Showing posts with label Si Ken. Show all posts
Showing posts with label Si Ken. Show all posts

Pengalaman Ikut Kelas Bahasa Inggris untuk Anak Kinestetik di Kreasa


"Ken, ikut Kelas Bahasa Inggris Kreasa yak? Biar nanti kamu gampang kalau kamu pergi ke Rusia, Belanda, Amerika serikat, Inggris, Jepang, semuanya dah?"

"Mau, Ma, Mau" 


Aku senang sekali si Ken begitu antusias menyambut tawaranku. Jadi aku nggak perlu ngasih penjelasan panjang kali lebar, atau bujuk rayu agar ia mau ikut kelas di Kreasa

Sertifikat dari Kreasa


Yup, liburan sekolah kemarin, si Ken aku ikutkan kelas di Kreasa. Ini sebagai salah satu usahaku biar dia nggak bosan di rumah saja selama liburan sekolah.


Di samping itu juga, sudah sejak dulu, aku ingin mengikutsertakan si Ken di kelas bahasa Inggris. Tujuanku yakni untuk menstimulasi kemampuan bahasa Inggrisnya si Ken. Hanya saja aku baru menemukan tempat belajar bahasa Inggris secara daring yang memenuhi semua kriteria yang aku buat. Semua kriteria dalam memilih tempat belajar bagi si Ken tersebut aku rangkum dalam 5 Hal yang Harus Diperhatikan Ketika Memilih Kelas Bahasa Inggris untuk Anak Kinestetik

Baca juga: serunya punya anak kinestetik

5 Hal yang Harus Diperhatikan Ketika Memilih Kelas Bahasa Inggris untuk Anak Kinestetik


Pertama, apa metode belajar yang digunakan?


Si Ken adalah tipe anak dengan gaya belajar kinestetik. Ia agak susah menerima pelajaran jika penyampaian materi hanya berupa penjelasan atau lebih dikenal dengan metode ceramah. Ken, si anak kinestetik ini, lebih mudah memahami materi yang diajarkan jika disertai dengan praktik, atau diselingi dengan aktivitas yang menyenangkan misalnya sembari bernyanyi atau menggambar, atau bisa juga dengan menghadirkan komunikasi dua arah antara si Ken dan pemberi materi. 


Kedua, jumlah siswa di setiap kelas.


Berdasarkan pengalamanku saat menjadi guru dulu, aku mengalami kesulitan mengajar di kelas jumbo, kelas yang punya banyak siswa. Aku tidak bisa memperhatikan siswa yang ada di kelas tersebut. Apakah mereka sudah paham dengan penjelasanku atau tidak.  Dampaknya, banyak siswa yang belum paham dengan materi yang aku sampaikan. Aku tidak ingin dialami si Ken. Jadi dengan jumlah peserta yang sedikit maka hasil pembelajaran yang diharapkan akan tercapai.  


Ketiga, biaya dan fasilitas apa saja yang didapatkan


Sebenarnya, aku tipe orang tua yang tidak terlalu ambil pusing soal biaya-biaya yang terkait dengan pendidikan atau biaya buat mengembangkan kemampuan anak, selama biaya yang dikeluarkan sesuai dengan fasilitas yang didapatkan dan juga dapat membantu anak mengembangkan kemampuannya, tak jadi masalah. Berapapun biaya pendidikan anak, insyaAllah bakal aku usahakan. Aku yakin, mah, kalau untuk kebaikan insyaAllah selalu ada bantuan dari-Nya. 


Keempat, jadwal pelaksanaan kelas


Menurutku, anak sekolah dasar, belum benar-benar bisa belajar sendiri, jadi masih perlu didampingi. Mendampingi bukan untuk membantu, melainkan untuk tahu seperti apa kegiatan pembelajaran, mana bagian yang perlu distimulasi, hingga apakah anak mengalami kesulitan? Bagian mana? Sebab apa? Jadi untuk jadwal pelaksanaan, aku lebih memilih kelas yang dilaksanakan pas aku luang, misal weekend, gitu. 


Kelima, review positif

Review positif adalah kunci, kunci untuk memantapkan sebuah keputusan mau memilih ya atau tidak. Pengalaman orang lain itu tak kalah berharga dengan pengalaman sendiri. Dari pengalaman orang lain, kita bisa sedikit banyak jadi tahu apakah pengalaman tersebut bernilai positif atau negatif. 


Jadi seperti itulah kira-kira 5 Hal yang Harus Diperhatikan Ketika Memilih Kelas Bahasa Inggris untuk Anak Kinestetik. Nggak banyak koq, Mombeb, cuma lima lapis, nggak sampai ratusaaaannnnn. 


Baca juga: Memilih sekolah untuk anak kinestetik


Dan semua poin di atas, dipenuhi oleh Kreasa.  


Apa itu KREASA?


Kreasa adalah sekolah kreativitas berbasis online dengan sistem fun learning yang menyediakan berbagai program belajar bagi anak-anak. Kreasa hadir dengan membawa tujuan yakni dapat menjadi tempat untuk menumbuhkan fitrah kreatif dan inovatif anak-anak Indonesia yang tentunya sudah disesuaikan dengan perkembangan zaman. Ini sesuai dengan tagline milik Kreasa yakni “Where kids creativity will be born”.


Dari deskripsi singkat di atas saja, sudah berhasil bikin aku tertarik mengikutsertakan Ken di Kelas Bahasa Inggrisnya Kreasa. Jadi tanpa pikir lama-lama, aku pun segera mendaftarkan si Ken. 


Cara mendaftar program belajar Kreasa ini bisa dibilang amat mudah. Cukup dengan mengikuti langkah di setiap fitur kelas Kreasa yang ingin dikuti, Mombeb sudah bisa mengikutsertakan si kecil di kelas bahasa Inggrisnya Kreasa dan mendapatkan fasilitas yang ada di Kreasa.


Fasilitas kreasa



Oya di Kreasa ini ada berbagai pilihan program untuk anak. Ada program animasi, kelas menulis, kelas bahasa Inggris dan masih banyak lagi. 


Program kelas kreasa

Program Kreasa

Program Kreasa


Review Ikut Kelas Bahasa Inggris untuk Anak di Kreasa


Setelah selesai daftar kelas bahasa Inggris Kreasa, aku segera diinvite ke dalam grup WA yang beranggotakan peserta kelas bahasa Inggris, dan juga ada admin Kreasa yang mengatur grup WA hingga keperluan kelas berlangsung. 


Untuk jumlah peserta di kelas bahasa Inggris Kreasa ini sebanyak 4 orang. Dah, kalau gini mah berasa ikutan kelas privat yak. Alhamdulillah banget ini mah. 


Aktivitas di kelas bahasa Inggris kreasa


Nah, di grup WA ini, admin Kreasa aktif membagikan informasi seputar jadwal pelaksanaan Kelas, share record pembelajaran di zoom, hingga mengingatkan para peserta menjelang jadwal pelaksanaan kelas di mulai. Oya, kelas ini dilaksanakan setiap hari Sabtu dan Minggu pukul 4 sore, tet, tepat waktu. 


Sesuai dengan deskripsi tentang Kreasa di atas, seperti itulah aktivitas belajar yang berlangsung di kelas.  Anakku antusias, semangat banget dia mah. Si Ken yang tipe anak kinestetik, jadi anteng, semangat, dan antusias selama mengikuti pelajaran bahasa Inggris.


La gimana nggak semangat, secara aktivitas belajar benar-benar dikemas secara fun, fun learning. Anak diajak bernyanyi, menari bersama, diajak diskusi, tanya jawab singkat, bermain tebak-tebakan, dan sebagainya. 


Media belajar bahasa inggris


Aku suka dengan bagaimana guru di Kreasa mengemas aktivitas belajar. Mulai dari mencoba mengenal nama-nama setiap siswa di kelas, menerapkan komunikasi dua arah dengan mengajak setiap anak berdiskusi atau menyanyi bersama, hingga menggunakan kata-kata yang sederhana saat menjelaskan materi pelajaran pada anak-anak agar mudah dipahami anak-anak. Hal ini menunjukkan bahwa guru di Kreasa adalah guru yang profesional.  


Hasil Belajar si Ken di Kelas Bahasa Inggris (English Class) di Kreasa


Hasilnya gimana? Alhamdulillah, hasil Ken belajar di kelas Bahasa Inggris Kreasa ini memuaskan banget, luar biasa malah menurutku. 

Pertama, Si Ken yang sebelumnya malu-malu kalau diajak ngobrol bahasa Inggris, sekarang lebih percaya diri.

Kedua, kosa kata bahasa Inggrisnya si Ken jadi bertambah banyak. 

Ketiga, Ken makin suka kalau diajak belajar bahasa Inggris. 

Keempat, Ken jadi ingin ikut kelas lagi di Kreasa. 


Nah, selain mendapatkan hasil belajar yang maksimal, Kreasa juga memberikan modul pembelajaran, sertifikat dan progress report. Asyik bener, kan? Recommended pokoknya, mah. 


So bagi kamu Mombeb, yang juga sedang mencari kelas bahasa Inggris untuk anak dengan tujuan untuk menstimulasi kemampuan menggunakan bahasa Inggris anak yang dilaksanakan secara daring dan dikemas secara fun learning, maka aku rekomendasikan untuk ikut kelas bahasa Inggris atau English Class di Kreasa saja.





Yuk, Stimulasi Literasi Anak Sejak Usia Dini Mulai dari Rumah (Bonus: Aneka Macam Permainan untuk Menstimulasi Literasi Anak)

Literasi merupakan sebuah kata yang digaungkan makin lantang beberapa tahun belakangan ini, terutama saat Kemendikbud semakin intens menggiatkan suatu gerakan yang berama Gerakan Literasi Nasional atau GLN sejak tahun 2016 lalu. Tujuan umum Gerakan Literasi Nasional adalah untuk menumbuhkembangkan budaya literasi pada ekosistem pendidikan mulai dari keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam rangka pembelajaran sepanjang hayat sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup.


Definisi literasi itu sendiri dalam wikipedia adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut KBBI, literasi adalah kemampuan menulis dan membaca. Sementara itu, dalam kamus online Merriam – Webster, dijelaskan bahwa literasi adalah kemampuan atau kualitas melek aksara dimana di dalamnya terdapat kemampuan membaca, menulis dan juga mengenali serta memahami ide-ide secara visual. Berdasarkan definisi di atas, dapat dikatakan bahwa literasi adalah kemampuan dalam berbahasa yang mana di dalamnya terdapat kemampuan dasar meliputi menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

Menyimak, berbicara, membaca, dan menulis adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang anak. Karena kemampuan-kemampuan ini merupakan modal bagi anak untuk mengembangkan dan memperkaya ilmu pengetahuan serta pemahaman mereka. Kemampuan dasar ini juga yang akan membawa anak menuju ke tingkat pendidikan berikutnya.

Lalu, setelah hal-hal dasar tersebut dikuasai, tingkat literasi selanjutnya adalah anak belajar memahami kata atau kalimat yang ia baca. Setelah berhasil melakukan ini, selanjutnya anak belajar membaca situasi kondisi. Kalaupun dalam situasi atau kondisi tersebut terdapat masalah maka anak dapat menemukan solusinya. Jadi bisa dibilang kemampuan dalam menyelesaikan masalah adalah bagian dari kemampuan literasi. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya memiliki kemampuan literasi dalam kehidupan seorang anak. Literasi dapat meningkatkan kualitas hidup anak nantinya. 

Pengaruh Orangtua dalam Kehidupan Anak


Berbicara mengenai kehidupan seorang anak, maka tak lepas dari pengaruh orangtua. Ada sifat hingga karakter orangtua yang diturunkan kepada anak. Ada begitu banyak waktu yang dilalui bersama anak bahkan semenjak anak masih di dalam kandungan. Serta ada banyak momen atau peristiwa yang terjadi dan dialami bersama anak. 

Anak mengatakan apa yang biasanya dikatakan orangtuanya. Anak melakukan apa yang biasanya dilakukan orangtuanya. Anak mencontoh orangtuanya. Hal-hal itu, secara langsung, mempengaruhi kehidupan seorang anak. Tinggal sekarang apa yang diinginkan oleh orangtua? Apakah orangtua ingin memberikan pengaruh positif atau pengaruh negatif kepada buah hati tercinta?

Orangtua Ingin yang Terbaik untuk Anak

Setiap orangtua, pasti menginginkan hal-hal yang baik terjadi pada anaknya. Setiap orangtua tentu mengharapkan hal-hal jelek yang ada dalam diri mereka tidak diadopsi, tidak terjadi, tidak dialami oleh anak. Setiap orangtua tidak ingin memberikan pengaruh negatif kepada anak. 

Saya yakin begitu. Saya pun demikian. Saya (juga suami), tentu ingin memberikan pengaruh positif dalam kehidupan anak saya. Saya ingin anak-anak saya mendapatkan bekal yang cukup sebelum ia mengarungi masa depannya kelak.

Literasi Bagian dari Kotak Bekal Masa Depan Anak

Ada banyak bekal yang harus dimiliki oleh anak. Salah satunya adalah literasi. Mengingat literasi merupakan salah satu kemampuan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup. Oleh sebab itu, saya (yang mendapat dukungan penuh dari suami) berusaha untuk menstimulasi literasi anak saya sejak usia dini. 

Peran Orangtua dalam Literasi: Menstimulasi Literasi Anak Sejak Usia Dini 
Mulai dari Rumah

Mengapa sejak usia dini? Karena pada masa ini, orangtua masih menjadi poros utama bagi anak. Anak masih banyak menghabiskan waktu bersama orangtua. Anak belum terpapar pengaruh luar. Sehingga ini adalah masa yang tepat untuk mulai melakukan stimulasi literasi pada anak agar menjadi fondasi yang kokoh dan tak mudah roboh terutama saat ia sudah berinteraksi dengan dunia luar.

Langkah-langkah sebelum stimulasi literasi anak.




1. Teguhkan niat
Ini penting, mengingat proses stimulasi literasi ini membutuhkan waktu yang tidak cepat dan juga membutuhkan ketelatenan. 2 hal itu, seringkali gugur di tengah jalan. Karena merasa lelah, baik lelah secara raga maupun lelah jiwa.

2. Mencari tahu mengenai literasi secara jelas dan terperinci.
Hal ini juga penting untuk dilakukan. Karena kita bisa tahu langkah atau cara yang dapat dilakukan agar mencapai suatu tujuan yakni memiliki kemampuan hingga budaya literasi. Untuk usia dini sendiri ada tahapan dasar yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam ranah literasi yakni menstimulasi kemampuan dasar berbahasa anak usia dini.

3. Mengetahui tipe gaya belajar anak


Cr. Hafizfunclub

Anak memiliki karakter masing-masing. Salah satunya yakni gaya belajar. Penting bagi Ibu selaku guru pertama bagi anak untuk mengetahui gaya belajar anak. Bayangkan jika tidak mengetahui tipe gaya belajar anak. Misalkan anak A memiliki tipe gaya belajar visual sedangkan ibu A menstimulasinya menggunakan media atau cara linguistik. Tentu hasil pembelajaran atau stimulasi tidak memberikan hasil yang maksimal atau mungkin membutuhkan waktu lama untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Alhamdulillah saya sudah mengetahui gaya belajar anak saya yakni gaya belajar kinestetik. Anak dengan tipe ini sulit untuk duduk diam tertib di kelas untuk memperhatikan penjelasan guru. Anak dengan tipe ini lebih suka mempelajari sesuatu hal yang melibatkan tangan dan kaki. Berdasarkan hal ini, maka cara yang digunakan untuk menstimulus literasi anak kinestetik adalah melalui metode yang melibatkan kaki juga tangan.

4. Menentukan Metode untuk Menstimulasi Literasi Anak

Selanjutnya, dalam kelas parenting di salah satu lembaga pendidikan anak usia dini yang pernah saya ikuti, narasumber yang juga merupakan seorang dosen UIN Sunan Ampel Surabaya sekaligus Psikolog yang bernama Ibu Nety mengatakan bahwa anak mudah belajar saat mereka berada di dalam zona nyaman. Zona nyaman anak adalah saat ia merasa senang. 

Nah, salah satu hal yang dapat membuat anak senang adalah bermain. Bermain merupakan cara yang tepat untuk dijadikan sebagai cara atau usaha untuk menstimulasi anak. Karena dilihat juga dari teori perkembangan kognitif anak versi Jean Piaget bahwa anak usia dini masuk dalam fase praoperational thinking dan periode pemikiran intuitif. 

Pada fase praoperational thingking, anak mulai membangun konsep sederhana. Untuk membentuk konsep sederhana dibutuhkan contoh-contoh atau benda-benda konkrit yang ada di sekitar anak. Sedangkan pada fase pemikiran intuitif yakni anak-anak masih menyelesaikan masalah secara intuitif bukan berdasarkan kaidah-kaidah logika. Adapun bentuk-bentuk masalah yang biasanya diselesaikan oleh anak pada fase ini adalah masalah yang dapat dilihat oleh anak atau masalah yang konkrit.

Adapun permainan-permainan yang dapat digunakan (dan sudah saya pratekkan) untuk menstimulus literasi anak adalah sebagai berikut.

Permainan untuk Menstimulus Kemampuan Menyimak

Permainan ini lebih kepada memperkenalkan nama-nama benda atau gambar yang dilihat anak. Dalam proses perkenalan ini ada aktivitas menyimak didalamnya.

1. Flash card

2. Puzzle



Permainan untuk Menstimulasi Kemampuan Berbicara. 

Setelah menyimak, anak mulai berbicara mengenal nama-nama yang ada disekitarnya. Nah permainan ini melatih anak berbicara merangkai kata menjadi kalimat-kalimat sederhana. Sembari bermain, anak akan membangun cerita versi anak sendiri yang terkait dengan diorama yang dimainkan.

1. Bermain peran (diorama lalu lintas)



2. Diorama solar system

3. Microphone kardus




Permainan untuk Menstimulus Kemampuan Membaca

Permainan ini melatih anak mengenal pelafalan dari perpaduan huruf konsonan dan vokal serta melatih membaca sebuah kata demi kata.

1. Sim salabim jadi apa?

2. Playdough


3. Memancing kata




4. Tebak nama bola



Permainan untuk Menstimulus Kemampuan Menulis

Permainan ini guna melatih motorik halus anak sehingga tangan tidak kaku atau lancar saat menulis huruf-huruf abjad.

1. Corat coret

2. Mencari jejak di Maze



Alhamdulillah, sejauh ini, perkembangan literasi si kecil yang meliputi kemampuan menyimak, membaca, dan menulis semakin meningkat. Meskipun demikian, bukan berarti stimulasi berhenti sampai di sini. Masih ada stimulasi lanjutan. 

Stimulasi lanjutan berupa stimulasi yang bertujuan agar anak suka atau hobi membaca. Kami, ingin sekali, membangun #BudayaLiterasi di dalam keluarga kami. Kami ingin menjadikan literasi sebagai #SahabatKeluarga. Adapun beberapa bentuk stimulasi lanjutan yang saya lakukan ke anak saya adalah sebagai berikut. 

Stimulasi mengajak si kecil membaca kata yang ditemui, misal membaca nama-nama produk yang dijual di minimarket atau membaca kata-kata yang ada di iklan tv atau dimana pun tempat. 



Saya membelikan buku-buku yang sesuai dengan apa yang ia suka. Misal buku tentang luar angkasa. 


Saya juga mengajak si kecil membaca buku cerita bersama-sama. Kadang dia meminta untuk membaca buku sendiri di tempat favoritnya, tenda selimut (baca: selendang).


Kalau saya sedang bepergian bersama anak ataupun sekeluarga, saya juga menyempatkan diri untuk mengajak anak saya membaca. Tidak lama. Cukup 5 hingga 10 menit saja.

Namun saat bepergiaan, kadang-kadang saya lupa membawa buku bacaan. Apabila hal ini terjadi, maka saya tidak mau berpangku tangan begitu saja. Saya memanfaatkan gawai saya untuk mencari cerita-cerita atau dongeng-dongeng yang bisa saya baca bersama anak saya.




Alhamdulillah, saya tidak perlu berselancar lama-lama di searching google. Karena saya tinggal membuka website #SahabatKeluarga milik Kemendikbud. Di website tersebut ada fitur dongeng-dongeng, cerita anak,  dan sebagainya.

Stimulasi-stimulasi di atas yang bertujuan membentuk #BudayaLiterasi dalam keluarga atau ingin menjadikan literasi sebagai #SahabatKeluarga, dapat dikatakan cukup sederhana. Hanya saja dibutuhkan ketelatenan, dilakukan secara berkesinambungan dan berulang-ulang. 

Apa yang saya lakukan ini di atas berdasarkan pada teori yang diungkapkan oleh Hebb, pakar neurologi, bahwa diperlukan kontinguitas dan frekuensi dalam fase proses belajar awal yang ada pada anak usia dini. Lebih lanjut, Hebb juga mengatakan bahwa untuk membentuk suatu memori jangka panjang maka dibutuhkan pengalaman yang diulang-ulang.


Saya bersyukur, sampai pada tahap ini, suami selalu mendukung apa yang saya lakukan. Jika saya memiliki kesibukan, maka suami mau menggantikan saya untuk mengajak si kecil membaca cerita bersama. 

Saya dan suami berharap, ajakan-ajakan sederhana namun konsisten ini dapat membuat si kecil jadi terbiasa membaca hingga aktivitas membaca pun menjadi hobinya.

Jadi, seperti itulah usaha yang saya dan suami lakukan demi dapat memberikan yang terbaik untuk anak kami khususnya dalam dunia literasi anak #LiterasiKeluarga. Besar harapan bahwa apa yang kami lakukan selama ini dan masih terus berjalan sampai saat ini dan seterusnya, dapat memberikan pengaruh positif dalam dunia literasi anak kami juga dalam dunia #LiterasiKeluarga Kami. 

Akhir kata, semoga pengalaman sederhana ini dapat memberikan manfaat serta menularkan semangat untuk berusaha menstimulasi literasi anak. Karena siapa lagi yang akan melakukan hal ini, kalau bukan kita selaku orangtua mereka. Siapa lagi yang paling purna memberikan pengaruh positif kepada anak, kalau bukan kita, orangtua mereka. Jadi, kuy. Mari berusaha menstimulasi literasi anak sejak usia dini mulai dari rumah demi masa depan mereka.

***

Referensi:
gln.kemendikbud.go.id
Hergenhahn, B.R. & Olson, Matthew H. 2008. Teori Belajar (penerj: Triwibowo B.S. Jakarta: KENCANA.

DIY Mainan Solar System


Hai, Mamis.

Libur semester ganjil kemarin si ken mendapatkan tugas sekolah membuat prakarya dengan menggunakan bahan dari barang bekas.

Nah waktu aku tahu bahan yang harus digunakan untuk membuat prakarya adalah barang bekas. Naluri kebekasanku seketika itu membuncah *halah. Kecintaanku akan barang bekas membuat aku excited dengan tugas sekolah si ken ini. Dah, yang diberi tugas si ken, yang semangat malah saya. Yoyoilah.

Mungkin saking excitednya, aneka macam ide bermunculan difikiranku. Mulai dari ingin bikin mainan sepak bola mini, lempar basket, lintasan balap mobil, hingga solar system. Tapi untung saja, remku cukup paten. Jadi aku nggak akan bikin prakarya sesuai dengan kehendakku atau keputusanku melainkan atas keputusan si kecil ken.

Mengapa harus mengutamakan keinginan si ken? Ya karena memang ini adalah tugas sekolah si ken. Di samping itu, menurutku, penting untuk membuat prakarya berdasarkan keinginan si ken. Karena dengan begitu, ia juga akan merasa excited, mau ikut bantu bikin, dan ini yang paling utama karena kata Ibu guru wali kelas Ken:
"Jadi ini yang paling utama, membangun bonding orangtua dan ananda selama liburan, Ma. Bukan bagus-bagusan prakarya koq, Ma." Begitu penjelasan dari guru wali kelas si ken.
"Nantinya prakarya yang dibuat oleh orangtua dan ananda akan dipresentasikan di depan kelas oleh ananda, seperti itu, Mama" lanjut ibu guru.

Alasan lainnya adalah karena nantinya si ken akan presentasi di depan teman-teman kelasnya mengenai prakarya yang ia buat. Jadi dengan ia memilih sendiri prakarya yang mau dibuat, aku berharap si ken mampu presentasi prakarya yang ia buat di depan kelas, di depan teman-temannya.

Dan akhirnya pilihan si ken pun jatuh kepada membuat Solar System.


Ok fix, kita bikin solar system. Tapi gimana caranya?

Iya aku sempat melontarkan pertanyaan itu kepada diriku sendiri. Gimana cara bikinnya. Mau bikin solar system ala-ala mainan solar system yang sudah mainstream karena sering aku temui di olshop hingga di pinterest dan sebagainya atau bikin yang unik?

Pertimbangannya adalah kalau bikin yang unik adalah agak butuh perjuangan tapi hasilnya insyaAllah oke. Sementara itu, yang satunya adalah tidak butuh perjuangan karena tinggal ngeprint dan gunting-gunting saja. Trus gimana?

Pilihanku jatuh kepada bikin solar system yang unik. Biar bisa membuat kesan bagi si ken. Selain itu, bahan-bahannya juga secara kebetulan sudah tersedia di rumah. Hanya kurang kertas warna hitam saja dan kertas berwarna gold.

Lalu bagaimana cara membuat prakarya Solar System dari barang bekas?

Yang harus dipersiapkan terlebih dahulu, tentu adalah bahan membuat Solar System donk ya. Nah seperti apa bahan-bahannya? Cekidot di bawah ini yak.

Bahan:
Bagian bawah kardus bekas air mineral kemasan
Kardus susu formula
Kawat jemuran
Kertas warna hitam
Kertas warna gold
Double tip
Isolasi
Lakban hitam
Magnet
Gambar solar system

Alat:
Tang
Gunting

Cara membuat:
1. Alas lintasan solar system
Gunting bagian bawah kardus bekas air mineral kemasan.
Gunakan lakban hitam untuk membuat bagian bawah kardus menjadi tidak embeliyut alias kokoh. Bagian bawah kardus air mineral dijadikan sebagai alas dari lintasan solar system.
Paskan kertas hitam dengan bagian bawah kardus air mineral kemasan tersebut lalu gunting kertas hitamnya.
Setelah kertas digunting sesuai ukuran alas lintasan solar system lalu tempelkan ke alas lintasan menggunakan double tip.

2. Membuat planet
Tempelkan gambar planet di atas kardus bekas susu formula.
Gunting satu persatu gambar planet.
Lalu tempelkan planet-planet di atas magnet.
Note: perhatikan ukuran tiap magnet. Misal planet merkurius yang lebih kecil dari venus dan sebagainya.


3. Lintasan solar system
Ada 8 lintasan yang dibuat.
Potong kawat jemuran menggunakan tang menjadi 8 dimulai dari ukuran yang paling pendek sampai yang paling panjang.
Perkirakan ukuran lintasan planet. Misal untuk lintasan planet merkurius yang paling dekat dengan matahari tentu ukuran lintasannya lebih pendek dari venus. Selain itu juga perhatikan jarak antar lintasan. Untuk jarak antar lintasan ini disesuaikan dengan besarnya tiap planet. Ketentuan ini berlaku sampai pada planet neptunus.
Tempelkan lintasan-lintasan tersebut menggunakan isolasi (bisa juga pakai lem tembak).

4. Membuat benda-benda langit
Gunting kecil kecil kertas berwarna emas.
Lalu tempelkan double tip di atas isolasi yang berada di atas lintasan.
Kemudian taburkan serpihan kertas emas tadi di atas double tip.

5. Mainan solar system pun siap dimainkan.

Gimana, lumayan panjangkan tahapan pembuatannya? Meskipun begitu, mainan ini berhasil bikin bocah senang dan tertarik untuk memainkannya. Adanya rasa tertarik itu sendiri penting dalam kegiatan belajar. Rasa tertarik adalah modal awal suksesnya transfer ilmu pengetahuan kepada si kecil.


Ayo bikin. Bikin bareng sama bocah malah seru loh, Mam. Oya kalau dari tahapan di atas ada yang belum jelas, silakan tanyakan di kolom komentar ya, Mam. InsyaAllah segera daku jawab.
Dan
Matur nuwun sudah berkunjung di sini ya, Mam.

Sebab Si Kecil Susah Buang Air Besar

Belakangan ini, si sulungku yang bernama ken, cukup sering mengalami yang namanya susah buang air besar. Hal ini terjadi sepertinya karena aku yang nggak bisa menjaga kesehatan pencernaan si ken. hiks

Iya, sejak aku punya bayi lagi, aku ngerasa bahwa aku ugal-ugalan banget dalam mengurus rumah tangga. Ya termasuk nggak bisa menjaga kesehatan pencernaan si kecil ken. Payah memang, tapi seperti itulah kondisiku saat ini, si full time momma tanpa art plus lagi punya baby pula.

Aku sadar dan aku tahu bahwa betapa pentingnya menghidangkan makanan yang baik bagi pencernaan, terutama untuk pencernaan si kecil ken. Selain menghindarkan dari penyakit pencernaan berupa susah buang air besar, menurut  dr. Soebijanto, ahli gastroentrologi Universitas Airlangga, daya tahan tubuh berpengaruh positif pada pencernaan. Artinya, kalau pencernaan sehat maka daya tahan tubuh pun kuat. Sebaliknya, kalau pencernaan bermasalah maka daya tahan tubuh juga menjadi lemah. Kalau daya tahan tubuh lemah, maka kemungkinan penyakit akan mudah datang menghampiri.

Tak cukup sampai di sini, pencernaan juga memiliki pengaruh terhadap tumbuh kembang si kecil. Tanpa saluran cerna yang sehat, maka proses pencernaan dan penyerapan zat gizi tidak dapat terjadi secara optimal. Tentu, hal ini dapat menghambat proses tumbuh kembang anak hingga kecerdasan anak.

Sebenarnya, aku masih tetap berusaha menghidangkan menu makanan yang baik untuk pencernaan si kecil ken. Hanya saja hal ini jarang banget bisa aku lakukan. Karena, ya itu tadi, aku harus membelah diri eh membagi waktu antara mengurus rumah dan mengurus bayi. 

Pada dasarnya, menjaga pencernaan si kecil, menurutku, tidak cukup dengan menghidangkan sayur saja. Apakah begitu makan sayur, pasti terbebas dengan yang namanya susah buang air besar? Ooo tentu tidak seperti itu, Raisa. Susah atau tidak susah buang air besar itu dipengaruhi oleh kuantitas SERAT yang ada di dalam tubuh. Apakah kuantitas serat yang ada di dalam tubuh sudah sesuai dengan kebutuhan atau belum? Apabila kebutuhan tubuh akan serat tidak terpenuhi maka berpeluang untuk mengalami susah buang air besar. Begitu juga sebaliknya.

Pencernaan dan serat itu sendiri adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Tanpa serat, tentu saluran pencernaan menjadi mampet terhambat. Dan tanpa serat, penyerapan sari-sari makanan menjadi kurang maksimal, Sobat.

Nah, dilihat dari usia, kebutuhan anak akan serat memiliki ketentuan masing-masing.

Kalau dilihat dari standar kebutuhan serat dari kemenkes di atas, maka kebutuhan serat ken adalah 22 gram setiap hari. Banyaknya yak? Yok i.

Nah dengan kenyataan seperti ini, yang mana si ken jarang makan sayur, tentu nggak mungkin dapat memenuhi kebutuhan serat si ken. Meskipun  ditambah makan buah sekalipun, aku tetap sangsi bahwa memberikan buah dapat memenuhi kebutuhan serat si kecil ken. Mengingat buah-buahan yang disukai ken tidak termasuk ke dalam kelompok buah yang mengandung banyak serat.



Trus bagaimana? Apa donk yang bisa dilakukan oleh aku, si ibu yang rempong karena lagi punya baby dan tanpa dibantu asisten rumah tangga maupun pengasuh bayi, tapi ingin anaknya terbebas dari susah buang air besar? Sepertinya, kalau problemnya seperti ini, maka aku membutuhkan hal yang praktis-praktis deh kayaknya. Tapi apa, ya?

Sejauh ini, yang baru aku bisa lakukan adalah dengan membuatkan si ken jus buah. Aku berharap cara ini bisa membuat si ken terhindar dari yang namanya merasakan susah buang air besar.

Btw, kamu pernah punya pengalaman soal anak susah buang air besar, nggak? Kalau pernah, bolehlah yah aku tahu solusi kamu mengatasi hal ini. Ini sebagai referensi aku dan juga mungkin para pengunjung blog ini yang main ke sini karena memiliki masalah yang sama. Monggo dishare ya, Teman. Matur nuwun.
***

Referensi:

https://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20150317061102-255-39593/tujuh-gangguan-cerna-yang-sering-menimpa-anak-anak

https://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20150316163047-255-39503/gangguan-pencernaan-tingkatkan-risiko-anak-jatuh-sakit

https://www.google.com/amp/s/hellosehat.com/parenting/nutrisi-anak/kebutuhan-serat-anak-harian/amp/

 https://www.google.com/amp/s/hellosehat.com/hidup-sehat/nutrisi/daftar-makanan-tinggi-serat/amp/

Gambar Ken




Ini salah satu gambar yang dibuat oleh ken. Dia menggambar di laptop pakek software paint. Katanya, ini gambar tentang hujan lebat bertemankan angin puting beliung.

Sekarang ken lagi mencoba gambar di gawaiku pakai aplikasi picsart. Namun hasil gambar si ken pakai aplikasi picsart belum sebagus hasil menggambar di paint.

Dari dulu, ken sudah menunjukkan kesukaannya dengan aktivitas menggambar. Waktu aku belikan crayon pertamanya, dia menunjukkan ekspresi kegirangan. Berhari-hari ia pun asyik dengan crayonnya. Tak hanya buku yang ia jadikan kanvas untuk crayon crayonnya. Melainkan kulkas, mejikom, tembok rumah dan sebagainya, turut menjadi tempatnya menorehkan kreasi tangannya.

Sekarang, ken sudah tidak pernah melakukan hal ini. Sekarang, ia lebih sering menggambar di laptop atau di gawaiku. .

Namun sayangnya, gawai maupun laptop aku, sepertinya sudah tak punya daya alias sering hang manakala aku instal software atau aplikasi aplikasi canggih yang bagus untuk belajar menggambar. Jadi, laptop atau gawaiku hanya bisa diinstal satu software atau satu aplikasi menggambar saja tentu dengan fitur-fitur yang kurang variatif. .

Oleh sebab itu, setiap ken gambar, hatiku komat kamit memanjatkan do'a. Semoga ada rejeki buat membelikan ken sarana yang bisa menunjang dan mengembangkan kemampuan menggambarnya. Aamiin

Bantu aamiinkan ya, Manteman. Matur nuwuuunnn. Kecup basyah emuach. 😘

#emakcurhat #curahanhatiibu #curahanhatiemak #indachakim #indachakimdotcom #kenfatih

Seharusnya, Seorang Ibu Percaya dengan Kemampuan Anaknya

 

Sejak Mei lalu si ken sudah mulai sekolah. Alhamdulillah, sejauh ini lancar jaya. Bahkan bisa dibilang nyaris tanpa drama. Aku bersyukur banget. 

Padahal, sebelum-sebelum si ken mulai sekolah, pikiranku sudah macem-macem gitu. Dan berikut isi pikiran macem-macem aku tentang si ken yang sekolah : 
1. Aku takut si ken nggak betah di sekolah. Karena, biasanya, kalau belajar di rumah, pakai metode bermain sambil belajar yang tentunya lebih banyak porsi waktu buat mainnya daripada belajar. Sementara di sekolah, lebih banyak porsi belajarnya daripada bermain. 
2. Khawatir si ken nggak bisa ngikutin eh lebih tepatnya tidak mau mengikuti kegiatan di sekolah. Secara, kalau di rumah, si ken bebas memilih mau belajar apa. 
3. Takut si ken nggak berani menyampaikan apa yang dia inginkan kepada orang yang baru ia kenal. Dalam hal ini, temannya atau bahkan ke gurunya. Misalnya, nggak bilang kalau dia lapar, nggak bilang kalau dia ingin pipis, nggak bilang kalau dia nggak bisa, dia nggak mau dan sebagainya. 
4. Khawatir si ken nggak bisa berbaur karena si ken masih kurang dalam hal linguistik. 

Itulah daftar kekhawatiranku kepada si ken yang mau sekolah. Hal ini berhasil bikin aku baper sendiri bin mumet dewe. Aku juga dilanda yang namanya deg-degan tingkat dewa. Bolak balik ke sekolah, udah kayak ingus diidung, waea wiri rumah sekolah bocah, selama beberapa hari, cuma buat ngelihatin si ken, yang nyatanya.....
baik baik saja. 

Sebenarnya, dari hari pertama sekolah, si ken sudah menunjukkan tanda-tanda bahwa apa yang aku pikirkan, aku khawatirkan tentangnya itu salah. Soalnya, waktu pertama sekolah, si ken sudah tidak memintaku menunggunya. Aku malah disuruh pulang. Dan saat tiba waktu pulang, si ken malah tidak mau pulang langsung. Ia minta izin buat main di arena bermain yang ada di sekolahnya dengan ibu gurunya lalu kemudian bilang ke aku. 

Namun, entah gimana aku nggak peka dengan tanda tersebut. Mungkin, aku, saking dikuasai rasa kekhawatiran kali ya, jadi bikin aku mehong gitu. *payah dah. 

Hari keempat, alhamdulillah akhirnya aku bisa ngobrol dengan Ibu guru kelas Ken dan menanyakan seperti apa si ken di kelas. 

Kata bu guru :
"Ken bisa mengikuti kegiatan di kelas dengan baik". 
 
"Kadang jalan-jalan di kelas, atau berdiri-diri di kursi, tapi bisa diberitahu".

"Kalau lapar, ingin buang air kecil, bahkan ingin main, tidak mau mengikuti kegiatan di kelas, tidak bisa melakukan sesuatu, Ken selalu bilang". 

Aku senang dengan apa yang diinformasikan oleh Ibu guru kelasnya Ken. Namun yang paling aku suka dan cukup kaget juga, waktu Ibu guru mengatakan soal si ken yang selalu bilang apa yang ia inginkan. Nggak nyangka si ken bakal seekspresif, nggak malu-malu dan seberani itu dengan orang yang baru dikenalnya. Nggak nyangka si ken bakal setangguh itu. *aku terharu.

Memang sih, di rumah, aku dan suami membiasakan si ken untuk bebas mengungkapkan keinginannya, pendapatnya dan apa yang ia rasakan. Tapi nggak nyangka, si ken bakal menerapkan hal ini dengan orang yang baru ia kenal bahkan sebelum aku bilangin terlebih dahulu. 

Sejak pertemuanku dengan Ibu guru, rasa kekhawatiranku akan si ken yang sekolah pun berkurang drastis. Lebih tepatnya, berusaha untuk mengerem rasa khawatir aku yang tumpeh-tumpeh ini sembari mencoba untuk percaya akan kemampuan si kecil ken. 

Koq nggak dari dulu-dulu Mak ? Kan nggak perlu bolak balik rumah sekolah si ken kayak setrika an *hahay. 

Buat bocah. 

Maafin mamakmu yang lebay mode on yak. Peace love and gaul. 😄

Untuk Si Kecil, Sekolah yang Mbois atau Sekolah yang Biasa ?



Beberapa waktu yang lalu aku posting yang isinya tentang kegalauan untuk memasukkan si kecil sekolah di tempat yang mbois atau biasa saja. Di postingan tersebut pun sudah aku lengkapi dengan pertimbangan - pertimbangan untuk masing-masing pilihan tersebut. Pertimbangan yang imbang menurutku waktu itu. 

Tidak cukup dengan posting di blog dengan harapan dapat masukan dari teman-teman pengunjung blog, aku juga mengungkapkan kegalauanku pada teman-teman di dunia nyata. Ada yang berpendapat untuk menyekolahkan si kecil ken di sekolah anak usia dini pada umumnya karena sesuai dengan kemampuan kantong aku dan juga nggak bakal bikin aku kebingungan soal biaya sekolah si kecil dan biaya sekolah pascasarjanaku sendiri. Mengenai yang kurang atau belum diajarkan di sekolah biasa, bisa disempurnakan di rumah dan soal kemungkinan si kecil ken, yang kebetulan tipe anak kinestetik dan mudah bosan, bakal mogok kalau sekolah di sekolah biasa bisa diakali dengan menggunakan sistem reward. Misal diajak ke playground atau apalah. Itu pendapat untuk pilihan memasukkan si kecil di sekolah yang biasa. Kemudian untuk pilihan yang kedua rata-rata pendapatnya didukung dengan kalimat: "InsyaAllah ada rejeki buat biaya sekolah". 

Sebagai orang yang cenderung berpikir secara real. Aku tentu lebih condong ke pilihan yang memasukkan si kecil di sekolah yang biasa saja. Karena ya itu, paling masuk akal lah terutama soal kemampuan keuangan keluarga. Sedangkan untuk pilihan kedua, rasanya, kurang sreg gitu kalau hanya mengandalkan kata "InsyaAllah" tanpa ada usaha. Sementara aku belum punya bayangan usaha seperti apa yang bisa aku lakukan untuk sekiranya dapat membayar biaya sekolah anak usia dini yang kece itu. Jadi waktu itu, aku benar-benar sangsi dengan kalimat "InsyaAllah ada rejeki buat biaya sekolah". 

Akan tetapi, meskipun aku sudah mantab dengan pilihan di sekolah biasa namun sebenarnya jauh di dalam pikiran aku nih, tersimpan rasa penasaran soal gimana perkembangan si kecil ken kalau ia sekolah di tempat yang oye dengan fasilitas yang oke, kurikulum yang ajib, dan tenaga pendidik yang baik serta banyak dimana satu kelas dengan jumlah siswa maksimal 18-20 siswa ditangani oleh 4 pendidik. 

Jadi, setelah share sana sini, bisa dibilang, aku masih galau atau bingung memilih sekolah untuk si kecil ken. Karena itu aku pun beralih ke suami. 

Sebenarnya, sejauh ini, rata-rata suami selalu mendukung apa yang jadi keputusanku. So bisa ditebak lah yah kalau suami juga bakal mendukung keputusanku soal sekolah si kecil. Tapi untuk yang satu ini aku nggak hanya butuh dukungan melainkan juga pendapat. 

Suami adalah tipe orang yang juga lebih cenderung berpikir secara real. Ia tak menampik pendapat-pendapatku tentang dua pilihan tersebut. Tapi entah gimana, kata suami, ia lebih sreg dengan pilihan sekolah yang kece untuk si kecil ken. Pertimbangannya pun sama seperti aku. Lalu bagaimana soal biaya di sekolah yang kece itu ? Waktu aku melontarkan kalimat ini, dari raut wajahnya, memang tersirat keraguan. Tapi setelah aku pancing-pancing lagi, kali aja berubah pendapat, nyatanya ia tetap mantab memilih sekolah yang kece buat si kecil ken. Kata suami, "Soal biaya, nanti kita usahakan, insyaAllah ada jalan rejeki asal usaha sekuat tenaga".

"Iya tau, tapi kan...." 

Ia langsung memotong kalimatku dengan menceritakan perjalanan hidupnya untuk menggapai gelar sarjana. (True story-nya suami : Gapai mimpi dengan wirausaha)

Setelah itu, ia juga mengingatkanku akan keresahan yang aku alami saat masa-masa awal menjadi seorang mahasiswa pascasarjana. Iya waktu itu aku memang resah soal biaya, tapi nyatanya, seiring berjalannya waktu keresahan itu hilang karena sudah berganti dengan pintu-pintu rejeki yang sepertinya dibuka begitu saja sama Allah untuk aku. Padahal waktu sebelum kuliah rasanya sulit banget bagi aku yang cuma ibu rumah tangga ini dapet kerja dapet duit. Asli. 

Berbekal pandangan dari suami, akhirnya, aku pun memberanikan diri untuk memutuskan bahwa sekolah anak usia dini untuk si kecil ken adalah sekolah yang mbois itu. Bismillah. 

Bingung Memilih Sekolah untuk Si Kecil


Gambar Air plane versi si ken.

Beberapa waktu yang lalu, salah satu blogger kece yang femes dengan nama Emak Gaoel share di akun fbnya tentang pertanyaan yang diajukan putrinya, si Manis Nana, ke Mak Gaoel. Kira-kira seperti ini nih. 

Jadi Nana nanyak "Kenapa aku nggak sekolah disitu aja ? Sepertinya seru". 
Sekolah yang dimaksud Nana adalah sekolah dasar dengan fasilitas nggak kukuh kerennya. Biaya sekolah di sana pun nggak kalah keren, keren jumlahnya alias mehong booo'. Emak gaoel pun menjawab pertanyaan Nana dengan bijak dan tentu jawaban tersebut sudah didasari dengan alasan yang bijak juga menurut aku siihh.  

Share cerita Mak Gaoel tersebut berhasil menarik tanggapan banyak teman-teman fb Mak Gaoel. Sementara aku cuma ikutan nyimak nyekrol nyekrol nyerap pengalaman para mama-mama oye. Tapi, dari sekian jawaban tersebut, aku paling terpana dengan sebuah jawaban yang kiranya seperti ini : "Saya dan suami memilih menyekolahkan anak-anak kami di tempat yang fasilitasnya oke dan yang pasti hal tersebut diikuti oleh harga yang oke juga. Karena pilihan ini, sampai anak-anak sudah besar gini, kami baru memiliki rumah". 
We o we.

Tanggapan tersebut asli bikin aku mikir parah. Bisa nggak ya aku berkorban kayak gitu demi mengusahakan pendidikan yang terbaik buat si ken atau anak-anak ku kelak ? Berani nggak ya ? Ah rasanya nggak berani menanggung resiko seperti itu. Resiko tak kunjung mapan karena mbelani biaya sekolah buat anak-anak. 

Sudah. Pikiran tentang hal ini aku berhentikan sampai di kalimat terakhir itu. Karena apa ? Aku mulai terbawa perasaan cyiinn. Wkwkwkwk. 

Namun rupanya, Allah berkehendak lain nih. Akhirnya aku dihadapkan dengan momen dimana aku (sama suami juga) harus milih nyekolahin si ken di sekolah yang mbois dengan kualitas yang oye atau yang standart aja ?. 

Pertimbanganku, di satu sisi, aku penasaran dengan bakal seperti apa nih perkembangan si ken kalau ia berada atau sekolah di lingkungan yang stimulusnya oke punya. Soalnya Hebb, pakar neurologi, bilang bahwa lingkungan berpengaruh banget dengan kemampuan anak. Nah yang jadi pertimbangan aku selanjutnya adalah, si ken kayaknya suka banget sama sekolah yang oye ini nih. Bahkan waktu aku ajak survey si ken malah nggak mau pulang. Kalau sekolah-sekolah yang lainnya mah, waktu aku ajak pulang dia langsung ngekor. Dah, kalau gini mah, kalau si ken kelihatan suka gini, aku optimis si ken bakal betah. Karena beberapa kali aku nyobak in si ken ke beberapa sekolah dan berakhir dengan mogok alias nggak mau balik sekolah lagi. Salah aku sih, waktu itu, si ken memang nggak nunjukin ketertarikan tapi aku masukin aja gitu tanpa tanya-tanya pendapat dia atau ekspresi dia. Pikirku, si ken bakal adaptasi lama-lama dan nerima tapi nyatanya bocah malah mogok. Kalaupun masuk sekolah cuma mau ikut bentar doank abis itu ngajak pulang. Hiks. Oya aku mulai ngerasa perlu buat nyekolahin si ken setelah bertahun-tahun kekeuh pengin nerapin homeschooling aja ke si ken karena aku, belakangan ini, cukup kewalahan nih dampingin, bimbing, ngajarin si ken di rumah. Aktivitas aku udah nggak kayak waktu homeschooling-in si ken dulu yang ngurus rumah sama sesekali ngeblog. Sekarang, udah kebagi-bagi, buat kuliah plus nyari duit buat biaya kuliah juga. Jadi ya begitulah. Fadet sekarang mah. Hampir setiap hari kerja lembur bagai quda. Ramayana oh ramayan *lah. 

Lalu, di sisi lain, aku juga mikir banget soal biaya. Karena apa ? La biaya buat kuliah aku ini aja udah berhasil bikin aku sama suami menggos menggos ngos-ngosan. Eeee masa' mau ditambahin sama berburu buat biaya sekolah si ken di sekolah yang mihilnya masyaAllah bagi aku (juga suami). 

Nah....
Bingung dah. 
Milih yang mana ? Di sisi pertama atau pilihan di sisi yang kedua ?


Menurut Kamu gimana ? Mohon bantuannya yak. Matur nuwun. 
Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

Tips Lancar Berpuasa di Bulan Ramadan bagi Penderita Sesak Nafas

 Assalamu’alaikum, Dear, Mombeb. Apa kabar? Aku do’akan semoga kamu selalu dalam kondisi sehat dan bahagia aamiin ya robbal’alamiin. Doa...