Showing posts with label Pelajaran Berharga. Show all posts
Showing posts with label Pelajaran Berharga. Show all posts

Jalan Terjal Mendirikan Lembaga Pendidikan

Dear, Mombeb 



Jauh hari aku memang bermimpi memiliki sebuah lembaga pendidikan. Mimpi ini bukan muncul sekonyong-konyong gitu. Ada beberapa momen yang melatarbelakangi mimpi ku itu. Salah satunya karena keprihatinanku akan beberapa lembaga pendidikan yang pernah aku temui, yang mana menurutku, tak serius mendidik anak-anak generasi penerus bangsa. Jadi niatku mendirikan lembaga pendidikan yakni ingin memberikan ikhtiar maksimal untuk mendidik anak-anak generasi penerus bangsa. Aku merasa jika anak-anak mendapatkan stimulasi atau didikan terbaik, inshaallah, mereka pun akan tumbuh menjadi generasi yang luar biasa. 

Gayung bersambut, suami pun sepakat dengan mimpiku dan ya, akhirnya kami memiliki mimpi yang sama. Setiap kali kami membahas soal mimpi mendirikan lembaga pendidikan, rasa antusias seakan tumpah ruah. Namun belakangan, aku baru menyadari, ada bahasan yang terlewat yakni soal biaya mendirikan lembaga pendidikan.

Tak murah, sungguh tak murah mendirikan lembaga pendidikan. Jika aku ingat-ingat, mulai dari mengurus izin yayasan hingga izin operasional sekolah keluar, kami sudah mengeluarkan uang lebih dari 100 juta an. Tabungan terkuras dengan sempurna termasuk tabungan pendidikan anak-anak. Belakangan, di lubuk hati yang terdalam, aku berharap Allah ngasih rejekiku dan suami lebih banyak dari biasanya agar bisa membiayai lembaga pendidikanku apalagi saat ini jumlah siswa yang tidak mampu di sekolahku makin bertambah saja. 

Mombeb, jalan terjal tersebut tidak hanya berkaitan dengan biaya namun ada hal lainnya yakni kehadiran oknum-oknum pemilik lembaga pendidikan lainnya yang menganggap lembaga pendidikanku ini sebagai ancaman. Oknum ini menggunakan cara-cara dzalim seperti menyebarkan fitnah, melarang orang-orang mendukung lembaga pendidikanku dan sebagainya.

Hal lain yang juga luput dari bahasan kami yakni mengenai masih minimnya kesadaran warga sekitar akan pentingnya memberikan pendidkan untuk anak, terutama anak usia dini. Semula, aku pikir, banyak anak-anak yang tidak menempuh pendidikan anak usia dini dikarenakan terkendala biaya. Namun ternyata aku salah. Tawaran sekolah gratis di lembaga pendidikanku ditolak mentah-mentah oleh mereka. 

Hhhhh....

Jujur, kadang rasanya lelah, amat lelah. Karena tidak hanya itu saja alias masih banyak rintangan yang datang berbarengan dan sampai saat ini aku belum menemukan solusi atau cara mengatasi rintangan tersebut. Mbok ya satu-satu gitu datangnya, hahayyy.

Tapi tenang, lelahku ini hanya bersifat sementara saja. Begitu bertemu dengan anak-anak, biasanya, rasa lelah menjadi hilang entah kemana.

Mombeb, doain aku bisa melewati jalan terjal mendirikan lembaga pendidikan ini ya. Doa dari kamu, Mombeb, tentu sangat berarti buat aku. 

 

Belajar Parenting ala Ibu Nurhayati Subakat Pendiri Paragon

Assalamualaikum, dear, Mombeb.

Meskipun sudah 12 tahun menjadi ibu, menjadi orang tua, namun tak lantas membuatku merasa kaya ilmu pengasuhan. Malah rasanya masih miskin ilmu. Oleh sebab itu, jika aku memiliki waktu luang, maka sebagiannya aku gunakan untuk mencari referensi yang berkaitan tentang perkembangan anak juga tentang pengasuhan. 

Nah belakangan aku tertarik sekali dengan gaya parenting tokoh-tokoh publik di negeri ini. Salah satunya gaya parenting pendiri Paragon. 


sumber gambar kompas

Ketertarikanku ini membawaku untuk mulai nonton podcastnya koko Daniel Mananta dengan pembicara dr. Sari Chairunnisa yang tak lain adalah putri dari Ibu Nurhayati Subakat. Namun oleh karena bahasan tentang parenting cukup terbatas karena lebih banyak membahas tentang perjalanan Paragon walhasil aku cari-cari lagi donk. Akhirnya ketemu channel Ibu Ibukota dengan narasumber Ibu Nurhayati Subakat sendiri. 

Tumbuh dalam didikan seorang ayah yang hebat juga ibu yang tangguh menjadikan Ibu Nurhayati sebagai sosok ibu yang luar biasa. Tak hanya sukses menjadi pengusaha, menurutku, beliau juga sukses menjadi seorang ibu.

Waktu merintis produk pertama, beliau tetap tidak mengesampingkan peran sebagai ibu. Padahal, namanya merintis, tentu berat dan membutuhkan curahan perhatian juga waktu. Aku sendiri mengalami ini, masa-masa awal membangun lembaga pendidikan. Saat itu, menemani anak belajar saja, aku tidak sempat. Hal ini tidak berlaku buat ibu Nur. Beliau tetap mengupayakan cukup waktu bersama anak-anaknya. Durasi waktu kerja beliau di luar rumah adalah mulai dari anak-anak sekolah sampai mereka pulang sekolah.   

Hal menarik lain dari parenting ala beliau adalah bagaimana menanamkan kejujuran pada anak-anak. Beliau selalu memberikan kepercayaan kepada anak-anak untuk mengambil uang bekal sekolah sendiri di dompet beliau. Meskipun diberikan kebebasan, anak-anak tetap izin dan selalu mengambil uang sesuai dengan kebutuhan mereka. Kata beliau, saat anak-anak tahu uang di dompet beliau menipis, mereka pun menahan diri dan tidak memaksakan kehendak sendiri.

Selain soal kejujuran, beliau juga melatih anak-anak bertanggung jawab. Beliau tak ragu melibatkan anak-anak ke dalam usaha yang beliau rintis. Anak-anak mendapatkan tugas masing-masing. Hal ini berdampak besar saat anak-anak terjun langsung ke dalam Paragon. Mereka begitu handal mengelola dan mengembangkan Paragon yang saat ini menjadi salah satu perusahaan terbesar di negeri ini bahkan menjadi perusahaan kosmetik Indonesia pertama yang menghadiri acara bergengsi IFSCC Congress London.

Jika dilihat dari segi pencapaian anak-anak beliau, bisa dibilang beliau sukses menjadi seorang ibu yang bisa mengantarkan anak-anaknya menjadi orang yang sukses dan kehadirannya memberikan banyak manfaat kepada lingkungan sekitar. Namun tak ada raut jumawa di wajah maupun ucapan beliau. Beliau merasa bantuan Allah begitu nyata. Beliau merasa amat bersyukur karena dianugerahi anak-anak yang begitu mengerti. Beliau tak perlu meminta anak-anak belajar karena anak-anak sudah menyadari kewajibannya masing-masing. 

Masyaallah, kekagumanku akan beliau, ibu Nurhayati Subakat makin bertambah setelah menonton rangkaian podcast seputar beliau. Selain itu, ada satu hal berharga yang aku dapatkan bahwa parenting atau pengasuhan memiliki peran penting dalam kesuksesan Ibu Nurhayati Subakat dan putra-putrinya.

So. mari semangat belajar tentang pengasuhan ya, Mombeb. Sebagai bentuk ikhtiar dalam mengantarkan kesuksesan anak-anak kita di masa depan.

Demikian ya, 

sampai jumpa nanti.

Wassalamualaikum, Mombeb.  





Bentuk KEBerpihakan terhadap Literasi Digital Emak-emak Blogger

Dear, Mombeb.

Sebelumnya, aku ingin mengucapkan selamat ulang tahun untuk Kumpulan Emak Blogger yang Ke-13. Terima kasih teramat sangat karena sudah lahir. Berkat KEB, aku mengenal literasi pengasuhan.

Mombeb, masih lekat diingatan waktu pertama kali aku menjadi ibu. Aku tidak tahu persis apa yang harus aku lakukan pada anakku. Aku hanya mengikuti saja perkataan atau saran dari orang tua atau mertua. Benar-benar buta akan pengasuhan. Buku KIA yang aku punya, ku baca berulang-ulang, namun tetap saja tak paham-paham harus melakukan apa. Dahlah, dengdong sangat diri ini.

Barulah bergabung dengan KEB, sedikit demi sedikit, aku mulai paham apa yang harus aku lakukan untuk anakku. Bagaimana tidak, banyak sekali anggota KEB yang berbagi mengenai pengalaman pengasuhan mereka. Setiap pengalaman dipaparkan dengan begitu rinci dan lengkap mulai dari A hingga Z. Saat itu (sekitar tahun 2015), sepengamatanku, bahasan tentang pengasuhan tak sekaya seperti sekarang. Berdasarkan ini, maka bisa dibilang KEB membuat para ibu baru menjadi melek literasi pengasuhan lewat jalur digital.

 


KEBerpihakan terhadap Literasi Digital

 

Ulang tahun KEB ke-13 kali ini bertemakan KEBerpihakan terhadap Literasi Digital. Tentu ada alasan memilih tema ini. Makpon Mira Sahid, selaku founder KEB, berharap bahwa KEB dapat terus berdaya dan semakin inklusif dalam isu tertentu, terutama isu-isu yang terkait dengan Literasi Digital. Tak hanya itu, lebih spesifik, Makpon juga menaruh harap agar perempuan - khususnya anggota KEB dapat berperan aktif dan memberikan dampak positif di dunia literasi.

 

Literasi Digital dalam Ikhtiar Menuju Indonesia Emas

 

Melansir dari Kompas, adapun makna dari literasi digital itu sendiri adalah pengetahuan serta kecakapan pengguna dalam memanfaatkan media digital, seperti alat komunikasi, jaringan internet dan lain sebagainya. Jadi orang yang melek literasi digital adalah mereka yang mampu menggunakan media digital dengan baik dan bernilai positif.

Sebagai anggota KEB, aku menyambut hangat tema ini. Sebab rakyat negeri ini membutuhkan kemampuan dalam literasi digital. Akan sulit rasanya menuju Indonesia emas tahun 2045 jika rakyat tak memiliki kemampuan akan hal ini. Mengapa demikian?

Ada segambreng manfaat yang bisa didapatkan bagi orang yang melek literasi digital seperti dapat memahami bagaimana menjaga privasi, dapat menelusuri informasi dengan baik, tak mudah kena tipu, memiliki energi positif, memiliki daya kreativitas yang tinggi, mampu menemukan solusi dari masalah yang dihadapi, dan berbagai hal positif lainnya.  

 

Nah, manfaat-manfaat tersebut adalah bekal yang dibutuhkan bagi setiap orang untuk bisa mengantarkan negeri ini menuju masa emasnya.

 

Rakyat Indonesia Melek Literasi Digital


Mombeb, sebagian besar rakyat Indonesia sudah menggunakan gawai dalam kesehariannya. Hal ini terlihat dari data yang disajikan Indonesia Baik yang mengutip hasil Survei APJII yakni terdapat 196,71 juta pengguna internet di Indonesia atau 73,7% dari total penduduk. Sementara itu, data dari CNBC menunjukkan tingkat literasi digital penduduk Indonesia hanya sebesar 62%. Jumlah tersebut paling rendah jika dibandingkan negara di ASEAN lainnya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa hanya 122 juta pengguna internet di Indonesia yang sudah melek literasi digital.

Memang, ikhtiar menggalakkan literasi digital sudah ada sejak beberapa tahun lalu.  Sayangnya, belum juga menuai hasil yang manis.  Fakta ini tak lantas menjadi alasan untuk menyerah, bukan? Yup, masih ada KEB yang berpihak pada literasi digital.

 

Peran Emak-emak KEB dalam Literasi Digital


Emak-emak Indonesia diberi julukan oleh netizen sebagai ras terkuat di bumi. Kalau sudah emak-emak turun tangan, permasalahan auto kelar, katanya begitu. Nah, aku pun meyakini, hadirnya KEB dalam Literasi Digital akan memberikan buah yang teramat manis untuk negeri ini. Sebab KEB akan memberikan pemahaman tentang literasi digital lebih luas dan dapat menjangkau seluruh penjuru negeri ini. Ya kan? Yup, mengingat anggota KEB yang berjumlah lebih dari 3000 orang ini berasal dari Sabang sampai Merauke.

Selain meyakini kemampuan dahsyat para  emak anggota KEB, Kumpulan Emak Blogger ini pun selalu menjunjung komitmen. Jika sudah memutuskan untuk KEBerpihakan terhadap Literasi Digital maka KEB pun akan benar-benar terjun secara aktif tanpa mbeleyot. Aku yakin, di hari-hari selanjutnya nanti, para anggota KEB akan memberikan sumbangsih yang luar biasa di dunia literasi digital. Seperti akan banyak diadakannya seminar, event-event, pelatihan-pelatihan terkait dengan tema ini. Kenapa bisa seyakin ini? Karena ya memang KEB seperti ini di tahun-tahun sebelumnya. Apapun tema yang diangkat, KEB pasti menunjukkan komitmennya.

Kalau dipikir-pikir, sebenarnya KEB sudah berperan dalam dunia literasi digital sejak lama. Jika diibaratkan, KEB adalah sesepuh di dunia giat literasi digital. Bahkan sejak lahir, KEB sudah bergelut di dunia ini, mulai dari menyebarkan informasi terkait literasi pengasuhan, pertumbuhan anak, finansial, kesehatan, kecantikan, dan sebagainya. 

Sebagai anggota, tak sabar rasanya menanti gebrakan para emak KEB menunjukkan #KEBerpihakan terhadap Literasi Digital. Seperti apa ya kiranya? Apapun itu, aku yakin itu terbaik dan aku siap mendukung dan juga turut terlibat sepenuhnya. FYI, untuk saat ini, aku pun sedang terjun di literasi digital, fokusku pada pendidikan anak usia dini. Biasanya, aku share di akun tiktok @indachakim dan sosial media salah satu lembaga pendidikan di Bali. Doakan ikhtiarku ini menuai hasil yang manis ya, Mombeb.





Akhir kata, kuucapkan kembali, selamat ulang tahun yang ke-13 untuk KEB. Semoga segala kebaikan selalu melingkupimu, KEB. Aamiin

 ***

Referensi:

https://indonesiabaik.id/videografis/indonesia-makin-melek-literasi-digital

https://www.cnbcindonesia.com/tech/20230214171553-37-413790/paling-rendah-di-asean-tingkat-literasi-digital-ri-cuma-62

 



 




Kembali Membuat Resolusi di Usia yang Tak Muda dan Gagal Berkali-kali

 

Bolehkah Ibu Rumah Tangga yang Sudah Berusia 35 Tahun Plus Plus dan Sering Gagal Meraih Resolusi Ini, Kembali Membuat Resolusi?

 

Assalamu'alaikum,

dear, Mombeb.

Tahun 2024 sudah menjadi bagian dari masa lalu. Tentu saja, sebelum menjadikannya begitu, ku tak lupa untuk mengambil pengalaman berharga dan beragam hikmah dari kejadian-kejadian yang aku alami sepanjang tahun 2024 lalu. Mulai dari kejadian yang membuat luka, hingga yang bikin bahagia. Maka dari itu, aku pun sudah siap melepas 2024 dan lalu menyambut tahun 2025 dengan energi positif yang ku punya.

Mombeb, tahun 2025 ini, ada beberapa hal yang ingin sekali aku raih dan rencananya mau aku jadikan resolusi. Salah satunya meraih apa yang jadi mimpi kedua orang tuaku. Kalaupun belum bisa, minimal tahun 2025, jarakku menggapai hal itu lebih dekat dari saat ini.

Kalau boleh jujur, ada rasa psimis yang mampir di hati, apakah aku bisa mewujudkan resolusi yang aku buat mengingat seringkali gagal meraihnya. Terlebih lagi saat ini, usiaku sudah menginjak di angka 35. Sehingga adakalanya aku merasa bahwa sudah cukup terlambat untuk bisa meraih itu di usiaku yang tidak lagi muda ini. Bahkan belakangan kesehatanku pun sedikit menurun jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Aku sempat menjalani hidup sebagaimana alur-Nya saja alias tidak memiliki resolusi apapun. Hari-hari, aku isi dengan tetap berbuat baik, melakukan perintah dan menjauhi larangan-Nya, dan mendukung penuh orang-orang terdekatku. 

Namun aku begini tak lama, karena aku merasa makin kehilangan diri sendiri. Aku kehilangan semangat membaca, hilang antusias mengamati ini itu, hilang minat membuat sesuatu, hilang. Maka aku memutuskan untuk memberanikan diri kembali membuat resolusi. Hanya saja kali ini, aku membuat durasi resolusiku lebih panjang dari biasanya. Ya sekitar 5 tahun lah yah.

Resolusi terbesarku tahun ini, mengukir rasa bangga orang tua.

Belakangan, aku baru menyadari, apa yang membuat orang tua bangga yakni sukses berkarir dan punya ekonomi yang stabil. Semula, aku pikir ini hanya berlaku untuk suamiku saja, ternyata aku pun diharapkan demikian. Ya sudah, tak apa, aku anggap keinginan mereka itu adalah doa baik untukku.

Jadi tahun ini, aku akan memfokuskan diri untuk meniti karir. Tak berani rasanya menggunakan kata mengejar karir. Karena sadar dengan kemampuan serta tanggung jawab yang tak boleh aku kesampingkan baik sebagai ibu, guru, pemilik bimbingan belajar, serta yang paling terbaru sebagai pemilik yayasan pendidikan dan sosial.  

Aku pun sudah merancang alur yang aku yakini akan membawaku ke karir yang gemilang versi orang tuaku. Langkah awalku yakni mengeksplorasi ilmu yang sudah aku tekuni sejak lama. Apalagi kalau bukan matematika, pendidikan, pengasuhan, dan anak usia dini. Ya, aku akan memulainya dari sini, bismillah. 

Berharap, resolusi jangka panjangku ini, bisa aku raih sebelum jatuh tempo.

Mombeb, aku mohon bantuan doanya ya. Aku juga berdoa untuk kamu, Mombeb, semoga resolusi yang kamu buat tercapai semuanya aamiin.

Oke, segitu dulu deh ya ceritaku kali ini. 

Esok nanti kita sambung lagi.

See yaaa

Wassalamu'alaikuuuummm


 


Muhasabah: 2024 tentang Ekonomi Belum Stabil dan Anggapan Miring




Assalamu'alaikum, 

dear, Mombeb.

Apa kabar, kamu? Aku berdoa semoga segala kebaikan mengiringi langkah kamu ya, aamiin.


Sudah di ujung tahun 2024 saja. Nggak terasa, ya? Iya, nggak terasa, saking sudah kebalnya, hahay.


Tahun ini, kalau diingat-ingat, cukup banyak perjuangan yang aku dan suami lakukan. Tidak hanya mengupayakan ekonomi keluarga menjadi stabil, kami juga gedebukan menghadapi anggapan miring. Kami mengetahui hal tersebut bukan dari kata orang, melainkan kami mengetahuinya secara langsung. Bukan 1 atau 2 orang yang mengatakan hal yang sama, melainkan lebih dari 4 orang. Kalau begini, bolehlah ya kalau kami membuat kesimpulan bahwa memang benar ada anggapan miring yang beredar di orang-orang yang bekerja atau menekuni hal yang sama dengan kami.

Cara aku menghadapi orang-orang yang mengungkapkan anggapan miringnya tentang aku dan suami tentu saja dengan membantahnya langsung. Setelah mendengar bantahanku, respon mereka nampak cukup baik. Soal bagaimana isi hati mereka, biarlah, aku enggan memikirkan sampai sedalam itu. Yang terpenting, aku sudah ikhtiar menyampaikan yang sebenarnya. 

Sebelum sampai ke titik itu, aku sempat merasa uring-uringan saat diterpa dua masalah tersebut. Sebab dua hal ini berdampak pada usaha yang tengah aku dan suami tekuni. Namun, lama-lama rasanya koq melelahkan bergelut dengan uring-uringan. Walhasil aku pun berupaya terbebas dari itu dengan fokus memilih masalah yang paling utama dan harus segera aku dan suami temukan solusinya. Lalu kami pun memutuskan untuk fokus pada upaya untuk membuat ekomi stabil. Ya, kondisi ekonomi kami belum juga stabil sejak covid. 


Ada alasan mengapa kami memilih fokus pada masalah pertama. Karena, kita tidak bisa mengubah anggapan orang. Setiap orang punya standar penilaian baik atau buruk. Jika memang penjelasan yang sudah kami sampaikan memenuhi standar penilaian baik bagi mereka, maka tentu mereka akan menghapus anggapan miring mereka tentang kami. Dah, begitu saja. Soal mencari sumber anggapan miring tersebut, kami juga tak tertarik untuk menelusurinya. Perihal ini, kami menyerahkannya pada Allah SWT., karena kami tidak mampu benar-benar untuk menghadapi masalah yang ini.


Mombeb, sejak memutuskan hal tersebut, kami fokus berjibaku melakukan hal-hal yang sekiranya bisa menghasilkan pundi-pundi halal dan berkah, insyaallah. Beberapa usaha yang kami lakukan, ada yang berujung pada jalan buntu dan menghabiskan uang yang cukup banyak bagi kami. Happy ending yang kami harap, malah sad ending yang mampir. 

Sedih, itu pasti. Karena seakan tengah mengalami suatu kondisi sudah jatuh tertimpa banyak tangga pula. Tapi kami tidak ingin berlama-lama larut dalam kesedihan. Toh, kami sudah mendapatkan pengalaman berharga dan hikmah di balik gagalnya usaha yang kami lakukan. Tak lupa, dalam hati, kami mengukir kalimat, Allah berjanji ada dua kemudahan setelah kesulitan dan Allah sudah menyiapkan hal terbaik untuk kami. 


Ada juga, ikhtiar kami yang berbuah cukup manis, alhamdulillah. Meskipun belum bisa membuat ekonomi kami stabil, namun kami sudah bersyukur sekali, syukur teramat sangat. Kami optimis, ikhtiar kami yang berbuah cukup manis ini, akan membawa kami kepada ekomoni yang stabil bahkan insyaallah memudahkan kami untuk bisa membantu yang lainnya.


Selain mendapatkan hasil yang menyenangkan dari ikhtiar yang aku dan suami lakukan, kami juga merasa bahwa Allah telah membuka jalan solusi bagi masalah kami yang kedua. Kami seakan dikumpulkan dengan orang-orang yang akan memberikan kami energi positif. Suami dipertemukan dan didekatkan dengan tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki image positif di masyarakat, masyaAllah, Allahu Akbar. Gini ya, kalau kita menyerahkan urusan sepenuhnya kepada Allah SWT. 

JADI....................

Pelajaran berharga yang aku dapatkan di tahun 2024 ini adalah libatkan Allah dalam setiap langkah, terutama saat terasa langkah begitu sulit dan sudah tidak punya daya untuk menghadapinya. Sepenuhnya pasrah, dan sepenuhnya percaya pada Allah SWT.


Nah seperti itulah kiranya muhasabah untuk 2024. Kalau kamu gimana Mombeb? Apa pelajaran berharga yang kamu dapatkan di tahun ini? Boleh donk cerita-cerita di kolom komentar yak. InsyaAllah hikmah yang kamu dapatkan akan menjadi penambah energi positif untukku dan teman-teman yang membacanya. 


Akhir kata, semoga tahun 2025, kehidupan yang kita jalani terasa makin jauh lebih baik, lebih bahagia, dan dipenuhi keberkahan dari Allah SWT. aamiin


Sampai jumpa di blogpost lainnya yak.

Daaaaaaaahhhhh, Mombeb,

wassalamu'alaikum. 

Harapan Istimewa Pemuda Indonesia (Guru TK) Menjelang 100 Tahun Sumpah Pemuda

 

Seperti biasanya, saat anak-anak sudah pulang sekolah, aku duduk-duduk di bawah pohon mangga di depan kelas. Laporan harian aku selesaikan di sini.  Setelah itu, aku pun mengerjakan yang lainnya yakni membuat rencana kegiatan sekolah dalam rangka memperingati sumpah pemuda. Mombeb, gara-gara ini, aku baru menyadari bahwa 5 tahun lagi sumpah pemuda akan berusia 1 abad, wow, masyaAllah.


cerita-cerita sama anak-anak tk kesayangan

Bukan Soal Gaji, Ini Harapan Pemuda Indonesia (Guru TK) Menjelang 100 Tahun Sumpah Pemuda

Nah, menjelang 100 tahun usia sumpah pemuda, aku sebagai orang muda Indonesia yang berprofesi sebagai guru TK menaruh harap istimewa. Harapanku kondisi iklim bumi semakin membaik. Bukan makin parah seperti sekarang. 


Fakta Perubahan Iklim

Mombeb, ada alasan dibalik harapan yang aku lambungkan itu. Dari artikel-artikel yang aku baca, aku punya sebuah kesimpulan bahwa perubahan iklim tidak masuk dalam lingkar prioritas negara ini. Salah satunya terlihat dari bagaimana pemerintah memperlakukan hutan Indonesia yang menjadi paru-paru dunia.

Hutan Indonesia yang sebagian besar berjenis hutan hujan tropis memiliki peran penting dalam menjaga iklim dunia. Kemampuan hutan dalam menyerap karbondioksida dari atmosfer yang dipercaya dapat menjadi mempengaruhi perubahan iklim, sudah tidak diragukan lagi. Kemampuan tersebut sudah dibuktikan oleh para ilmuwan. Sayangnya, luas hutan di Indonesia sudah berkurang signifikan. Hal ini tentu menimbulkan dampak negatif selain perubahan iklim. Seperti hilangnya rumah berbagai flora dan fauna, siklus air menjadi terganggu, dan sebagainya.


Dampak Perubahan Iklim

Pun demikian juga perubahan iklim yang memiliki dampak luar biasa di berbagai lini kehidupan seperti sosial ekonomi, hingga kesehatan. Lebih detil berikut dampak luar biasa perubahan iklim yang sudah aku rangkum berikut ini:

  • Dampak perubahan iklim bagi ekonomi masyarakat

Perubahan iklim mengakibatkan cuaca ekstrim. Jika hal ini terjadi maka berbagai sumber ekonomi masyarakat pun akan menjadi terganggu seperti petani yang mengalami gagal panen, nelayan yang tidak bisa melaut, dan sebagainya. Lalu jika dampak dari perubahan iklim berupa bencana alam, maka tak hanya sumber ekonomi petani dan nelayan saja yang terganggu, melainkan semua sumber ekonomi yang dilakoni masyarakat.

  • Dampak perubahan iklim bagi alam

Manusia bukanlah satu-satunya yang hidup di bumi, ada flora dan fauna. Tidak seperti manusia yang dianugerahi akal sehingga selalu bisa mencari solusi untuk bertahan hidup, flora dan fauna tak dapat berbuat banyak jika dampak perubahan iklim menghampiri. Flora dan fauna yang tidak tangguh menghadapi perubahan iklim, akan mati, lalu lama-lama menjadi musnah, punah. Lalu jika flora dan fauna sirna, maka bencana lain pun akan datang menghampiri.

  • Dampak perubahan iklim bagi kesehatan manusia

Kesehatan juga terkena dampak dari perubahan iklim. Contohnya saat terjadi curah hujan tinggi lalu mengakibatkan banjir maka berbagai penyakit pun akan muncul, terutama bagi korban banjir seperti diare atau penyakit kulit. Lalu saat musim kemarau tiba yang mana kadang suhu bumi meningkat lebih tinggi membuat beberapa orang terkena alergi, bahkan dehidrasi. Tak hanya kesehatan fisik, perubahan iklim juga dapat mempengaruhi kesehatan mental dan inilah yang tengah aku alami. 


Dampak Perubahan Iklim bagi Seorang Guru TK

Perubahan iklim juga terasa bagi aku yang seorang guru TK. Dan dampaknya bisa mengarah pada keberlanjutan karir aku sebagai seorang guru. 

Seorang guru memiliki tanggung jawab menanamkan karakter positif pada anak didik. Salah satu caranya dengan memberikan contoh perilaku yang baik pada mereka. Seperti memberikan contoh bagaimana bersikap saat menghadapi sebuah masalah yakni harus sabar, tidak reaktif atau mendahulukan emosi. Nah di tengah suhu udara yang panas begini, bersikap sabar tentu menjadi tantangan tersendiri bagi seorang guru, terlebih guru TK. Sebab cuaca panas yang diakibatkan dari perubahan iklim ini tak hanya mempengaruhi kesehatan fisik melainkan juga benar-benar mempengaruhi kesehatan mental.

Melansir dari Halodoc, kesehatan mental adalah kesehatan yang berkaitan dengan kondisi emosi, kejiwaan, dan psikis seseorang. Nah dari definisi tersebut, ada satu kondisi yang belakangan sering aku rasakan yakni emosi yang tidak baik. Jika aku amati, kondisi ini terjadi saat aku merasa panas, kalau bahasa jawanya sumuk. Jadi begitu merasa sumuk, otomatis rasa tidak nyaman akan muncul. Kalau rasa ini sudah muncul akan mempengaruhi kondisi emosi. Kesabaran yang setebal karang, berangsur-angsur berubah menjadi setipis tisu tatkala rasa tidak nyaman sebab kepanasan mulai menghampiriku.

Serotonin dikenal sebagai hormon yang memproduksi rasa bahagia. Selain itu serotonin juga bertugas untuk mengatur kerja berbagai organ dalam tubuh termasuk menjaga suhu tubuh agar tetap dibatas normal.

Suhu udara panas memicu naiknya suhu tubuh. Normalnya suhu tubuh berkisar 36 derajat Celcius hingga 37 derajat Celcius. Nah jika suhu udara mencapai lebih dari 37 maka tubuh akan berusaha menormalkan suhu tubuh, dan serotonin berperan dalam tugas ini. Oleh karena serotonin fokus pada hal tersebut, maka kadar bahagia pun menjadi menurun.

Selain itu, suhu udara yang panas juga mempengaruhi kemampuan kognitif. Jika kognitif menurun maka akan membuat susah konsentrasi, dan sebagainya.

Berdasarkan hal tersebut, maka perubahan iklim harus sesegera mungkin bisa ditangani. Tak lupa, hutan pun harus dilindungi,  mengingat begitu luar biasa manfaat yang bisa dirasakan jika hutan dalam kondisi baik-baik saja.   


Menghadapi Perubahan Iklim Sekaligus Melindungi Hutan ala Guru TK

Adapun cara menghadapi perubahan iklim sekaligus melindungi hutan ala aku yang merupakan seorang  guru TK adalah sebagai berikut.

1. Menjaga tanaman yang ada di sekolah.

Sejak cuaca panas melanda, aku jarang sekali mengajak anak-anak didik untuk belajar di dalam kelas kecuali saat kegiatan awal di pagi hari. Aku selalu mengajak mereka belajar di bawah pohon rindang, teduh, dan penghasil semilir angin. Selain untuk menghindari munculnya emosi negatif dari aku sendiri juga mencegah perasaan tidak nyaman menghinggapi anak-anak. Sebab jika mereka merasa tidak nyaman, maka pasti susah diajak mengikuti kegiatan bermain dan belajar.

tempat belajar favorit di sekolah - di bawah pohon mangga


Sadar akan betapa bermanfaatnya tanaman yang ada di sekolah, aku pun mengajak anak-anak untuk turut serta menjaga seperti rajin menyiram tanaman, membersihkan rumput liar, dan sebagainya.

2. Membawa bekal sekolah.

Aku menyarankan orang tua siswa untuk membawakan bekal saja. Hal ini sebagai ikhtiar untuk mengurangi sampah plastik dari makanan atau minuman kemasan. Alhamdulillah, orang tua siswa mau mengikuti saran ini.

 


3. Mengenalkan aksi daur ulang pada anak-anak

Untuk mengenalkan hingga memberikan pemahaman pada anak-anak, aku sering menggunakan media belajar. Nah sebagian besar bahan untuk membuat media berasal dari barang bekas, seperti kertas bekas, botol minuman dan sebagainya. Beberapa kali aku mengajak anak-anak untuk membuat mainan dari barang bekas juga. Alhamdulillah anak-anak menyambut hangat. Ini adalah bentuk ikhtiarku mengenalkan anak-anak pada kegiatan daur ulang. Lebih jauh lagi, aku berharap anak-anak bisa menjadi generasi bangsa yang mencintai lingkungan.



4. Aktif membuat konten tentang perubahan iklim dan melindungi hutan.

Sejak jadi ibu, aku sering membagikan konten berupa mainan daur ulang untuk menstimulasi anak-anakku di akun  media sosialku. Tapi paling sering sih share di Instagram dengan nama akun @indachakim .  Hal ini masih berlanjut sampai sekarang saat aku menjadi guru TK. Selain itu aku juga pernah membuat konten tentang pentingnya menjaga lingkungan di Instagram dan di blog  ini.



 

5. Bergabung dengan komunitas #MudaMudiBumi

Demi melindungi hutan, dan menghentikan perubahan iklim, aku bergabung dalam sebuah komunitas yang didalamnya banyak pejuang yang mau melakukan apapun untuk menjaga bumi #UntukmuBumiku . Komunitas ini rajin menggaungkan semangat untuk terus menjaga bumi. Selain itu juga memberikan alternatif atau pilihan aksi yang bisa dilakukan sebagai bentuk melindungi hutan dan menghentikan perubahan iklim. Keren mah pokoknya.

Nah buat kamu yang juga ingin menjaga bumi, yuk deh bergabung dengan #MudaMudiBumi di  #TeamUpForImpact .


Solusi Mengatasi Perubahan Iklim dan Perlindungan Hutan : Menumbuhkan Karakter Pelajar Pancasila yang Berakhlak Mulia Kepada Alam

 

Kadang terlintas sebuah tanya apakah ikhtiar yang aku lakukan berpengaruh pada bumi atau tidak sama sekali? Kalau boleh jujur, rasanya, ingin sekali melakukan sesuatu yang besar yang dapat membuat kondisi iklim menjadi lebih baik. Untungnya, aku sudah menemukan jawaban dari inginku itu, yakni bergabung ke  #TeamUpForImpact .

 

Ya, aku pikir, solusi mengatasi perubahan iklim adalah dengan bersama-sama menjaga bumi, kompak, serempak, bersatu padu. Jika kita, #MudaMudiBumi  #BergerakBersamaBerdaya melakukan sesuatu untuk bumi, maka aku yakin hasilnya akan terlihat signifikan.

 

Mombeb, aku jadi membayangkan andai para pemegang kebijakan, para pemegang kekuasan di negeri ini turut andil menjaga bumi serta aktif mendukung gerakan-gerakan menjaga lingkungan seperti aksi #BersamaBergerakBerdaya ini, seperti pemegang kebijakan terkait pertambangan mungkin, atau hutan, atau energi, tentu negeri ini….. Ah sudahlah, tak perlu lama-lama membayangkan hal itu terjadi, mengngat itu di luar jangkauan kita.

 

Eh tapi ada satu lembaga pemerintah yang sudah menunjukkan kepeduliannya kepada bumi yakni kementerian pendidikan dan kebudayaan  melalui projek penguatan profil pelajar Pancasila atau dikenal dengan P5. Projek penguatan profil pelajar pancasila ini sendiri merupakan bagian dari rencana strategis Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024 yang ditulis dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020.

 

Adapun definisi dari Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Untuk poin berakhlak mulia itu sendiri dibagi menjadi 5 poin meliputi (a) akhlak beragama; (b) akhlak pribadi; (c) akhlak kepada manusia; (d) akhlak kepada alam; dan (e) akhlak bernegara.

 

Mombeb, aku senang sekali begitu tahu bahwa ada lembaga pemerintah yang bersungguh-sungguh menunjukkan kepeduliannya pada bumi. Terlebih lagi lembaga itu adalah dari dunia pendidikan, MasyaAllah Tabarokallah. Karena apa?

 

Menurut KBBI, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Definisi ini sejalan dengan sebuah ungkapan yang berasal dari tokoh dunia yakni Nelson Mandela bahwa pendidikan adalah senjata paling mematikan di dunia, karena dengan pendidikan, maka kita dapat mengubah dunia.

 

Jepang sudah membuktikan bagaimana kemampuan pendidikan dalam mengubah sesuatu. Jepang yang sempat terpuruk sebab kalah dari sekutu di Perang Dunia II, akhirnya dapat bangkit dan saat ini menjadi negara maju. Pencapaian ini tak lepas dari peran dunia pendidikan. Nah dengan fakta seperti ini, rasanya negeri ini sudah berada di jalur yang tepat yakni menggunakan pendidikan sebagai jalan untuk mengatasi perubahan iklim.

 

Anindito Aditomo, Kepala badan standar, kurikulum, dan asesmen pendidikan kemendikbudristek memberikan contoh aktivitas penguatan profil pelajar pancasila yang berakhlak mulia terhadap alam di sekolah. Guru membuat proyek bertema lingkungan, perubahan iklim, ataupun gaya hidup berkelanjutan, yang relevan dengan masalah di sekitar sekolah. Kegiatan belajar berbasis proyek ini dapat mendorong terjadinya kolaborasi berbagai ilmu pengetahuan juga mengeksplorasi demi menemukan solusi yang tepat.

 

Sebagai seorang guru, aku menyambut hangat projek penguatan profil pancasila yang merupakan bagian dari kurikulum merdeka. Aku pun berkomitmen untuk tetap berusaha dan bersemangat menstimulasi anak-anak usia dini agar memiliki karakter positif pelajar Pancasila salah satunya memiliki karakter seorang pelajar yang berakhlak mulia kepada alam. Bukan hanya aku, teman-teman guru lain dan dari jenjang pendidikan yang berbeda pun sudah mulai melakukan ini, alhamdulillah. Ikhtiar teman-teman guru ini, membuatku yakin, kelak kondisi iklim bumi akan kembali membaik. Aamiin

Kalau kamu gimana, Mombeb.      

“Yuk share mimpi kamu terhadap penanganan isu perubahan iklim dan perlindungan hutan!”


***


Referensi:

https://www.bbc.com/indonesia/articles/c72vvx99n9eo

https://hellosehat.com/mental/gangguan-mood/serotonin-adalah-zat-kimia-tubuh/

https://www-psychologytoday-com.translate.goog/us/blog/mind-matters-from-menninger/202307/too-hot-to-handle-heat-and-mental-health?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

https://www.halodoc.com/kesehatan/kesehatan-mental

https://www.merdeka.com/jatim/tanda-tanda-tubuh-kekurangan-serotonin-salah-satunya-pola-tidur-terganggu-20094-mvk.html

https://www.liputan6.com/citizen6/read/5121964/cuaca-panas-ternyata-berpengaruh-pada-kesehatan-mental-manusia

https://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/profil-pelajar-pancasila

Bolehkah Memilih?

 Dear, Mombeb.

Sudah 2 tahun belakangan ini, aku mulai meniti karir sebagai seorang guru. Namun beberapa bulan ini, aku memutuskan untuk fokus menjadi guru sekaligus pengelola sekolah anak usia dini. 

Keputusan ini mengharuskanku untuk membagi fokus perhatian. Semula hanya fokus menjadi support system anak-anak dan suami, serta sesekali menyalurkan hobi. Sekarang fokus bertambah mengembangkan kemampuan anak-anak peserta didik juga mengembangkan sekolah.

Jujur, aku mulai merasa kewalahan dengan hal ini. 

Kalau boleh, ingin rasanya memilih untuk fokus salah satu atau salah dua saja. Namun lingkungan sekitarku tidak menghendaki itu. Mereka yakin aku mampu melakoni tanggung jawab sebagai seorang ibu, istri, guru, dan pengelola sekolah. 

Tapi, aku tengah berusaha agar dibolehkah untuk memilih. Karena belakangan ini, sakitku makin sering kambuh.

Bagiku, ini adalah sinyal bahwa aku sudah melampaui batas maksimal kemampuanku.

Mombeb, do'akan aku bisa meyakinkan orang-orang sekitarku ya.

  

Terlambat Mewujudkan Mimpi Jika Memulai Karir di Usia 30+ ?

Assalamu'alaikum, 

Dear Mombeb. 

Apa kabar, Mom? aku do'akan kamu dan keluarga selalu dalam kondisi sehat dan bahagia. Aamiin ya robbal'alamiin.

Mom, kalau boleh tahu, di usia berapa kamu memulai karir? Di usia mudakah? Kalau iya, pasti sekarang lagi di puncak karir ya, Mom? Alhamdulillah, aku ikut senang dengan keberhasilan kamu, Mom. 

Lalu, menurut kamu, Mom, apakah aku terlambat memulai karir di usia 30 lebih? Karena beberapa orang di sekitarku bilang kalau aku sudah terlambat mewujudkan mimpi jika memulai karir di usia 30 lebih. Katanya, karirku nggak bakal bisa berada di puncak. 

Waktu aku dengar kalimat begitu, aku ke-memeg-an sih alias nggak bisa berkata-kata karena saking kagetnya. Baru, setelah beberapa menit kemudian, yang pasti setelah yang mengatakan tersebut pergi, aku mulai memikirkan kalimat tersebut. 

Kalau boleh jujur, aku memang mewujudkan mimpi aku melalui jalan karir yang baru aku mulai ini. bisa Mimpiku ini pun bisa dibilang cukup tinggi, sih. Aku berani menaruh mimpi tinggi pun karena beberapa alasan. Sebab kebetulan karirku saat ini adalah hal yang aku sukai yakni diy dan anak-anak. Coba deh tebak, aku tengah berkarir sebagai apa? Yup, aku jadi guru paud, Mombeb, yeayyyy. 

Nah, selain itu, berdasarkan pengamatanku yang bisa dibilang masih cukup dini sih, jalan untuk berkarir di dunia paud di tempat tinggalku ini masih terbuka lebar. Inilah yang membuatku berani bermimpi tinggi, tinggi sekali. Namun setelah mendapatkan respon begitu, aku pun mulai ragu untuk menaruh mimpi setinggi itu. 

Memang, tak dapat dipungkiri, beberapa kali aku mendapati badanku jadi mudah lelah. Main ular naga panjangnya sama anak-anak tk barang sebentar saja, aku sudah menggos-menggos. Pyuuhhh, payah yah. Mungkin kalau masih muda aku bisa berlarian ke sana kemari yiha. 

Lain dari itu? Untuk saat ini aku belum nemu lagi kesulitan berkarir di usia 30+. Aku malah menemukan kelebihan dari berkarir sebagai guru paud di usia yang sudah tidak muda lagi ini. Pertama, aku punya banyak referensi media belajar untuk anak tk. Bahkan sebagian besar berdasarkan pengalaman pribadi saat bikin media belajar buat duo bocilku. Kedua, aku juga punya banyak referensi perkembangan anak usia dini. Ketiga, lebih selow dalam menghadapi masalah, nggak reaktif seperti pas aku masih muda dulu. Baru nemu tiga ini sih. 

baca juga: kreasi mainan dari barang bekas

Hasil renunganku itu menunjukkan kalau lebih banyak hal positif yang aku dapatkan dengan memulai karir di usia 30+. Semoga saja, hal positif ini semakin bertambah yak. Aamiin

Jadi kalau dibilang memulai karir di usia 30+ itu terlambat memang nggak ada salahnya, sih. Apalagi jika dilihat dari garis start teman satu angkatan. Tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali berusaha untuk mewujudkan mimpi, bukan?  

Mombeb, do'akan aku yak. Do'akan aku bisa meraih mimpiku yang tinggi itu melalui jalan karir yang tengah aku lakoni ini. 

Makasih ya. Makasih banyak karena mau mendo'akan aku. Do'a yang baik akan kembali ke kamu, Mombeb. 

Sekian curhat kali ini. 

Nanti esok kita cerita-cerita lagi yak.

Wassalamu'alaikum, Mombeb.  

The Power Of Bersama Bergerak Berdaya



Assalamualaikum.

Dear, Mombeb.

Apa kabar? Aku do'akan semoga kamu selalu dalam kondisi sehat dan bahagia ya, aamiin

Mombeb, kamu sudah tahu belum kalau ternyata rumah tangga juga memberikan sumbangsih pada polusi udara? Aku baru tahu lho soal hal ini. Ckckckck...kemana aja dah dirikuuu.

Aku tu dulu mikirnya kalau polusi udara hanya disebabkan dari asap kendaraan bermotor, atau pabrik, atau pembakaran sampah. Ndilalah kemarin aku baca kalau ternyata rumah tangga menghasilkan emisi karbon juga. Waduh waduh waduh.

Fyi, dalam detik.com didefinisikan bahwa emisi karbon adalah pelepasan karbon ke atmosfer. Emisi gas yang berlebihan dapat menyebabkan pemanasan global atau efek rumah kaca. Hal ini mengakibatkan peningkatan suhu di bumi secara signifikan.

Emisi karbon dihasilkan dari energi-energi yang salah satu bahan pembuatannya dari fosil seperti listrik, BBM dan sebagainya. Sementara itu, aktivitas sehari-hari kita tidak lepas dari energi-energi tersebut termasuk aktivitas rumah tangga seperti memasak, mencuci baju, antar jemput anak sekolah,  dan masih banyak lagi.


*Dampak Emisi Karbon*

Emisi karbon menjadi salah satu penyebab terjadinya perubahan iklim. Adapun perubahan iklim itu sendiri memberikan dampak negatif di berbagai aspek kehidupan.

  • Dampak perubahan iklim bagi alam raya

Perubahan iklim dapat memicu atau bahkan meningkatkan suhu bumi. Hal ini membuat es di kutub mencair. Lalu jika hal ini terjadi maka mengakibatkan naiknya permukaan air laut secara global. Dampak lanjutannya yakni luas daratan pun menjadi berkurang.

Tak cukup sampai di situ, perubahan iklim dapat menjadi penyebab punahnya spesies hewan. Mongabay.co.id menyebutkan katak setan adalah salah satu jenis katak yang punah karena perubahan iklim. Nah hal ini tentu saja akan mengganggu keseimbangan ekosistem.

Di samping itu juga, perubahan iklim juga dapat menyebabkan terjadinya cuaca ekstrim lho, Mombeb. Kalau cuaca ekstrim terjadi pastinya berdampak pada makhluk hidup karena dapat menghadirkan bencana alam seperti badai, hingga kemarau panjang.

  • Dampak perubahan iklim terhadap ekonomi

Kehidupan manusia sangat bergantung pada alam, bukan sebaliknya. Jadi saat kondisi alam sedang tidak baik-baik saja maka hal ini tentu akan berdampak langsung juga pada manusia.

Perubahan iklim menjadikan kondisi alam berubah secara signifikan. Seperti mencairnya es di kutub yang mengurangi luas daratan bahkan dapat meningkatkan terjadinya abrasi hingga banjir rob. Kondisi seperti ini tentu berdampak secara ekonomi bagi masyarakat, terutama yang tinggal di wilayah pesisir pantai dan sebagainya.

Lebih lanjut, perubahan iklim juga menstimulasi terjadinya cuaca ekstrim. Seperti intensitas hujan yang tinggi hingga kemarau yang berlangsung lama.

Dulu, musim hujan adalah musim yang paling dinanti. Karena seakan mendatangkan rejeki berlimpah dan kebahagiaan. Namun, sekarang rasa itu memudar. Sebab terganti dengan rasa siap siaga waspada akan bahaya yang kadang datang menyertai hujan seperti banjir, tanah longsor, atau banjir bandang.

Demikian juga musim kemarau yang juga kadang membawa serta bencana alam. Seperti kekeringan yang berlangsung lama.

Dua kondisi alam ini, curah hujan yang tinggi maupun kemarau panjang, berpengaruh pada pendapatan beberapa profesi seperti petani, nelayan, pedagang, dan sebagainya.

  • Dampak perubahan iklim terhadap sosial budaya
Perubahan iklim juga berdampak pada ranah sosial budaya. Saat ini banyak yang enggan melakukan aktivitas di luar ruangan saat siang hari. Baik itu saat sedang bekerja atau berkumpul bersama teman. Selain itu, ruangan-ruangan tempat beraktivitas pun dilengkapi dengan kipas angin atau ac untuk menghalau hawa panas yang terasa. Bahkan ada yang membawa kipas angin (mini) sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa kipas angin atau ac sudah menjadi kebutuhan bagi beberapa orang. Data dari Jawapos.com menyebutkan bahwa kebutuhan akan kipas angin pun meningkat tatkala musim kemarau. 

Dampak lainnya yakni berubahnya kebiasaan orang dalam merawat kulit. Saat ini, banyak yang menganggap bahwa merawat kulit tidak cukup hanya satu jenis produk melainkan lebih dari itu seperti menggunakan sunscreen, body scrub, lotion dan sebagainya. Hal ini tentu tak jadi masalah mengingat setiap orang memiliki kondisi kulit masing-masing. Namun yang perlu digaris bawahi adalah adanya peningkatan risiko penyakit kulit akibat perubahan iklim. Melansir dari halodoc bahwa ada beberapa kondisi kulit yang sering muncul saat terjadinya cuaca panas seperti penyakit kulit jamur, penyakit kulit yang disebarkan melalui kutu, dan sebagainya.
  • Dampak perubahan iklim terhadap kesehatan

Kesehatan juga terkena dampak dari perubahan iklim. Tingginya curah hujan yang mengakibatkan banjir berpotensi memunculkan berbagai penyakit, terutama bagi korban banjir seperti diare atau penyakit kulit. Lalu saat musim kemarau tiba yang mana kadang suhu bumi meningkat lebih tinggi membuat beberapa orang terkena alergi, bahkan dehidrasi.

dampak perubahan iklim


Seperti itulah sedikit dari segambreng dampak perubahan iklim yang muncul sebab adanya emisi karbon. Dampak dari emisi karbon ini tidak boleh kita anggap remeh ya, Mombeb. Karena sudah memberikan dampak negatif di segala aspek kehidupan.

Lalu dengan fakta seperti ini, akankah kita hanya berpangku tangan menyaksikan dampak emisi karbon yang semakin merajalela di berbagai lini kehidupan? O tentu tidak kan, Bestie? Yup, mari kita turut beraksi, Mombeb. Mari kita singsingkan baju dinas kita sebagai ibu rumah tangga untuk turut serta dalam #BersamaBergerakBerdaya demi #UntukmuBumiku menjadi lebih baik lagi. Yihaaaaa


*Cara Meminimalkan Emisi Karbon*

Mombeb, katadata mengabarkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-5 sebagai negara penyumbang emisi karbon di dunia.  Kaget sih dengan kabar ini. Emmm lebih tepatnya malu bercampur sedih. Bisa-bisanya, kita jadi negara yang memberikan sumbangsih cukup besar pada kerusakan bumi. Ya Allah astaghfirullah.

Data dari Laporan Inventarisasi Emisi GRK Sektor Energi 2019 menjabarkan bahwa penyumbang emisi terbesar secara berturut-turut antara lain industri produsen energi (46,35%), transportasi (26,39%), industri manufaktur dan konstruksi (17,75%), sektor lainnya (4,63%). Lebih detil, dalam kategori industri produsen energi, terdapat subkategori pembangkit listrik sebagai penghasil emisi terbesar.

a. Menghemat Penggunaan Listrik

Berdasarkan data tersebut, terlihat jelas penyumbang emisi terbesar yakni produsen energi, lalu disusul tranportasi. Sekilas memang nampaknya kita tidak bisa berbuat banyak untuk mengurangi emisi karbon. Karena 2 sektor besar tersebut merupakan ranah pemerintah. Namun jika diperhatikan lagi, kita bisa loh, menekan emisi dari dua sektor besar tersebut. Dengan syarat jika kita melakukan ini secara bersama-sama. #BersamaBergerakBerdaya 

Yup, kita bisa meminimalkan emisi karbon dari sektor (penyumbang emisi karbon terbanyak di Indonesia) yang nampaknya hanya bisa dijangkau oleh "orang-orang atas" jika kita melakukannya secara bersama-sama. Bayangkan jika sebagian dari penduduk Indonesia bergerak bersama mengurangi emisi misalkan dengan menghemat penggunaan listrik, maka aku yakin deh, emisi karbon sektor tersebut pun akan berkurang karena konsumsi listrik akan menurun secara signifikan.




Mombeb, berdasarkan grafik dari katadata tersebut menunjukkan bahwa konsumsi listrik penduduk Indonesia terus mengalami kenaikan. Hal ini bisa menjadi salah satu faktor yang membuat produsen energi listrik meningkatkan produksinya, bukan?  

Memang sih, nggak bisa dipungkiri, saat ini segala aktivitas kita sehari-hari saja selalu menggunakan listrik. Tanpa listrik sebentar saja kita sudah kalang kabut. Jadi bisa dibilang listrik sudah menjadi kebutuhan primer kita. Meskipun begitu, namun tidak lantas membuat kita tidak bisa berhemat, bukan? Bisa lah, lawong makan dan minum aja bisa kita rem kan, apalagi listrik. Pokoknya bisa lah ya, demi #UntukmuBumiku



Fyi nih Mombeb, iesr mengungkapkan bahwa untuk setiap lampu berdaya 10 Watt yang dinyalakan selama 1 jam, CO2 yang dihasilkan adalah 9,51 g CO2. Nah sekarang coba deh kita hitung-hitung berapa daya yang kita habiskan dalam 1 hari 1 malam? Sepertinya lebih dari 50 g deh ya. Dudududuuu, kalau begini mah, sudah seharusnya sekarang kita bener-bener diet listrik.

Adapun cara untuk menghemat penggunaan listrik di rumah yang saat ini tengah aku dan keluargaku ikhtiari adalah sebagai berikut:

1. Menyalakan lampu saat malam hari saja

   Dulu, aku lebih suka mengerjakan job di kamar, karena bisa sembari rebahan. Sayangnya, area kamarku tak banyak kena sinar matahari. Hal ini membuatku menyalakan lampu di siang hari. Namun sejak tahu fakta bahwa energi listrik menyumbang kerusakan bumi, aku pun tak lagi menyelesaikan pekerjaan di kamar. Melainkan di area rumah yang terkena sinar matahari. Apa lagi kalau bukan ruang tamu, hahayyy. 

2. Memilih alat rumah tangga yang hemat energi listrik

    Saat ini para produsen alat rumah tangga berlomba-lomba membuat produk yang hemat daya listrik. Tentu hal ini menjadi kabar baik bagi kita, para konsumen. Sebab kita tak hanya bisa menghemat pengeluaran untuk membayar listrik, melainkan juga turut serta menjaga bumi. 

3. Mengurangi penggunaan alat rumah tangga yang berenergi listrik

        Aku menggunakan beberapat alat rumah tangga yang membutuhkan energi listrik untuk mengoperasikannya seperti mesin cuci, penanak nasi, dan kulkas. Nah di antara 3 alat tersebut, aku baru bisa mengurangi penggunaan mesin cuci dan penanak nasi. 

Jadi seperti itulah 3 caraku menghemat penggunaan listrik. Awalnya memang susah, karena meninggalkan hal-hal yang praktis kan? Yup, tapi lama-lama aku sudah mulai terbiasa, Alhamdulillah.

b. Mengurangi menggunakan kendaraan bermotor 

Aku dan keluarga suka sekali dengan yang namanya jalan-jalan. Dulu, setiap minggu minimal satu kali kami mewajibkan diri untuk jalan-jalan. Selain agar anak-anak senang, juga sebagai salah satu cara kami mengusir penat. Namun belakangan kami sudah tidak melakukan hal ini lagi. Pas ada rejeki, kami mengubah beberapa area rumah yang sebelumnya tidak berfungsi menjadi area bermain, area membaca, area berkebun, area leyeh-leyeh duduk-duduk di bawah langit pun juga ada. 



c. Meminimalkan sampah rumah tangga

Sejak si kecil berusia 3 bulan, aku sudah mulai melakukan daur ulang sampah rumah tangga seperti kardus, botol, hingga baju tak terpakai. Ada yang aku jadikan media untuk stimulasi si kecil, hingga aku jadikan sarung bantal dan keset. Dan hal ini pun masih berlanjut sampai sekarang. Kenapa betah? karena ada beberapa manfaat yang aku rasakan saat melakukan hal tersebut yakni aku bisa lebih menghemat pengeluaran dan juga bisa turut serta menjaga bumi dari sampah sendiri. Lalu bagaimana dengan sampah sisa makanan? 

Baca juga: aksi ibu rumah tangga menjaga lingkungan

Nah, untuk yang satu itu, aku baru mulai mencoba istiqomah untuk mengurangi sampah sisa makanan. Soalnya aku baru tahu juga bahwa sampah sisa makanan juga memberikan sumbangsih pada kerusakan alam. Kemane aja dah diriku iniiiii? 

Untuk saat ini, yang baru bisa aku lakukan untuk mengurangi sampah sisa makanan yakni dengan tidak berlebihan memasak, kalau kurang ya tinggal masak lagi. Lalu kalaupun akhirnya ada sisa makanan juga biasanya aku tanam di halaman depan rumah. 

d. Menanam pohon

Seorang pakar tanaman hutan kota, dalam antaranews, mengatakan bahwa trembesi adalah pohon yang paling tinggi menyerap emisi karbondioksida di udara. Meskipun demikian, menurut beliau, pohon lain juga bisa menyerap karbon. Bahkan tanaman hias, seperti lidah mertua, pun punya kemampuan seperti itu. 


Pohon mangga yang ada sejak rumah dibangun


Nah berbekal pendapat ahli tersebut, aku pun mempertahankan pohon-pohon yang ada di rumah seperti pohon mangga, pohon jeruk limau, pohon jambu air, hingga pohon durian. Cukup pohon rambutan saja yang pergi, yang lainnya jangan deh. 


The power of #BersamaBergerakBerdaya


Mombeb, aku sempat terpikir andai aku diberikan kesempatan untuk melakukan sesuatu yang bertujuan mengurangi mitigasi risiko perubahan iklim demi #UntukmuBumiku maka yang aku lakukan adalah menggaungkan #BersamaBergerakBerdaya . Mengapa demikian?


"Sebatang lidi tidak berarti apa-apa, tapi jika diikat menjadi satu maka dapat menyapu segalanya."


Bagiku, peribahasa di atas senada dengan gerakan bersama bergerak berdaya dengan ikatan menjaga bumi. Jika kita berdaya sendirian menjaga bumi, hasilnya pun tak nampak. Namun jika kita kompak bergerak berdaya secara bersama-sama menjaga bumi, maka pasti akan terlihat hasilnya. 

Contoh nyata saat hari raya nyepi, yang mana pada saat itu warga Bali tidak diizinkan untuk keluar rumah selama 24 jam serta mengurangi penggunaan penerangan di malam hari. Nah hal tersebut rupanya menghasilkan efek yang begitu dahsyat. Melansir dari cnnindonesia.com, perayaan nyepi berhasil menghemat listrik sebesar 290 megawatt, serta mengurangi emisi karbondioksida sebanyak 5 ton, dan sebagainya. Nah kan? hasilnya luar biasa toh. Sekarang jika kita menerapkan hal ini juga, maka bayangkan deh seperti apa kondisi bumi ini? pasti akan segera pulih kan?

Melihat efek dahsyat dari hari raya raya nyepi di Bali, maka tak heran jika konsep nyepi ini digaungkan oleh LSM dan komunitas di Bali sebagai salah satu cara untuk mengurangi emisi. Mereka pun mengusulkan ide ini saat konferensi perubahan iklim yang pada saat itu di lakukan di Nusa Dua pada tahun 2007. Kampanye ini dinamakan World Silent Day, yang mana mengajak warga melakukan pengurangan aktivitas penggunaan energi selama 4 jam tiap tanggal 21 maret. Namun belakangan gerakan ini tak terdengar gaungnya lagi. 

So, jika aku diberikan kesempatan untuk memimpin gerakan #BersamaBergerakBerdaya , maka aku akan memasukkan World Silent Day ke dalam gerakan tersebut. Tak lupa, aku juga mendukung penuh aksi-aksi yang peduli akan kondisi bumi salah satunya aksi yang dilakukan oleh Team Up For Impact 

Aku optimis, jika kita #BersamaBergerakBerdaya untuk menjaga bumi, maka kondisi bumi pun akan segera pulih kembali. Selain itu juga efek perubahan iklim pun bisa diminimalkan.

Itu sih yang aku lakukan jika aku diberikan kekuatan khusus. Kalaupun kekuatan khusus itu tak jua aku miliki, aku tetap akan turut serta menjaga bumi salah satunya dengan mengikuti aksi #BersamaBergerakBerdaya ini. Karena dengan melakukan ini, aku tak hanya menyiapkan bumi yang lebih baik untuk generasi selanjutnya, melainkan juga sebagai bentuk ikhtiar menjalankan amanah dari Allah SWT sebagaimana yang terdapat pada Q.S. Al Baqarah ayat 30.

Sebelum aku akhiri tulisanku ini, izinkan aku mengajukan sebuah tanya untuk kamu, Mombeb. Please, dijawab ya. Boleh di kolom komentar atau di blogpost juga bisa banget. Aku tunggu, Mombeb.

See yaaaa.....

Wassalamu'alaikum

 

“Kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa nih? Boleh dong tulis di kolom komentar ya!”

 

 

 ***

Referensi:

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5796741/apa-itu-emisi-karbon-kenali-penyebab-dampak-dan-cara-menguranginya

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/11/10/10-negara-penyumbang-emisi-karbon-terbesar-di-dunia-ada-indonesia

https://dlh.karanganyarkab.go.id/2014/04/24/mengenla-jejak-karbon/

https://iesr.or.id/pustaka/potensi-penurunan-emisi-indonesia-melalui-perubahan-gaya-hidup-individu

https://www.esdm.go.id/assets/media/content/content-inventarisasi-emisi-gas-rumah-kaca-sektor-energi-tahun-2019.pdf

https://www.mongabay.co.id/2023/03/16/katak-setan-punah-karena-perubahan-iklim/

https://www.halodoc.com/artikel/waspada-ini-dampak-perubahan-iklim-pada-kesehatan-kulit

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/02/23/konsumsi-listrik-penduduk-indonesia-naik-pada-2022-capai-rekor-baru

https://www.antaranews.com/berita/969642/pakar-pohon-trembesi-paling-tinggi-serap-co2

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20230321140748-199-927854/pakar-ungkap-efek-dahsyat-hari-raya-nyepi-pada-lingkungan

https://www.mongabay.co.id/2017/03/28/merehatkan-bumi-dengan-5-hal-ini-saat-nyepi/



Facebook  Twitter  Google+ Yahoo