekal kuliah. Ia sempat menjadi pengasong juga pernah ikut ngamen. Namun tidak terlalu lama, karena akhirnya ia menemukan solusi untuk masalah keuangannya. Dan solusinya adalah membuka warung kopi lesehan. Tidak memerlukan modal yang begitu banyak. Tidak mudah 'basi'. Bisa menghasilkan pundi pundi yang lumayan.


Sekali lagi gayung bersambut. Orang tua mendukung idenya. Mereka akan membantu menyuplai bubuk kopi maupun kopi sachetnya. Dan pria berbadan kurus itu tinggal memikirkan gerobak warkopnya saja. Kenapa harus memakai gerobak ?, karena gerobak tersebut nantinya tidak hanya dipakai untuk menaruh perlengkapan warung namun juga dipakai untuk meletakkan produk yang dijual.

Jadwal membayar spp pun semakin dekat. Sementara ia belum juga bisa menghasilkan uang untuk membayar spp. Resah tentu saja ?. Ia pun mengutarakan kegundahannya tersebut kepada salah satu dosennya juga soal idenya ingin membuka warung kopi. Dan sungguh tak terduga. Siapa sangka bahwa dosen tersebut ternyata juga sedang menjual gerobak miliknya. Dosen itu pun menawarkan gerobaknya kepada pria berbadan kurus. Tentu saja dengan harga miring dan boleh dibayar kalau sudah ada uang.

kira kira seperti inilah gerobak kopinya
Kopi sudah, gerobak juga sudah. Tinggal cari lokasi. Tidak membutuhkan waktu lama, karena ia sudah menemukan lokasi yang sangat strategis. Yakni di depan kampus.
Bahan yang akan dijual sudah siap, gerobak juga sudah ada, tempat juga sudah beres, maka langkah selanjutnya yakni membuat warung kopi tersebut. Dan begitu warung kopi tersebut dibuka, alhamdulillah, mendapat sambutan baik. Terutama oleh teman teman kuliahnya. Namun meskipun begitu, ia ingin warung kopinya tak hanya ramai di awal awal saja. Tapi seterusnya.

malam hari utk warkop, siang hari dipakai para pedagang es degan

Oleh sebab itu, ia sudah menyiapkan beberapa strategi. Strategi yang ia rumuskan berdasarkan pengalamannya saat menjadi karyawan di restoran cepat saji terkemuka itu juga pengalamannya saat menjual nasi goreng keliling. Apa saja strateginya :

● Mempertahankan kualitas rasa kopi yang ia jual yakni kopi hijau dari tulungagung dan kopi hitam. Ia berprinsip untuk tidak mencari keuntungan lebih dengan cara mengubah perbandingan kopi dan air. Atau mencampurkan biji kopi dengan beras lalu diubah menjadi bubuk kopi. Tidak akan begitu.

● Memperhatikan saran pelanggan. Seperti menyarankannya untuk menjual gorengan juga mie instan. Dan itu ia lakukan.

● Tidak membuat pelanggan lama menunggu. Oleh sebab itu, ia mempekerjakan satu orang lagi untuk membantunya.

Dengan strategi tersebut juga didukung dengan lokasi yang strategis berhasil membuat warung kopinya selalu ramai. Kalau sudah begitu, kotak tempat menyimpan uang pun bisa segera penuh. Rata-rata penghasilan bersih (sudah dikurangi dengan membayar orang yang rewang juga membayar kopi bubuk, kopi sachet juga mie instan ke orang tuanya) yang ia dapatkan sekitar 60 hingga 50 rb/hari.  Di tahun 2004 uang sebesar itu bisa dibilang cukup banyak. Jadi 1 bulan ia bisa menghasilkan pundi-pundi sebesar 1jt-1.8jt rupiah. Uang tersebut bisa ia pakai untuk membayar cicilan gerobak, menabung untuk membayar spp, memberi uang saku untuk adik2nya, terkadang juga bisa membantu teman kuliahnya yang sedang kesulitan dana, serta memenuhi biaya hidupnya selama kuliah. Bahkan ia juga bisa membeli motor megapro sendiri.

meja peninggalan warkop
Sekarang, pria berbadan kurus itu sudah berhasil menggapai mimpinya untuk berkecimpung di dunia pendidikan, menjadi guru juga menjadi seorang dosen. Lalu siapakah nama pria berbadan kurus yang kini sudah tak lagi kurus itu ?. Ia adalah pemilik nama chakim yang ada di belakang namaku, Inda Chakim. Iya dia adalah si ayah ken. Salah satu sosok yang menginspirasiku juga si kecil ken nantinya. Inspirasi untuk tak pernah menyerah menggapai cita-cita. Dan salah satu cara untuk mencapai cita cita adalah dengan berwirausaha.
***
“Tulisan ini diikutkan dalam Giveaway Semua Tentang Wirausaha yang diselenggarakan oleh Suzie Icus dan Siswa Wirausaha”.

Bermain Membuat Rumah Boneka

Kalian sudah nonton film toy story 3 kan ?. Itu tu yang ada adegan barbie ketemu dengan ken. Kalian lihat rumah si ken, beuugghh, kece ya rumahnya. Rasanya aku pengen nginep di situ. Sayangnya yang ditawarin si ken cuma si barbie aja. Sementara, aku, mrs. Potato Head nggak ditawarin si ken sama sekali. Eikeh Syedih. *halah. Hehe.



Seneng banget rasanya melihat rumah boneka seperti itu. Keren. Pasti seneng banget deh ya yang bisa punya rumah boneka seperti itu. Pasti donk. La wong aku dulu punya rumah boneka dari kardus saja rasanya sudah senang banget. Iya, waktu aku kecil dulu tuh, aku suka main boneka dari kertas sama kakak sepupu aku. Untuk membuat permainan ini lebih seru, kami pun membuat rumah untuk  boneka kertas kami. Tentu saja rumah bonekanya tidak seperti rumah barbie atau ken. La wong bahan bahan yang kami gunakan untuk membuat rumah boneka tersebut hanya aneka kardus kardus bekas wadah pasta gigi,bekas bungkus rokok, hingga kardus bekas korek api. 

Bahan bahan tersebut kami kumpulkan satu persatu. Kadang kami mendapatkannya berserakan di depan warung klontong. Atau kadang juga kami menemukannya di jalan jalan saat kami tengah bermain. Pokoknya mah dulu kalau lihat kardus bekas rasanya kayak makan coki coki se-renteng gitu. Seneng banget.

Kalau sudah banyak, kardus-kardus tersebut akan kami atur, berjajar-jajar, membentuk kotak atau persegi panjang besar. Nah di dalam kotak tersebut akan ada kotak-kotak kecil lagi yang akan menjadi kamar tidur, kamar mandi, ruang nonton tv, tempat pesta dan lain sebagainya. Komplit dah. Hehe.

Kurang lebih seperti ini rumah boneka kertas yg aku buat dulu

Kalau sudah main ini, aku dan kakak sepupu aku suka lupa waktu dah. Saking asyiknya. Kadang kalau kami sudah suka banget sama rumah yang kami buat, rasanya eman gitu mau dibongkar. Tapi tetap harus kami bongkar, kalau nggak, bisa dimarahin ibuk. 

Sederhana namun tetap menyenangkan. Kalau sekarang mah mau membuat rumah atau bangunan apa gitu sudah nggak pakai kardus bekas lagi melainkan pakai lego beneran atau lego kw. Kaya' si ken nih, membuat bentuk bentuk bangun ruang pakek lego kw. Hihihi. Tentu saja yang seperti ini lebih cakep, lebih keren, lebih variatif, dan pasti akan membuat anak menjadi lebih kreatif. Tapi nih kalau dipikir-pikir, rumah boneka yang aku buat pakek kardus itu hampir sama dengan sketsa desain desain para arsitek. Ya nggak ?. Cuma ya lebih kece-an punya mereka donk. Jauh. Daripada punya anak desa bin anak kebon yang manis kinyis kinyis seperti aku ini. Hehe.

Membangun rumah versi anak masa kini

***

Aku Terima Kegagalan Resolusi 2015 Ini dengan....


Sebenarnya, inti dari resolusiku di tahun 2015 yang sebentar lagi akan berakhir ini adalah dapat menghadirkan rasa bangga di hati ibu dan bapak. Meskipun aku hanya sebagai ibu rumah tangga. Bukan sebagai seorang wanita karier sukses sebagaimana harapan bapak juga ibuk yang ditujukan padaku si anak pertama.

Sudah bukan hal yang dianggap tabu lagi dibicarakan *emangnya silet bahwasanya memegang status anak pertama itu, benar benar, tak semudah membalikkan telapak tangan. Berat. Lebih berat dari  berat badanmu ? *melengos. Iyah. Beraaattt. Karena, tugas si anak pertama tak hanya memberi contoh yang baik untuk adik-adiknya akan tetapi juga anak pertamalah yang diharapkan dapat merengkuh sukses, dan menjadi sosok yang dibanggakan keluarga. Dan dua hal itu, menurut bapak dan ibuk hanya bisa diraih dengan menjadi seorang wanita karier. Bukan sebagai ibu rumah tangga.

Sekilas ada ekspresi kecewa yang tertangkap di wajah bapak ibuk saat aku mengatakan hal itu. Lalu apa yang aku rasakan saat menangkap ekspresi seperti itu ?. Kalian tau ?. Rasanyaaaa...hhhhh...PERIH *aku tak sanggup. Kejadian itulah, yang berlangsung kira kira 1.5 tahun yang lalu, membuatku di awal tahun 2015, memantabkan hati untuk memburu prestasi demi mengobati rasa kecewa di hati bapak juga ibuk terhadap pilihanku. I will do it Yeaahhh.

Untuk mewujudkan resolusi tersebut, aku pun mengikuti buanyak perlombaan. Baik yang diadakan oleh brand ternama, sebuah lembaga maupun kawan kawan yang berkecimpung di dunia blogger. Sayangnya dari sekian buanyak lomba yang aku ikuti, hanya ada beberapa yang nyantol. Jika dibuat sebuah perbandingan, maka bisa ditulis seperi ini, 50 : 1. 50 ikut lomba, 1 kali jebret. Tentu saja yang 1 itu menjadi tak terlihat oleh bapak juga ibuk. Padahal, dapet 1 aja, bagiku, rasanya sudah seperti dikedipin aliando *ting.



Berdasarkan perbandingan tersebut, kalian pasti bisa menyimpulkan bahwa resolusiku di tahun 2015 ini bisa dibilang gagal. Failed. Menyedihkan bukan ? *sroott* *usap umbel pakek daster*.

Bukan hanya sedih. Lebih dari itu. Nih, bagian sini nih. Dompet maksudnya ?. Bukaaann. bukan ituuu. Tapi yang ini nih, Hati. Perih rasanya, saat merasa diri tak mampu membuat ibuk bapak bahagia nan bangga terhadapku.

Tapi..apalah daya. Tak ada kalung waktu hermione di leherku, juga tak ada mesin waktu doraemon di laci bumbu dapurku. Jadi yaaa...aku terima kegagalan ini dengan...... Linangan Air Liur, Ups, Air Mata maksudnya.

Setelah aku menerima kegagalanku itu dengan lapang dada, aku pun mulai bisa meraba raba apa penyebab utama kegagalanku tersebut. Dannnnn....Penyebabnya adalaaaaahhhhh...karena aku terlalu membabi buta, terlalu ambisius.

Lalu apakah resolusi tahun 2015 yang telah gagal ini akan dikandangkan begitu saja ? Ow..tentu tidaakk. Malah aku berniat untuk memasukkannya ke resolusiku di tahun 2016. Cuma, tidak memakai cara yang aku lakukan di tahun 2015 ini donk ya. Jurus Serudak Seruduk, ikut ini ikut itu, tanpa pertimbangan yang matang terlebih dahulu.



Iyup, ikut lomba pun harus dipertimbangkan matang matang. Begitu juga dengan mengirim karya ke media massa ini atau penerbit yang itu. Semua harus dipertimbangkan. Mana yang sekiranya lomba yang temanya aku kuasai, mana media massa atau penerbit yang cocok untuk karya yang aku buat, serta apakah aku happy mengerjakan itu semua ?. Jangan jangan malah jadi uring uringan bahkan malah jatuh sakit hanya karena ingin mengikuti lomba yang itu. Duuhh, aku nggak mau begitu lagi. Aku mau ikut lomba, buat karya, yang aku banget, yang aku happy ngerjainnya.

Aku harap, resolusiku yang gagal terwujud di tahun 2015 ini, dapat menjadi pelajaran, pengalaman, dan pengantar tercapainya resolusiku di tahun 2016 mendatang. Amin. Semoga, semoga, semoga aku bisa menghadirkan serta melihat raut bahagia nan bangga di wajah ibuk dan bapak. Amin. Mohon bantuan doanya ya teman teman *prok prok prok*. Yak, Makasih yaaaa. Kalian memang baek. :D

Giveaway Tinta Perak 


Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

About Me

Halo Assalamu'alaikum, Aku Inda, guru tk. Aku  ibu dari dua bocil, ken dan yumna, yang suka menulis, suka kulineran, jalan-jalan...