Waktu SD sampai aku SMP lah kira-kira. Aku
pernah ngerasa bahwa aku bukan anak bapak ibuk. Bukan anak kandung. Tapi anak
angkat. Makanya, ibuk bapak nggak pernah hadir waktu aku tampil atau ikut
pertunjukan di sekolah maupun di pesantren. Bahkan saat aku jadi juara di
beberapa lomba pun, bapak ibuk juga nggak datang. Bapak ibuk hanya mengantar.
Setelah itu aku ditinggal. Sementara teman-temanku, para pemenang lomba,
didampingi sama orangtua mereka. La aku, ngintil guru sekolah atau guru ngaji.
Asli. Nyesek banget rasanya waktu itu.
Meskipun aku merasa begitu. Tapi aku
nggak pernah menanyakan hal itu langsung kepada bapak ibuk. Aku lebih milih
menyimpan pertanyaan tersebut. La koq nggak tanya ? Nggak berani. Dah, ngobrol
biasa sama bapak ibuk aja jarang banget apalagi mau tanya soal begitu. Duh
merinding disko duluan. Pertanyaan tersebut baru aku berani
tanyakan saat menjelang nikah.
Nah, entah gimana, apa mungkin karena
aku mau nikah itu kali ya, rasanya, hubungan aku sama bapak juga ibuk jadi
sedikit mencair. Yang biasanya kaku banget. Ngobrol aja jarang. Tetiba tumbuh
chemistry aja gitu. Cieeee... hahay. Nah, pada saat inilah aku bilang soal apa
yang aku rasa waktu aku kecil dulu.
"Buk buk, Nda pernah ngerasa bukan
anak bapak ibuk loh. Tapi anak angkat ?"
"La koq gitu?"
"Iya buk, soalnya Nda ngerasa ibuk
bapak nggak peduli sama aku"
Lalu cerita pun mengalir begitu saja.
Rasa-rasa yang aku rasa waktu kecil terucap keluar begitu lancar. Lega. Tapi
abis itu....
Aku nyesel.
Loh
Iya. Karena bikin ibuk berkali kali
meminta maaf sambil berkata :"Ibuk nggak ngerti, waktu itu, yang ada
dipikiran ibuk juga bapakmu, cuma bisa ngumpulin uang buat sekolahmu, buat kamu
sama adekmu bisa tinggal di rumah yang nyaman nggak ngontrak terus".
Nyeseeelllll.
Andai bapak ibuk dulu meluangkan sedikit
waktu untuk mengungkapkan rasa yang ada di dalam hati mereka kepadaku. Bahwa mereka
sibuk bekerja hingga sulit memiliki waktu luang untukku bukan karena tak peduli
apalagi tak saying melainkan semata-mata karena tengah berbuat sesuatu untuk
masa depan. Tentu tak akan ada yang namanya salah rasa, salah paham.
Belajar dari pengalaman hidup
Nah, belajar dari apa yang telah aku
alami itu. Aku, yang sekarang telah menjadi seorang ibu, memutuskan dan
berusaha untuk lebih baik dari bapak ibuk. Aku akan aktif mengungkapkan kepada
anakku, si ken, bahwa ia sangat berarti bagiku.
Caranya gimana ?
Ditimang timang terus gitu ?
Disayang sayang ?
Dimanja manja ?
Nggaklah. Itu namanya bukan lebih baik
dari bapak ibuk. Malah maknyonyor kan jadinya. Sebab, berpotensi menjerumuskan
masa depan anak. Jadinya anak malah nggak mandiri, manja, suka-suka, egois, dan
sebagainya.
Lalu trus gimana donk cara mengungkapkan
rasa sayang cinta kepada anak tapi nggak menjerumuskan masa depannya ? Ada
banyak cara tentunya. Tapi aku memilih cara yang sederhana dan sangat mudah
untuk dilakukan.
Cara sederhana nan mudah Mengungkapkan
Rasa Sayang kepada Si kecil.
Ini cara yang paling sederhana nan mudah
lah yah. Mau aku sesibuk apapun, ada tugas kuliah yang segambreng, kerjaan
rumah tangga yang numpuk, tetap bisa meluk bocah. Minimal waktu bocah mau
tidur.
Namun, usut punya usut, pelukan memiliki
manfaat yang uwow bagi si kecil. Hal ini diungkap oleh university of italy yang
melakukan sebuah penelitian tentang dampak pelukan orangtua kepada si anak.
Bahwa anak yang sering mendapat pelukan dari orang tuanya akan lebih mudah dan
cepat sembuh dari depresi. Selain itu, pelukan orangtua dapat memunculkan rasa
percaya diri anak dalam menyelesaikan berbagai permasalahan. Dengan kondisi
seperti ini, tentu anak akan terhindar atau menjadi tidak gampang stress.
Siapa sih yang nggak suka didengarkan
kalau sedang bicara, maupun bercerita. Senangkan ya ? Ho oh. Aku aja senang
banget kalau suami mendengarkan aku bicara atau curhat. Rasanya plong gitu.
Melegakan. Nah demikian juga dengan bocah. Pasti mereka senang. Merasa
dihargai, merasa orangtuanya excited dengan apa yang ia ceritakan, yang tak
jauh dari dunia anak-anak.
3. Berkreasi untuknya
Ayo ngacung, siapa yang masih ingat sama
makanan kesukaan yang dibuat ibu waktu kita masih kecil ? atau mainan buatan
ayah, atau baju maupun tas buatan ibu ? Cara ibu maupun ayah nguncir rambut
atau motong rambut kita ? pasti ingat lah yah.
Contoh-contoh di atas merupakan hal yang
sangat sederhana. Tapi begitu berkesan di ingatan. Karena kita ngerasa bahwa
orangtua kita amat menyayangi kita. Sampek dibela-belain bebikinan untuk kita.
Nah inilah yang aku inginkan ada di si
kecil ken. Aku ingin si kecil ken memiliki ingatan berkesan dari masa kecilnya.
Ingatan bahwa aku berkreasi untuknya karena aku menyayanginya karena aku ingin
senyum terkembang di wajahnya.
4. Menghabiskan waktu dengannya
Hampir sama dengan poin ketiga. Lakukan
dengan cara sederhana pun pasti sudah menimbulkan geletar-geletar bahagia di
hati si kecil. Misalnya, menemani ia menggambar, turut asyik bermain peran dengannya,
atau jalan-jalan di taman dekat rumah. Tentunya, tanpa ada gadget di antara
kita dan anak.
5. Memperhatikan kebutuhan dan
kesehatannya.
Dari itu semua, menurut aku, ini yang
paling utama. Sebab kita dapat mengungkapkan rasa sayang kita kepada si kecil
secara maksimal saat si kecil dalam kondisi sehat. Kalau sakit, tentu kita
tidak bisa leluasa mengajak si kecil mengeksplorasi mainan yang kita buat
untuknya atau mencicipi makanan yang kita buat atau pergi jalan jalan dan
sebagainya.
Selain itu, ini juga menjadi poin
penting bagi aku dan suami. Kami berusaha betul agar si ken tidak sakit. Bahkan
demam sekalipun. Kami benar benar menghindari hal itu. Mengingat si kecil ken
memiliki riwayat kejang karena demam.
Sedikit info tentang Kejang Demam
Kejang Demam atau KD bukan suatu sakit
yang remeh temeh. Sebab bila tidak ditangani dengan baik, kejang demam dapat
berkembang menjadi kejang demam berulang, epilepsi, kelainan motorik, gangguan
perilaku dan gangguan mental dan belajar.
Bagi anak yang sudah pernah mengalami
kd. Maka berpeluang besar akan mengalami hal yang sama lagi. Maka dari itu,
orangtua harus benar-benar berusaha untuk menghindari hal ini terulang lagi.
Adapun cara yang bisa aku dan suami
lakukan untuk menghindari KD pada si kecil ken terjadi lagi adalah
1. Mengetahui ambang batas panas si
kecil.
Yap setiap anak memiliki ambang batas
yang berbeda. Untuk ambang batas si kecil ken sendiri, kata dokter, adalah
antara 37.8 - 38 derajat celcius. Jadi kalau panas si ken melebihi 38 biasanya
aku memilih untuk membawanya langsung ke dokter anak langganan atau rumah sakit
terdekat.
2. Selalu sedia termometer dan kebutuhan
untuk mengompres. Salah satunya alkohol 75 persen.
3. Siap sedia obat untuk menghentikan
kejang. Salah satunya stesolid. Obat ini berbentuk cairan yang dimasukkan lewat
dubur saat si kecil mengalami kejang demam.
4. PENTING. Selalu sedia obat penurun
panas yang mengandung antipiretika dan aman untuk lambung si kecil. Seperti
Tempra Syrup.
Selain kandungan dari Tempra Syrup.
Pertimbangan lain adalah karena Tempra berbentuk syrup dengan rasa kesukaan si
kecil. Selain itu, pemakaian Tempra Syrup ini juga praktis tidak perlu dikocok terlebih
dahulu. Jadi tinggal buka tutup Botol Tempra Syrup trus langsung tuang deh.
Larut 100%. Dosisnya juga tepat koq (Tidak menimbulkan over dosis atau kurang
dosis).
Nah jadi seperti itulah cara aku dan
suami mengungkapkan rasa sayang dan cinta kami kepada si kecil. Cara yang
sederhana nan mudah bukan ? Ho oh. Jadi monggolah dipratekkan. Atau
jangan-jangan kalian nih Mamis sudah punya cara sendiri. Kalau gitu. Bolehlah
dishare dimarik. InsyaAllah bakal bermanfaat.
***
Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Blogger
Perempuan Network dan Tempra.