Showing posts with label DIY. Show all posts
Showing posts with label DIY. Show all posts

Upaya Mencegah Anemia pada Si Kecil yang Picky Eater (Bonus Catatan Penting tentang Anemia pada Balita, Anak-anak, Remaja, dan Ibu hamil)


Kemarin, begitu saya tiba di rumah setelah seharian berburu bahan untuk jualan di kedai, suami langsung bilang kalau si kecil Nana ternyata suka dengan pangsit ayam yang saya buat. Kata suami, pas pangsitnya sudah habis, Nana lalu bilang gini: "Agi, Yah, Agi". Maksudnya Nana, dia mau lagi. Duh, saya jadi berbunga-bunga, loh. Seneng banget rasanya setiap kali aku melihat atau mendengar cerita si kecil Nana yang mau makan.  

Lebay, ya? hahay. Mohon dimaklumi yak, respon saya jadi berlebihan gini karena anak saya, si Nana ini, adalah tipe Picky Eater. 

Dulu, saya menganggap remeh soal picky eater. Saya bahkan tidak begitu peduli. Misalnya saat si Nana hanya makan kerupuk seharian, respon saya ya santai saja. Selama masih ada makanan yang masuk ke perut Nana, saya merasa Nana pasti akan baik-baik saja. 

Anggapan saya ini berubah saat  mengikuti rangkaian webinar yang diselenggarakan oleh Nutrisi Untuk Bangsa, salah satunya di webinar yang bertemakan Peran Nutrisi dalam Tantangan Kesehatan Lintas Generasi. 

Nah, di webinar tersebut dikatakan bahwa anak yang Picky Eater berpotensi mengalami anemia. Dudududuh....


Penyebab anak mengalami anemia


Anemia itu sendiri adalah suatu kondisi rendahnya kadar Hb, dibandingkan dengan kadar normal yang menunjukkan kurangnya sel darah merah yang bersirkulasi. Kalau sel darah merah yang bersirkulasi kurang, dapat memberikan dampak negatif bagi tubuh. 

Berdasarkan hal ini, saya selalu berusaha agar Nana terhindar dari anemia. Adapun usaha yang saya lakukan adalah:

1. Mencari informasi terkait anemia pada anak.

Saya mencari definisi dari anemia. Lalu mencari informasi soal indikator anak yang mengalami anemia dan bagaimana cara menghadapi anak yang Picky Eater


Definisi anemia


Gambar di atas mendeskripsikan banyaknya sel darah merah yang bersikulasi pada kondisi anemia. Selisih jumlah sel darah merah yang bersirkulasi pada kondisi normal dengan anemia begitu banyak. Padahal sel darah merah itu sendiri memiliki peran penting yang salah satunya mengantarkan nutrisi ke seluruh tubuh. Jika jumlah sel darah merah yang bersirkulasi sedikit maka nutrisi yang didapatkan oleh tubuh dapat dikatakan juga sedikit. Kekurangan nutrisi dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Duuhh...seram juga yak.

Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui gejala anemia pada anak. Adapun gejalanya meliputi anak rewel, terlihat lemas, pusing dan sebagainya.

Gejala anemia pada anak

Alhamdulillah, poin-poin di atas, saya dapatkan di webinar yang saya ikuti. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. 


2. Mengetahui bahan makanan yang mengandung zat besi.

Aku juga mencari informasi terkait bahan makanan yang mengandung zat besi tinggi, Vitamin C, dan bahan makanan yang mempermudah penyerapan zat besi. 

Beruntung, lagi-lagi, saya mendapatkan informasi tersebut dari Webinar yang saya ikuti. Adapun rinciannya dapat dilihat pada infografis di bawah ini. 


Heme dan non heme iron


Gambar di atas menunjukkan ada dua kategori bahan makanan sumber zat besi. Pertama yakni heme iron merupakan bahan makanan bersumber dari hemoglobin hewani dan yang kedua non heme iron merupakan bersumber dari tumbuhan. 


Bahan makanan sumber zat besi

Nah gambar di atas menunjukkan rincian bahan makanan sumber zat besi baik dari non heme iron maupun heme iron. Daging sapi yang memiliki kandungan zat besi tinggi. Kebetulan anak saya suka dengan bakso daging sapi.

Bahan makanan sumber vitamin C

Memenuhi kebutuhan vitamin C juga perlu. Perpaduan antara zat besi dan vitamin C akan menghasilkan daya tahab tubuh yang tangguh. Nah dari gambar di atas dapat diketahui bahwa paprika merah memiliki kandungan vitamin C yang paling tinggi. Tapi bahan ini kurang familiar bagi anak saya. Jadi saya memilih untuk memberikan kelengkeng atau jambu biji padanya.


3. Mencari informasi mengenai makanan yang disukai anak-anak

Dalam Kompasdotcom, Prof. Dr. Rini Sekartini, SpA, menyebutkan cara untuk menghadapi anak yang Picky Eater adalah dengan kreativitas. Orangtua bisa berkreasi dalam hal menu makanan. 

Selain itu juga, orangtua bisa berkreasi dalam hal tampilan makanan. Makanan dengan tampilan yang menarik, menurut hasil penelitian Cornell University dan London Metropolitan University dalam detikdotcom, terbukti dapat menarik minat hingga selera bagi si kecil. 

4. Mencoba membuat variasi makanan

Saya nggak pandai memasak, tapi demi si kecil Nana saya belajar untuk membuat variasi makanan.

5. Mengajak anak melakukan aktivitas yang menyenangkan

Sejauh ini, si kecil Nana memang jadi lebih banyak makan saat sedang beraktivitas yang baginya menyenangkan. Biasanya, saya mengajak si kecil Nana beraktivitas yang menurutnya menyenangkan seperti main kelereng dan sebagainya.  

6. Memberikan Si Kecil Susu Pertumbuhan dan Tidak Memberikan Makanan atau Minuman yang Mempersulit Penyerapan Zat Besi

Saya bersyukur si kecil Nana yang Picky Eater masih mau minum susu. Karena susu dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi si kecil. Selain itu saya juga tidak memberikan si kecil Nana makanan atau minuman yang mempersulit penyerapan zat besi seperti minum teh yang didalamnya terdapat kandungan zat tanin.

 



Sejauh ini dan semoga seterusnya, Nana tidak menunjukkan tanda-tanda anemia seperti lemas, tidak aktif bergerak, rewel.

Akan tetapi, meskipun begitu, saya nggak boleh lengah. Saya harus tetap menjaga si kecil Nana dari anemia. 

Saya juga bertekad untuk melindungi keluarga kecil dan orang-orang sekitar saya agar terhindar dari anemia. Cara saya yakni dengan memberikan informasi terkait anemia juga memberikan pemahaman betapa pentingnya mencegah diri dari terkena anemia.  Salah satu cara saya memberikan pemahaman tentang nutrisi pada anak-anak saya adalah melalui aktivitas bermain puzzle Isi Piringku. 


Mainan puzzle Isi piringku





Catatan Penting dari Webinar tentang Peran Nutrisi dalam Tantangan Kesehatan Lintas Generasi.


Nah, saya punya beberapa catatan penting dari Webinar yang saya ikuti. Bahwa prevalensi anemia tidak hanya ada pada balita, melainkan juga pada anak usia 6-12 tahun, remaja lalu ibu hamil. 

Data dari Riskesdas tahun 2013 yang dijelaskan oleh Narasumber, Ibu Dr. dr. Diana Sunardi, MGizi., SpGk., menunjukkan prevalensi balita berjenis kelamin laki-laki mencapai 29.7%. Kemudian untuk balita berjenis kelamin perempuan memiliki prevalensi sekitar 26.5% persen. Data ini menunjukkan prevalensi balita laki-laki lebih tinggi dari perempuan. Hal yang sama juga ditemukan pada anak laki-laki dan perempuan usia 6-12 tahun dimana prevalensi anak laki-laki lebih tinggi dari prevalensi anak perempuan. 

Prevalensi perempuan mulai terlihat lebih tinggi dari laki-laki saat usia remaja. Prevalensi perempuan tidak hamil mencapai 22.7% sedangkan laki-laki mencapai prevalensi 16.4%. Hal ini juga ditemukan pada perbandingan prevalensi perempuan dewasa dan laki-laki dewasa. 

Uraian data di atas menunjukkan bahwa laki-laki memiliki prevalensi anemia lebih tinggi dari perempuan pada saat balita hingga anak-anak. Namun mulai usia remaja, perempuan memiliki nilai prevalensi anemia lebih tinggi dari laki-laki dengan selisih prevalensi yang signifikan. 

Data prevalensi anemia


Namun, prevalensi anemia tertinggi dipegang oleh wanita hamil dengan nilai mencapai 37% . Data ini menunjukkan masih banyak ibu hamil di negeri ini yang mengalami defisiensi zat besi atau anemia.

Penyebab Anemia

Nah, ada beberapa hal penyebab anemia yakni sebab asupan makanan, sakit, dan penyebab lainnya. Diantara tiga sebab tersebut, yang paling mudah untuk diatasi adalah soal asupan makanan.




Bagi yang awan dengan soal gizi seperti saya ini dan sebelum saya mengikuti webinar ini, saya tidak tahu mana bahan makanan yang banyak mengandung zat besi atau mana bahan makanan yang mempersulit penyerapan zat besi. Jadi ketidaktahuan ini menjadi masalah pada asupan makanan seperti pangan nabati menjadi lebih dominan, atau asupan energi dan protein rendah dan sebagainya.  



Nah, untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu caranya memang harus dimulai dari diri sendiri dengan aktif mencari informasi terkait gizi seimbang. Saya sendiri merasa bersyukur karena mengikuti webinar ini. Saya jadi melek akan pentingnya memberikan gizi seimbang pada anggota keluarga. Namun, sepertinya, masyarakat belum banyak yang paham dengan hal ini sehingga permasalahan soal anemia ini masih ada di negeri ini.

Upaya Menurunkan Prevalensi Anemia Defisiensi Besi

Permasalahan soal Anemia ini harus segera diatasi. Sebab dampak dari anemia ini sendiri dapat mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh hingga kinerja yang menurun. Nggak kebayang kalau masalah ini tidak segera diatasi. Kemungkinan bakal menjadi-jadi alias prevalensinya akan makin meningkat. Duh, jangan sampai deh, ya. 

Tapi, setelah mendengar penjelasan lebih lanjut dari Ibu Dr. dr. Diana Sunardi, MGizi., SpGk., yang merupakan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesian Nutrition Association, bahwa pemerintah sudah melakukan aksi nyata untuk menurunkan nilai prevalensi anemia ini, saya jadi optimis masalah ini dapat segera teratasi. 




Optimis? tentu saja. Saya makin optimis prevalensi anemia dapat segera berkurang secara signifikan manakala aku mendengar dari Bapak Arif Mujahidin selaku Corporate Communication Director Danone Indonesia bahwa Danone Indonesia juga turut serta membantu pemerintah dalam hal edukasi masyarakat tentang gizi dan kesehatan. 

Saya menyambut senang kabar baik ini. Senang karena ada perusahan sebesar Danone Indonesia yang menunjukkan kepeduliannya akan kesehatan dan gizi masyarakat negeri ini. PT. Danone benar-benar membuktikan komitmennya demi bisa mewujudkan One Planet, One Health. 




Danone percaya, kesehatan manusia dan planet saling berhubungan. Planet sehat, maka manusia pun sehat, menghirup udara yang bersih, minum air yang bersih dan layak konsumsi juga, hingga makan yang dikonsumsi pun sehat. 






Kemudian, di webinar tersebut, Bapak Arif juga menjabarkan bentuk-bentuk edukasi masyarakat tentang gizi dan kesehatan yang dilakukan PT. Danone antara lain sebagai berikut. 

1. Gesid

Gesid atau dikenal juga dengan Gerakan Sehat Indonesia. Melalui Gesid ini, Danone bertujuan untuk membangun pemahaman dan kesadaran remaja tentang kesehatan dan gizi remaja, juga tentang pentingnya 1000 hari pertama kehidupan dan pembentukan karakter. 

2.  Taman Pintar 

Selam bertahun-tahun, Danone sudah menunjukkan dukungannya dalam dunia pendidikan yang berfokus pada gizi dan kesehatan. Salah satu bentuk dukungan Danone dapat dilihat di Taman Pintar Yogyakarta. 

3. Duta 1000 pelangi

Danone menjadikan karyawannya sebagai duta. Para karyawan dibekali pengetahuan terkait kesehatan dan gizi. Harapan Danone agar semakin banyak orang yang melek dengan kesehatan dan gizi. 


Edukasi masyarakat tentang gizi dan kesehatan


Aksi lain yang dilakukan oleh Danone Indonesia dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 



Nah, setelah mengetahui upaya-upaya yang dilakukan pemerintah dan yang terkait serta Danone Indonesia, rasanya tak pantas jika saya, kamu, kita hanya berdiam diri saja. Kita juga harus mendukung penuh apa yang telah dimulai oleh pemerintah juga Danone Indonesia dengan cara mencegah keluarga mengalami anemia dan memberikan informasi serta pemahaman kepada lingkungan sekitar tentang betapa pentingnya menjaga diri dan keluarga dari terkena anemia. 

Kolaborasi antara pemerintah, Danone Indonesia, juga kita, masyarakat Indonesia, InsyaAllah bisa segera menjadikan para warga negeri ini terbebas dari anemia juga stunting dan memiliki nutrisi yang baik. Aamiin aamiin ya robbal'alamiin. 

Yuk, kita mulai dari sekarang, yak. Oke, ayo mulai. 

***

Referensi:

Webinar Peran Nutrisi dalam Tantangan Kesehatan Lintas Generasi.

Odi. 2012. Ternyata Anak-anak Lebih Suka Makanan Warna-warni. www.detik.com  

Lusiana Kus Anna. 2018. Pengaruh Pola Makan Picky Eater pada Kesehatan Anak. www.kompas.com

DIY Mainan untuk Batita part 1



Lama sepertinya nggak posting mainan di sini yak. Maklum, lagi sibuk dengan problematika di dunia nyata *hahay. Tapi alhamdulillah beberapa problematika sudah terselesaikan.

Oleh sebab itu, mungkin, aku bakal rajin lagi bebikinan main-main sama bocil-bocil. Selanjutnya semoga bisa share di sini, atau mungkin di channel youtubenya bocil-bocil sendiri. Gitu ajalah, yah? Ho oh.

Sebagai pemanasan, aku bikin mainan sederhana ini dlu buat bocilku si nana, yg usianya 14 bulan. Sebagaimana stimulasi anak usia segitu yakni seputar motoriknya saja.

DIY Mainan untuk Batita
Lempar Masuk Bola

Alat dan Bahan:
Nah, mainan yang aku buat ini cuma pakai 2 bahan saja. Yakni kardus bekas sama solatip. Alatnya pun cuma pakai gunting aja.

Tang ting tang ting.
Tempal tempel tempal tempel.
Jadi deh.


Aku sempat berpikir bahwa mainan yang aku buat ini bakal dicuekin sama si nana, eee ternyata nggak. Yeaayyy.

Manfaat mainan ini, tentu biar bocil seneng. Lah? Yadonk, buat apalagi kalau nggak buat bikin bocil senang. Soal stimulasi motorik juga mengenalkan beberapa lafal padanya adalah sebagai bonusnya saja. 


Oya mainan ini tadi juga sempat dimainkan sama si ken, abangnya si nana, yang usianya 7 tahun. Apalagi kalau bukan buat main lempar masuk bola dan lintasan mainan mobil-mobilan.

Alhamdulillah,
Gini nih bikin daku makin semangat bikin mainan buat mereka.

Btw, yuk maks, bebikinan....
Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

Tips Lancar Berpuasa di Bulan Ramadan bagi Penderita Sesak Nafas

 Assalamu’alaikum, Dear, Mombeb. Apa kabar? Aku do’akan semoga kamu selalu dalam kondisi sehat dan bahagia aamiin ya robbal’alamiin. Doa...