Akhirnya
mendekati garis finish juga. Setelah 4 tahun menikmati bangku sarjana. Yang
berasa nano nano.
Semester 8 ini, aku fokuskan untuk menggarap skripsi. Biar lekas wisuda trus nikah. What?
Nikah? Ame siape bukk????.
Sayangnya
keinginanku untuk segera menyelesaikan skripsi terhambat dengan dua dosen
pembimbingku. Dosen utama sedang menempuh s3 di luar kota. Dosen kedua,
kritisnya luar biasa. Kata-katanya pedas. Kebanyakan makan cabe kali tu orang.
Hampir setiap
selesai konsultasi dengan beliau, rasanya ingin sembunyi di lubang semut.
Numpang nangis di situ.
“haaaaa...ada
raksasa...ada raksasaaaaa...selamatkan diriiiiiii” seru salah satu semut
pekerja yang bertubuh kurus kerempeng. Seketika itu sarang semut langsung porak
poranda karna kehadiranku tentunya. Kali ini, aku tak peduli. Karena hatiku
begitu kelu, sebab pak dosen tak kunjung menanda tangani skripsikuu. Payah.
“semuanya
tenaaangggggggg” semut yang bertubuh tambun mengomando. Hiruk pikuk berubah
jadi senyap.
“Harap tenang,
raksasa ini tidak membahayakan” lanjutnya.
“koq tahu?” tanya
semut yang bermata belo.
“karena ia telah
meraksasakan hatiku”
Glodak
“maksudku, aku
tadi memberanikan diri untuk menyerang, saat ku gigit, ia hanya berkata ‘AW’
tanpa berusaha membunuhku”
Ooooooooooo..ckckksiciitiickkjjiciiititiii...titiuitititutituiu....
Aku tak mengerti
dengan komentar para semut tersebut. Pokoknya rame aja.
Aku lirik mereka,
mereka mulai mendekatiku, memperhatikanku dari ujung rambut hingga kaki. Ku
biarkan saja.
“eh kenapa itu
wajahnya koq benjol-benjol merah ya..beda sama kita..muluuss” gumam semut yang
berwarna pink cerah sedang mengomentari jerawatku yang tengah mateng-matengnya.
“eh tapi perutnya
sama sexy kaya’ kita ya..”kata semut yang berjambul ala syahrini. Aku mengelus
perutku yang ‘jemblung’. Nggak di sono nggak di sini sama wae.
“itu tuh, ada apa
itu di ujung jarinya, warna ijo muda campur putih, ada ijo lumutnya dikit, trus
basah gitu, apa itu ya? Pernak-pernik kuku kah itu?” Ucap semut berponi ala
jupe. Ia memperhatikan jari kelingkingku yang baru kugunakan untuk mengupil.
Rupanya, upil itu masih nyangkut di kuku.
“ih aneh ya”
“iya nih”
....................
....................
“minggir minggir”
perintah semut yang mengomando tadi. Kali ini ia memakai kostum mirip hansip.
“wahai
raksasaaaa...ada perlu apa kau kesini???” tanyanya. Karena ditanya, aku pun
menjawab. Ku seka air mataku, dan kujilat air hidungku. Slrupp.
“numpang nagis
doank, masbuloh?”jawabku
“ehhh ditanya
malah nyolot, gue gigit lo, baru tau rasa” katanya.
“nggak berasa
kali”tantangku.
Aku melihat si
hansip yang hitam berubah menjadi hiiiii..iiittaaammm. Maksudku, menakutkan.
Sadar akan bahaya aku pun berteriak.
“aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa”
Para semut
menutup telinga seraya memejamkan mata. Mereka seperti sedang kesakitan
mendengar suaraku. Eh emang suaraku seburuk itu??????. tau ah.
Aku secepat
mungkin melarikan diri. Dan selamat.
Aku kembali.
Seketika itu,
ponselku berbunyi. Ada pesan masuk, dan rupanya dari dosen utama yang
menyatakan bahwa: “saya sedang di luar kota, 2 hari lagi saya ke kampus”.
Membaca isi pesan
tersebut. Rasanya tulangku langsung lunglai. Tak dapat berdiri tegak. Bagaikan
invertebrata. Tak bertulang belakang. Ingin menangis. Namun kubuang itu
jauh-jauh. Aku segera memanggil awan kintan milik goku.
“suwiwittt..awan
kintaaaannnnnnnn”
Cuussssss
Secepat kilat
awan kintan muncul di depanku.
“yuk berangkat
ciinn” kataku.
Si kintan sedikit
oleng saat aku naik di atasnya. Wah sepertinya aku harus segera diet. Awan
kintan yang tadinya terbang secepat kilat. Kini hanya ‘klinak-klinuk-mak
petpeett-mak mampett’ lamaaaa sekali. Bahkan beberapa kali, tersalip oleh
burung pipit.
“woiii..elu
siapa? Burung juga kah? Spesies baru ya?” kata si pipit menghampiriku.
Aku tak peduli.
Aku sibuk memegangi rok ku yang tersibak terkena angin. ‘aw..aw..’.
“eehhh di
cuekin..gue beri lu ya”
CRET...
Si pipit
mendaratkan ‘sesuatu’ tepat dikepalaku. Aku tak dapat mengelak, si kintan slow
bingit.
Lewat burung
lagi, begitu lagi. Crat cret crat cret. Hadeeehhh.
Akhirnya sampai
juga.
“maaf bu, saya
butuh tanda tangan ibu segera, 3 hari lagi penutupan pendaftaran ujian skripsi”
kataku yang berdiri di depan dosen utamaku.
“mandi dulu sana,
bau”
MAKDIENG
Kejet-Kejet