Showing posts with label Flash Fiction. Show all posts
Showing posts with label Flash Fiction. Show all posts

Gelombang Mekanik

Akhirnya pesananku datang juga.  Semangkuk bakso serta teh hangat sudah berada di depanku dengan uap yang masih mengepul. Sambil menikmati baksoku, sesekali, kulayangkan pandangan. Hingga akhirnya mataku berhenti pada dua titik yang duduk berjauhan yaitu seorang pria dewasa dan juga wanita dewasa.

Aku tidak akan terlalu peduli jika mereka tidak datang berbarengan, naik motor yang sama serta mendengar kata 'pak' yang keluar dari mulut si wanita. Dan aku juga tidak akan hirau dengan keheningan yang menyelimuti mereka.

Pikiranku pun mulai bekerja. Mereka-reka apa yang tengah terjadi di antara pasangan yang sudah tidak belia ini. Apakah rasa itu sudah hilang terbawa oleh lamanya waktu yang sudah mereka habiskan bersama.  Apakah dawai itu sudah tidak mampu menghasilkan suara lagi. Bukankah jika masih ada hembusan angin, dawai bisa bergetar lalu menghasilkan suara merdu kembali. Ah jangan-jangan.

Uhuk
Aku mendengar si pria terbatuk. Dalam hitungan detik, si wanita menyodorkan minuman kepada si pria, mengelus punggung si pria seraya berkata "alon-alon ta pak!".

Ah ternyata, hembusan angin itu masih ada bahkan mampu menggetarkan dawai. Lalu menghasilkan suara indah yang nyaman, samar dan hanya mereka saja yang dapat mendengarnya.

***
200 Kata

Ending #LoveStory Of Maya

Tapi untung saja hanya ada mama di rumah. Pyuuuhh... Saya pun memanggil mama. Tanpa basa basi, begitu melihat mama, pria itu memperkenalkan dirinya sebagai teman saya. Ia juga mengatakan tujuannya kesini  kepada mama yakni untuk mengantarkan saya pulang. Setelah itu, ia pun berpamitan kepada mama dan saya. Nah sementara mama asyik memperhatikan kepergian pria itu, saya bergegas kabur menuju kamar untuk menghindari pertanyaan dari mama dan, tentu saja untuk merenungi kejadian yang berlangsung begitu cepat hari ini. kejadian yang berhasil membuat hati saya kembali berdesir dan berdendang cepat. degdeg..degdeg..degdeg..

Jujur, saya senang sekali mendapat perlakuan mengesankan seperti itu. Merasa istimewa dan merasa dihargai serta dihormati betul olehnya. Jarang kan bisa bertemu dengan pribadi seperti ini. Langka. Inilah salah satu penyebab hati saya makin berdendang kencang bak bunyi jam lonceng masjid, NONG NONG NONG, saat menghabiskan waktu bersamanya. 

Ah, saya tidak boleh terhanyut lebih lama dalam ke-nong-nongan ini *halah. Saya harus menanyakan kepadanya apa maksud perbuatan yang ia lakukan selama ini kepada saya ?. Takut dibilang kegeeran itu urusan belakangan. Yang penting harus jelas.

Hari hari berlalu. Ia kembali menghilang. Tak juga menghubungi saya atau menemui saya. Ingin sebenarnya saya yang menghubunginya lebih dulu. Namun karena jaim saya lebih besar dari sanggulnya bunda yati pesek, jadi saya urung melakukannya. Meskipun saya ini geeran tapi rasa jaim tetap harus dipertahankan. Hidup jaim bwahahaha. 

Dan akhirnya, yang saya tunggu tunggu datang juga, pria itu tiba-tiba muncul di depan rumah saya. Seneng donk ?. Sudah pasti. Tapi misi tetap harus dijalankan.

"Maaf ya, beberapa hari ini aku nggak ngasih kabar ke kamu karena aku harus pergi ke suatu tempat, tempat peristirahatan terakhir orang yang berharga bagiku" ungkapnya. Ekspresi wajahnya pun nampak sendu. Melihat ekspresi begitu membuat saya mengurungkan niat untuk menanyakan perihal apa maksud perlakuannya itu kepada saya. Dan memilih untuk mendengarkan kisah pilunya. Sebab ditinggalkan oleh papinya.

"Tujuanku pergi ke tempat tersebut adalah untuk meminta izin dan restunya atas keinginanku untuk menikahi seseorang yang istimewa di hatiku" ungkapnya lagi seraya menatap saya lembut. Sementara saya, meleleh dibuatnya.

"Selesai aku mengatakan hal itu, angin berdesir begitu lembut. Bagiku, itu adalah pertanda bahwa dia menyetujui keinginanku ini. Keinginan untuk menikah tahun ini. Pasti begitu. Karena seseorang yang istimewa dihatiku ini memiliki pribadi yang sama dengannya, tatapan mata yang sama, senyum yang sama, hampir semuanya sama". Tatapannya semakin lekat memandang saya. Senang tapi juga sedikit merasa aneh. Masak sih senyum, tatapan mata, bahkan hampir semua diri saya, sama dengan almarhum papinya. Masak gitu ?. Saya tampan donk jadinya. Ah mungkin maksudnya saya adalah papinya versi wanita. aaarrggghhh...makin nggak jelassss. tau ah.

"Setelah mendapatkan restu darinya, aku lalu mengutarakan keinginanku kepada papi dan mami serta anggota keluargaku yang lain dan mereka segera menyetujuinya, terlebih lagi saat mereka tahu bahwa kaulah gadis yang akan mereka lamar untukku" katanya lagi. Dan saya ? terharuuuuu. Tapi tapi tadi dia bilang minta izin ke papinya juga kan ?. Berarti bukan papinya yang meninggal donk ?. Aduuhh..dodol amat sih saya, papinya masih ada gitu, eee dikira sudah tiada.

"Kamu adalah gadis yang berhasil membuat hari hariku menyenangkan kembali sejak mia pergi meninggalkanku untuk selamanya menjelang hari pertunangan kami ". 
Ooooo..jadi makam yang ia kunjungi adalah makam tunangannya dulu toh. 
Kirain...


"Kamu berhasil membuat aku terpana pada pandangan pertama. Terpana karena kamu begitu mirip dengan mia".
Deg.
Perasaan saya mulai tidak enak.

"Tatapan matamu, senyummu, sama dengan mia".
Makin tak enak.
"Bahkan kepribadianmu pun, juga baik seperti mia".
Semakin bertambah tak enak
"Oleh sebab itu, aku ingin sekali mempercepat peresmian hubungan kita, sebab aku tak ingin kehilangan miaku untuk yang kedua kalinya".
"Maaf, aku..... "
"Ada apa may ?"
"Aku mules. Sudah diujung tanduk nih. Sebentar lagi mau keluar, eh aduh..sepertinya sudah ada yang keluar nih. aduh. udah kamu pulang aja ya" ucap saya seraya memasang wajah mringis dan bertingkah layaknya orang yang sedang kebelet buang air besar. Pakek pegang pantat ?. tentu saja. Sengaja. Biar dia ilfeel dan berhenti menaruh rasa pada saya. Hiiiii..takut.
***

#CERMAT-Penatnya Nina

Akhirnya, berakhir sudah ujian kalkulus yang berhasil membuat otak Nina kalang kabut. Untuk memulihkan kondisi otak, jiwa dan raganya, Nina memilih untuk menikmati mie ayam akhirat. Bagi Nina, pedasnya mie akhirat bisa memusnahkan penatnya dalam sekejap mata.

Tentu saja Nina tak sendiri. Ada Cika dan Vina yang menemaninya.

"Eh Nin, Kamu jadi nikah sama Ale ?" tanya Cika. Nina mengangguk seraya menyeruput kuah mienya.

"Kapan ?, kapan Nin ?, gitu ya, nggak woro-woro ke Kita" seru Vina tak terima.

"Rencananya nanti kalau sudah dapat hari baik baru Aku kasih tau kalian" terang Nina.

"Bukannya semua hari itu baik ya Nin ?" ujar Cika. Alis tebalnya nampak menjadi satu.

"Yup, mungkin mencari hari terbaik diantara yang baik" jelas Nina.

"Eeemmm..berarti antara senin atau jumat ya Nin ?" tebak Vina.

"Nggak juga, katanya sih lihat dari wetonku sama Ale." Bantah Nina.

"Wetonmu apa Nin, sama Ale sekalian deh, biar Aku tanya ke mbah google " kata Cika antusias. Namun lagi-lagi Nina menjawab dengan isyarat kepala.Menggelengkan kepalanya sambil menambah cabe di mienya.

"La trus, hari apa donk Nin, Aku jadi penasaran, Kamu penasaran juga kan Vin ?" kata Cika yang didukung dengan anggukan kepala Vina.

"Udah, nggak usah ngeributin si hari, yang paling penting itu, Aku jadi kawin, dan sah, gitu aja koq repot" jawab Nina lalu kembali menambahkan sesendok cabe di mienya. Nampaknya penat Nina tak juga musnah.

Maaf

Maaf. Aku menyukai kekasihmu kawan. Sejak pertama kali kau perkenalkan aku dengan kekasihmu, saat itulah aku tertarik dengannya. Dan lewat ceritamu, Aku benar-benar mengenal dan tahu tentangnya. 

Dia tak cantik. Hanya enak dipandang saja. Lalu apa ?. Aura yang terpancar darinya membuatku terpesona. Caranya berbicara. Kata-kata yang keluar dari bibirnya serta ide-ide cemerlangnya berhasil membuatku betah berlama-lama berbincang dengannya. Oleh sebab itu kawan, saat Kau memintaku untuk menemaninya sementara Kau menemui kekasihmu yang lain, dengan senang hati aku menjawab permintaanmu itu dengan kata 'iya'. Dan'yang lama ya, kalau bisa jangan kembali lagi' begitu kata hatiku.

Iya, Aku mengharapkan Kau dengannya putus. Tak pantas rasanya Ia bersanding dengan Kau kawan. Gadis itu terlalu baik untukmu yang hobi hinggap di berbagai bunga.Andai saja Kau bukan kawan dekatku, mungkin sudah kurebut kekasihmu dari dulu. Tapi tidak. Aku akan sabar dan berharap penuh, Kau berpisah dengan kekasihmu.

Dan akhirnya harapanku terjawab sudah. Bahagia. Serasa ada letupan-letupan kembang api di dada. Saat Kau mengatakan padaku akan menikah. Menikah dengan kekasihmu yang lain. 'Yes ' sorakku dalam hati..

Gayung bersambut. Kekasih yang sudah jadi mantan kekasihmu, 1 bulan setelah Kau mengatakan akan menikah, Ia menemuiku. Menanyakan kabar dan keberadaanmu. Aku terperanjat. Kupikir, Kau memberitahukan padanya bahwa Kau akan menikah. Ternyata. Kau brengsek. 

Aku tak tahu apa maksudmu berbuat sekeji itu. Mengapa kau meninggalkannya begitu saja. Bukankah kau mengatakan padaku bahwa kau mencintai kekasihmu ini lebih dari kekasihmu yang lain. Mengapa ?. Oh ya, Aku ingat kau pernah mengatakan bahwa kekasihmu ini tak bisa diandalkan dalam soal ekonomi. Sementara kekasihmu yang lain, berdompet tebal. Iya hanya beruang saja. Soal pribadi, tentu kalah jauh dari mantanmu ini yang sebentar lagi akan jadi kekasihku.

 Kau tau, Aku terpaksa mengatakan yang sebenarnya bahwa Kau telah menikah. Sekali lagi, Maafkan Aku. Aku hanya ingin menyelamatkannya saja.Ia memang selamat dari cinta yang terkatung-katung. Namun, Ia tak dapat move on.  Dari sinilah Aku tahu bahwa perjuanganku mendapatkan mantanmu ini akan berjalan lambat.Untung saja Aku bukan tipe-tipe orang yang mudah menyerah. 

Aku pun terus mendekatinya. Berusaha membuatnya tertawa dengan cerita-cerita lucu yang kukisahkan padanya. 
"Kau tahu tidak kenapa cinderella harus kembali saat tengah malam ?"
"Biar pakaiannya tidak berubah kan ?" Jawabnya."Salah, karena baju dan sepatunya mau dipinjem pangeran buat mangkal boooo'" jawabku seraya menirukan suara abang-abang waria.


Ia tertawa. Lama. Setelah itu Ia kembali membicarakanmu dan memintaku menceritakan kronologi saat kau memutuskan untuk meninggalkannya. Ia juga sering mengatakan ini itu tentangmu. Kau suka inilah, ini hari ulang tahunmu. Ini hari jadianmu dengannya. Dan semua hal tentangmu. Hhhhhh. Mungkin jika Kau memintanya untuk kembali bersamamu dan menjadi yang kedua, Ia mungkin akan menjawab 'iya'. Aku merasa Ia amat mencintaimu.

Tapi kawan, sekali lagi Aku tak akan menyerah. Aku akan melakukan apapun untuk mendapatkan mantanmu ini. Ia istimewa. Ia begitu bersinar. Kepribadiannya, kecerdasannya, kebaikan hatinya amat menawan. Ia adalah idamanku kawan. Kriteria pedamping hidupku. Jadi, maafkan Aku kawan, mungkin Aku akan melakukan rencana terakhirku ini. Semata-mata agar Ia berhenti menaruh rasa padamu. Maaf, Aku akan membongkar semua aibmu padanya.
****

#FFRabu-Lipstik

Sudah 3 kali kencan, Joni belum pernah melihat Siti tersenyum dan tak ada kata manis keluar dari mulutnya. Kalau tidak 'palamu peyang' ya 'udelmu bodong'. Joni tak marah. Sebab Ia merasa dirinyalah yang membuat Siti begitu. Oleh sebab itu, kencan kali ini Joni memberikan hadiah lipstik untuk Siti.

"Ini, malam minggu besok dipakai ya," kata Joni. Siti mengambil hadiah tersebut seraya tersenyum.

Malam minggu tiba. Joni optimis kencan ini akan terasa manis.

Ia mematikan motornya begitu tiba di rumah Siti. Tak lama, muncullah Siti dengan bibir yang berbeda.

"Bibirmuuuu ".
"Jontor?, gara-gara lipstikmu tau" seru Siti. Sementara Joni, mati-matian menahan tawa.

Mau Mens

Beno sedang jatuh cinta. Pada seorang gadis yang bernama Cinderella.  Sayangnya, cinta Beno berkali-kali ditolak Cinderella. Hingga akhirnya Beno pun menyerah. Ia mendengar berita Cinderella akan menikah dengan seorang pangeran.

Di tengah kesedihannya, tiba-tiba, Beno dihampiri oleh Cupid, Si Peri Cinta. Cupid pun mengatakan bahwa Beno tak usah bersedih sebab Ia sudah menemukan seorang gadis yang mirip dengan Cinderella bernama Sindewewa. Cupid pun segera memunculkan paso benggalanya agar Beno bisa melihat gadis yang dikatakan Cupid.

"Aku mau, tapi bantu Aku"
"Baiklah" jawab Cupid mantab.

Beberapa hari kemudian. Cupid datang.
"Kau tahu, saat Aku hendak menancapkan panah cintamu ke Dia, ternyata..gagal..sebab Ia sendiri yang menancapkan panah cintamu ke hatinya, Ia benar-benar menginginkanmu"
"Benarkah itu ?".
"Iya, Kau beruntung, Ia tak hanya cantik,tapi juga baik, sabar, penyayang".
"Bolehkah Aku melihatnya lagi" pinta Beno.

Cupid mengangguk. Lalu mengeluarkan paso benggalanya lagi. Cap cip cup. Muncullah sosok wanita berambut bak beringin, berwajah seperti wajan yang penuh minyak, alis mengkerut, bibir cemberut, kumal sekali.

"Tunggu tunggu..bukannya iniiiiii..mak lampir" ucap Beno.
"Bukan, itu memang Sindewewa, berubung Dia mau mens jadi ya begitu rupanya".

#FFRabu-Jagoan Kampung 3

Malam ini, Joni, jagoan kampung sini, mengajak Siti, jalan-jalan lagi dengan maksud ingin membuat Siti terpesona. Memperbaiki imagenya yang berkali-kali jatuh di hadapan Siti. Oleh sebab itu, Joni benar-benar memperhatikan penampilannya.

Selesai. Joni segera men-starter motor Kingnya dan Weeenngg.

Tiba di rumah Siti, Joni izin Pak Haji, Bapak Siti. Setelah itu Ia menunggu di atas motornya. Tak lama kemudian.

"Ayo" komando Siti. Tanpa memandang kiri kanan dan Siti, Joni menyalakan motornya dan weeeennggg.

Sampai di warung bakso.

"Pedes ?" Tanya Joni. Siti tak menjawab. Joni menoleh Siti dan terkejut.

"Dandanan baru ya ?" tanya Joni.

"Dandanan baru palamu peyang, asap motormu tau"

Aku dan Emak : Rumangsamu

Musim hujan masih panjang. Tak ayal lagi, setiap hari hujan tentu saja akan menyapa bumi, menegur tanah, menyentuh dedaunan, dan mengakrabkan diri kepada makhluk-makhluk yang bersembunyi. Hujan berusaha mencari celah, jika ketemu, maka hujan akan segera masuk, tanpa permisi, tanpa basa basi, tau-tau, rumah, sudah basah, sana sini, alias bocoorr bocoorr. Hadeehhh. Bocor lagi. Iya bocor lagi, sebab Emak belum juga menyuruh tukang bangunan untuk menambal beberapa celah di atap rumah.

"Kamarmu sudah di kasih ember kan ?"

"Sudah mak"

"O ya sudah kalau gitu, ayo ke depan yok, ada roti bakar anget"

"Bentar mak, habis nonton video ini Aku langsung ke depan"

"Video apa to ?". Tanya emak. Penasaran. Beliau lalu berjalan mendekatiku.

"Ini loh mak, video rumangsamu"

"Oalah video tkw itu to, sudah tau"tukas emak bangga.
"Banyak gajinya ya, 5-6 juta perbulan, Emak jadi tkw aja yo" lanjut emak. Lalu duduk di sampingku.

"Ogyah..ntar malah ngirim-ngirim video gini lagi, ogah"seruku tak setuju.

"Rumangsamu...emakmu ini mau bikin-bikin video gitu ta ?. Rumangsamu...emakmu ini ngerti cara bikin video gitu ta ?. Begitu ?. La wong mbales smsmu aja emak nggak tau, apalagi bikin video..rumangsamuuu..rumangsamuuu". Jawab emak tak terima. Beliau langsung keluar dari kamarku. Ngambek. Rumangsamuu..:D

Aku dan Emak : Ingin Kurus

Sore tiba. Hujan kembali menyapa. Membasahi lagi tanah yang telah basah sebab hujan yang datang tadi pagi.

Aku duduk berdua dengan Emak. Menikmati dentingan rintik hujan seraya berbagi cerita alias ngobrol santai saja.

Aku. : "Mak, hujan-hujan gini enaknya makan gorengan pakek teh anget, manteb mak".

Emak :"libur makan gorengan".

Aku  :"Loh kenapa Mak ?".

Emak :"Emak pengen kurus kayak dulu, kayak siapa tuh namanya, kayak pemain film yang kita tonton kemarin itu, yang main di ketika cinta bertasbih itu loohh, siapa itu...."

Aku  :"Oki, Oki lukman Mak" jawabku sekenanya.

Emak :"Iya itu, Oki lukman, kan kurus itu, cantik" jawab Emak. Aku, ngempet ngguyu.

Aku    :'Gimana mau kurus Mak, kalau makananku yang nggak abis, Emak yang ngabisin. Camilanku yang hampir kadaluarsa aja Emak mau. Gimana mau kurus Maaakk ?. Kalau Emak ngragas gitu'. Gumamku dalam hati. Hanya dalam hati. Kalau Emak tau bisa gaswat. :D

Aku dan Emak : Main Hujan

Hujan di sore hari. Menawan senja. Mengikat sendu nan syahdu.

Hujan di sore hari. Membuat rumah menjadi peraduan yang terhangat. Berbagi senyum, canda tawa lalu menghadirkan bahagia.

Seperti yang sedang Aku lakukan dengan Emak di sore ini. Menikmati senandung hujan.

Aku : "Hujan gini enaknya ngapain ya Mak ?".

Emak : "Main hujan donk".

Aku : "Emak nggak malu apa, main hujan di luar, Emak kan sudah jadi Emak-emak".

Emak :"Main hujan di dalem lah".

Aku :"Maksud Emak ?".

Emak :"Bocor bocorr..nih liat nih".

Aku melihat Emak. Sudah basah di bagian kepala. Emak kedodrosan air hujan. Lalu Aku ?. Tepuk jidat.

#FFRabu-Jagoan Kampung 2

Rambut sudah disisir rapi. Bau badan wangi dan dompet sudah penuh terisi. Hasil pinjam duit sana sini. Hanya untuk Siti.

Ya, akhirnya Joni bisa mendapatkan hati Siti dan sekarang Joni akan pergi jalan-jalan dengan Siti. Keliling kota. Naik gondola bernama The Becak.

Sepanjang jalan, Joni selalu tersenyum sumringah. Namun setiap kali Joni tersenyum, Siti selalu mencubitnya.

"Aduh...kenapa sih, daritadi kamu koq nyubit pinggang Aa' terus setiap kali Aa' senyum lebar ? Kenapa ? Kamu takut Aa' ditaksir cewek lain ya ? Tenaaanngg, hati Aa' hanya untuk kamu koq, Aa' janji" .

"Takut kepalamu peyang, jigongmu itu loohh, tebelnya 8 senti tau, bikin malu".

***
100 Kata

Cahaya Emak

Kira-kira sepuluh jam yang lalu sebuah nomor tak dikenal menghubungiku. Dan sekarang, nomor itu kembali menghubungiku. Sudah berkali-kali. Jariku pun bergerak. Memencet tombol hijau. Lalu berkata : “Halo...? ”.

“Ini Nina Bang, pulsa Nina abis, ini minjem hp temen, cuma’ mau ngasih tau, Emak nanyain Abang terus. Kata Emak , Abang kapan pulang ?“.

Deg.
***

Kata orang, jadi anak pertama itu enak. Mendapatkan kasih sayang penuh. Bisa minta ini itu. Selalu jadi nomor satu. Siapa bilang ?. Orang. Orang dari mana ? dari Hongkong ? atau dari kolong?. Itu kata orang dari Hongkong kaliii. Bukan dari kolong. Kalau dari kolong, tentu bukan begitu. Tapi seperti ini. Anak pertama adalah anak yang diharapkan dapat membantu perekonomian keluarga.

Ya itulah Aku. Dari kecil, Emak dan Bapak sudah melatihku untuk bisa mencari uang sendiri. Bukan dengan ngamen, bukan dengan ngasong. Tapi dengan ngangon, menjaga dan mengurus sapi atau kambing milik orang. Upahnya, satu anak kambing atau sapi boleh Aku miliki.

Kelihatannya manteb kan?. Tidak. Jauh malah. Kalau yang dipelihara tikus gitu, mungkin bisa untung banyak. Karena sekali beranak, lahir selusin. Kalau kambing atau sapi, sekali beranak ya kadang dua, lebih sering satu. Kalau sudah begitu, yaa tinggal nunggu belas asih dari si pemilik kambing atau sapi. Waktu itu, tak ada sedikitpun rasa sedih berlama-lama singgah di hati. Sungguh.

Sedih mulai menjalari hati, saat mata Emak terkena katarak. Tak ada uang untuk membawa Emak  ke ruang operasi. Karena penghasilan keluarga, hanya cukup untuk makan sehari-hari. Jika ada sisa, uang akan disimpan untuk biaya sekolahku juga adikku.

Meminta bantuan keluarga?. Tidak bisa. Hidup mereka juga susah. Jadi, Emak  tak pernah bisa ke ruang operasi. Dan mata Emak  tak dapat melihatku lagi.

Sedih bukan kepalang. Karena merasa diri tak mampu berbuat apa-apa. Ingin berhenti sekolah. Emak  malah marah. Lalu harus bagaimana ?.

“Nggak apa-apa Mat, Emak sehat, cuma nggak bisa ngelihat aja” kata Emak. Lalu beliau pergi, ditemani adikku, ke salah satu rumah warga untuk mencuci baju. Iya, sejak saat itu, Emak  memilih untuk menjadi buruh cuci baju saja.

Rasa sakit karena tak mampu berbuat apa-apa, sekian tahun terperangkap di dada. Cukup sudah. Aku tak sanggup lagi menahan ketidakberdayaan ini. Aku harus berbuat sesuatu untuk Emak . Maka begitu lulus SMK, Aku pun berangkat merantau.

Semula, Aku pikir, begitu merantau, Aku bisa segera berhasil. Dan ternyata tidak. Aku hampir seperti orang-orangan sawah. Lalu bagaimana ini ?. Emak  sudah memintaku untuk kembali. Sementara kantongku belum berisi.

Sudah sering, adikku menghubungiku. Mengatakan hal yang sama. Bahwa Emak  rindu. Emak  ingin Aku bekerja di rumah saja. Toh, di tanah rantau juga tak kunjung mendapatkan apa-apa.

“Emak  nggak apa-apa, Emak  sudah biasa, pulanglah”.

Begitu kata Emak. Kata-kata itu terngiang-ngiang di telinga.

“Tidak Aku belum menyerah. Aku belum mau pulang Mak. Aku harus jadi orang dulu. Baru Aku pulang. Emak  berdoa saja untukku“.

Terus begitu. Kalimat itulah yang selalu keluar dari mulutku. Iya, Aku yakin di tanah rantau ini, Aku pasti akan berhasil. Entah itu kapan. Tapi Aku yakin. Di sini, Aku bisa menemukan jalan yang bisa membuat kehidupanku juga keluargaku lebih baik lagi.

***

Hidup mulai bersahabat denganku. Ia mau berjalan beriringan dengan ku. Bahkan sesekali ia tersenyum kepadaku. Bahkan deretan giginya yang indah, hampir terlihat semua. Sebuah senyum yang begitu lebar. Dan Aku tidak lagi menjadi orang-orangan sawah. Badanku sudah berisi.

Ya. Di tanah rantau ini, Aku memang bekerja sebagai pelayan restoran. Awal mula, hanya sebagai pelayan restoran biasa. Kemudian, secara bertahap, karierku mulai menanjak. Hingga akhirnya Aku menjadi pelayan restoran berbintang. Hal inilah membuat Aku ngguya ngguyu setiap kali melihat amplop tebal di tanganku.

Penghasilanku dapat dikatakan lebih dari cukup. Tentu saja, Aku ingin berbagi kepada Emak , adik, juga bapak. Sementara sebagian lagi, diam-diam, akan Aku tabung untuk operasi mata Emak . Tapi lagi-lagi Emak  menolak, begitu juga dengan Bapak.


Kasih adekmu saja. Bapak Emak  masih bisa usaha sendiri. Kamu kapan pulang ?”.

Emak . Selalu begitu.

Entah dapat wangsit dari mana. Akhirnya uang yang seharusnya Aku bagi untuk Emak  juga bapak, Aku gunakan untuk sekolah lagi. Ya Aku kuliah. Aku adalah mahasiswa.

Sejak Aku memutuskan kuliah. Perlahan namun pasti. Aku menjadi orang-orangan sawah lagi. Badanku kurus. Tak terurus. Karena Aku harus mengencangkan ikat pinggang. Agar biaya kuliah bisa sanggup Aku bayar.

Dugaanku salah. Aku pikir biaya kuliah hanya mahal di awal saja. Namun ternyata tidak. Ada banyak praktikum yang harus Aku lewati. Dan tentu saja kegiatan itu membutuhkan biaya lagi.

Aku pun tak lagi mengirim uang kepada adikku tersayang. Aku pun memohon maaf akan hal itu, dan apa kata Emak.

"Kurang berapa Mat ?. Emak  Bapak bisa ngusahain”.

Aku terharu. Bukan karena ucapan Emak . Tapi karena Emak  tak menyuruhku pulang lagi. Malah Emak  mau membantu biaya kuliahku. Urusan sekolah, Emak  juga bapak memang nomor satu. Meskipun Emak Bapak bukan orang yang mampu, tapi soal sekolah mereka akan mendukungku penuh.

Ah Emak . Meskipun kau tak dapat melihat seperti dulu, tapi hatimu, semangatmu, tak pernah redup sedikitpun. Baiklah, Aku akan berusaha sekuat tenaga. Aku tak mau kalah dengan semangatmu.

***

Akhirnya, Aku memesan tiket kereta api juga. Dengan tujuan tanah kelahiranku. Ya, Aku akan menginjakkan kaki di tanah kelahiranku lagi. Aku memang belum benar-benar jadi orang. Tapi sesuatu hal mengharuskanku untuk pulang.

“Emak  sakit Bang. Segeralah pulang”.

Begitu kalimat terakhir yang dikatakan adikku. Emak  sakit. Tapi untuk kesekian kalinya, saat Aku berbicara kepada Emak, Emak  pun berkata :
“Ora opo-opo Mat, Adikmu saja yang berlebihan”.

Begitu kata Emak. Tapi, Aku membantah permintaan Emak. Aku mengatakan pada Emak , bahwa Aku sudah mengambil cuti beberapa hari dan 7 hari lagi Aku akan berangkat pulang. Emak  pun berkata :

“Ya sudah kalau gitu, hati-hati di jalan. Emak ora opo-opo mat, nggak usah buru-buru loh ya. Ngge pon, Emak  tak sholat dulu”.

Ah Emak . Kau selalu begitu.

***

Langit begitu cerah. Padahal, hari-hari kemarin, langit selalu mendung. Mungkin awan ingin beristirahat sejenak. Sekedar meringankan badan, karena sudah terlalu sering membawa berliter-liter air hujan kemanapun awan pergi.

Cuaca memang nampak bersahabat hari itu. Saat Aku menginjakkan kakiku, untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun merantau, di tanah kelahiranku.

Saat itu, Aku mempercepat langkahku. Setengah berteriak, kupanggil tukang ojek agar segera mendekat. Kupinta agar laju motor dipercepat. Karena hati sudah begitu ingin bersua, dengan seseorang yang selalu memberi warna dalam hidupku. Seseorang yang selalu ada untukku. Seseorang yang tidak pernah ingin menyusahkanku. Seseorang yang tidak pernah mau membuatku merasa khawatir. Dan seseorang yang selalu dengan senang hati membantuku dengan sekuat tenaga yang dimilikinya.

Dia lah Emak. Pelipur laraku. Penyemangat hidupku. Pencipta ketenangan menghadirkan kekuatan. Untuk terus berjuang demi mendapat hidup yang lebih baik. Demi sekolah lagi. Demi mendapat ilmu lagi.

Dialah Emak . Emak ku tersayang. Yang sangat amat Aku cintai. Yang sangat berarti bagiku. Yang segala-galanya untukku. Dan yang saat ini sudah tidak bersamaku lagi.

Iya, Emak  sudah pergi. Meninggalkan kami. Tuhan begitu sayang padanya, hingga menjemputnya begitu cepat. Bahkan sebelum Aku mewujudkan niatku untuk menghadirkan cahaya lagi di mata Emak . Dan tahukah Engkau Tuhan ?. Kau telah mengambil cahaya dalam hidup kami.

***

1150 Kata



#FFRabu-Jagoan Kampung

Namanya Joni. Jagoan kampung sini. Sedang jatuh hati sama Siti, anak Pak Haji.

Pagi ini, sebelum kerja bakti di Musholla deket rumah Siti, Joni sarapan nasi ditemani telur ceplok, sambal terasi. Selesai. Joni bergegas pergi. 

Joni bersemangat. Ia menyapa orang-orang yang lewat.

"Apa Lue liat-liat" sapanya.

Lalu...

"HWA !!!".

Joni mengagetkan anak-anak yang fokus menyebrang. Melihat itu, Joni tertawa lebar. Namun tak lama. Siti lewat di depannya. Joni melongo. Karena Siti tersenyum melihatnya.

"Woi kenapa Lue Jon?" Sapa kawan Joni yang muncul tiba-tiba.

"Siti  Broo....Siti senyum sama Gueeeehhh".

"Ya iyalah, Noh ada merah-merah di gigi lue".

***

FF 100 Kata

FF-Pacaran Jarak Jauh

Begini dah kalau pacaran jarak jauh. Yang lain jalan-jalan sama cem-cemannya, aku malah jalan sama Hp. Yang lain saling bertatapan mata, aku pandang-pandangan sama layar. Hadeeehh...Apa mau dikata, namanya juga cinta. Ah cinta, kau memang indah, hanya terkadang bikin hati nyesek saja.

Sore ini, jadwalku bersua di dunia maya. Namun sejak pagi aku menunggu, ia tak muncul juga. Ia memang super sibuk dan supermoney. Eit bukan karena itu aku suka padanya. Melainkan karena ia adalah cowok sesungguhnya.

"Kau kemana ? " tanyanya begitu melihat wajahku di layar.

"Mandi, dari pagi aku menunggumu, melewatkan waktu mandiku".

"Lain kali bilang dulu, aku khawatir".

"Jangan khawatir, aku akan bersamamu hingga hari tua, Lee Min Ho".

***

FF111 Kata

Note :
Lee Min Ho adalah artis korea. Yg gantengnya luar biasa. Keren cucok bin macho. Berperan abg Gu Jun Pyo dlm Boys Before Flower, yg brhasil melambungkan namanya. Satu lagi, ia memiliki secrer admiror di Indonesia, sp lagi kalau bukan, saiya...muahahaha.

#FFRabu-Joko

Yang namanya judi itu pasti bikin nagih. Sekarang dapet sejuta, besok-besok jual rumah. Nggak bayar, siap-siap algojo datang. Jontor-jontor dah muka.

Inilah yang dialami Joko yang hobi judi sejak muda. Sehari nggak masang, badannya meriang. Kalau sudah sakit, manjanya nggak ketulungan. Sebab itulah, sang istri membiarkan joko berjudi. Asal jangan mengotak-atik barang milik sang istri.

Tapi kali ini beda, Joko kalah banyak. Sementara kantong joko tinggal angin saja.

Joko tak habis akal. Diam-diam, ia mengambil gelang serta kalung emas istrinya. Lalu ia segera menuju pasar.

''Jadi gelang2 itu mau sampean bayar brp buk ".

"Mbayar dari hongkong, La wong iki imitasi" .

FF-Best Couple

"Masak apa mah, aku lapar nih"

"Nyambel terasi pah"

"Nggak pedes kan"

"Nggak donk, aku taruh di atas meja pah"

Si papah menuju meja makan dan duduk di situ.

"Mah, nanti kita kondangan di rumah Pak Anton, atasanku,pakai baju yang aku belikan kemarin, jangan lupa dandan"

"Aku nggak PD pakek baju itu, juga nggak bisa dandan"

"Pantes-pantes mah, masa' mau pakek baju itu-ituuu aja, kan aku yang malu mah "

"Maksud papah ?, papah malu jalan sama aku? Aku jelek ?, atau sudah nggak cinta?, koq gitu pah, aku begini kan juga karena papah, ngurus anak-anak, bersih-bersih rumah, masak, nyuci, semua aku lakukan sendiri, repot sendiri, sekarang papah malah begini, keterlaluan kamu pah"

Si papah diam membisu. Alisnya mengkerut. Nampak sedang konsentrasi. Dan..

"Hem...bau apa ini" si mamah mengendus-ngendus.

"Papah kentut ya"

Si papah geleng-geleng.

"Ih nggak ngaku lagi, aku udah hafal pah, pemilik bau kentut seperti ini siapa lagi kalau bukan papah"

"Nah itu dia, bagaimana bisa aku memiliki rasa-rasa itu. Tidak mungkin. Kau begitu baik mengurusku juga anak-anak. Selalu ada untuk kami. Mengerti segala sesuatu tentang aku, bahkan kau tau betul bau kentutku".

***
10 tahun yang lalu

Selamat ya, Kalian memang serasi, cocok lagi,semoga jd keluarga Bahagia ya.

***

200 Kata

FF-Rumah Idaman

Mendung berarak. Mengundang kesenduan. Menghadirkan keheningan. Antara ibu dan anak.

Memang sengaja begitu. Membiarkan rasa yang berbicara. Tentang segala rasa.  Sayang, sedih, dan takut.Tentang sebuah fakta bahwa mereka tak ingin berpisah.

"Coba kalau di situ ada pohon besar ya mah, sebelah sana dikasih bunga-bunga, trus tembok yang di bagian luar, dicat warna putih, kalau yang di dalam boleh deh warna-warni, tapi harus soft mah, satu lagi mah, bikinin jendela di kamarku, biar bisa lihat bintang. Ya mah ya"

Sang ibu mengangguk.
"Aku sayang mamah" ucap sang anak. Lalu memeluk sang ibu begitu erat.
Angin segeralah datang, bawa serta air mata, yang akan jatuh membasahi wajah sang ibu.

***
Sang ibu duduk sendirian di bawah jendela atap tempat tinggal mereka. Mencoba bersahabat dengan sedih di hati sejak setahun yang lalu hingga saat ini. Waktu ini. Tanggal inilah, saat dimana sang anak pergi meninggalkan sang ibu sendiri.

"Hai nak, bagaimana kabarmu ?, kau pasti sudah bertemu ayah kan sayang, mamah sudah mewujudkan semua keinginanmu akan tempat tinggal kita loh. Kau tau, rancanganmu membuat tempat tinggal kita jauh lebih indah. Ah mungkin masih lebih indah tempat tinggalmu di sana bukan. Tuhan pasti memberikanmu yang terbaik. Jadi kapan kau akan mengajak mamah tinggal bersamamu sayang ?"

***

200 Kata

#FFRabu-Laki-laki Beraroma Kopi

Isi perut bergejolak. Berebut keluar. Mencium bau masam amis busuk yg berputar-putar di angkutan umum.
Hidung telah ku sumpal, tak jua hilang. Tak tahan, aku hendak keluar. Namun tertahan oleh laki-laki beraroma kopi. Aku mengurungkan niat. Ia berdiri di sampingku.
Waktu berlalu. Kami bukan teman di angkutan umum. Tapi lebih dari itu. Sering menghabiskan waktu bersama. Seperti siang ini, saat kami menunggu bus, ia berkata :
"Maukah kau menikah denganku ?".
Aku tak menjawab. Aku berlari sembari tersenyum . Ia mengejarku. Angkutan umum datang. Aku masuk ke dalam.
1 minggu sudah. Aku berkunjung ke rmh barunya. Tak tercium aroma kopi melainkan aroma tanah.

Anniversary yang Kedua

Langit cerah. Cahaya matahari menerpa. Joni pergi ke kantor. Seperti biasa. Namun ada yang tidak biasa hari itu.
"Jon, elu kenapa?" tanya Jarot, rekannya di kantor.
"Nggak kenapa-kenapa bang"
"Alis lue tu, udah kayak ulat bulu, jadi satu" ujar Jarot
"Gini bang, aku pengen bikin kejutan romantis di acara perayaan pernikahanku yg kedua tahun ini bang,ya sebagai rasa terima kasih sama Nina yg udah begitu pengertian dan sabar denganku, suaminya" jelas Joni.
Jarot manggut-manggut. Tak lama kemudian, Jarot berkata : "Serahkan ke gue Jon".
***
Sore hari
"Makasih bang, terima kasih banyak" kata Joni seraya menjabat tangan Jarot.
"Udah, biasa aja, anggap aja nih hadiah gue buat lue dan istri lue" jawab Jarot lalu mengambil sebuah bingkisan dari tasnya dan menyerahkan ke Joni.
"buat penutup nanti malam, sukses Jon, gue pergi dulu" pamit Jarot.
***
Malam harinya
Saat itu, Jarot tengah menonton tv dengan keluarganya . Tiba-tiba, ia teringat sesuatu.
"Aduh.."
"Kenapa yah?" Tanya istri Jarot
"Lupa ngasih tau dosisnya mah"
Alis istri Jarot mengkerut. 
***
Pagi sudah tiba. Jarot menelpon Joni sebelum ia berangkat ke kantor. Saking penasaran. Tapi Jarot optmis pasti berhasil, karena ia telah melakukan hal itu lebih dulu..
"Gimana Jon?, acaranya sukses?. Malemnya jg sukses kan?, itu ramuan Madura lo, minum satu aja sudah mbog mbog mboogg"
"Sukses bang" jawab Joni
"Syukur deh, elu dateng terlambat Jon ?"
"Nggak bang, Nina sekarang di rumah sakit, jadi aku izin nggak masuk hari ini bang."
Mendengar jawaban Joni, sontak Jarot bertanya :
"Loe minum berapa ?"
" Ku pikir biar tambah greng bang, jadi aku minum dua"
***
251 kata

FF-Masa Tenggang

Masa tenggang seorang jomblo adalah detik-detik menjelang si jomblo harus nerima calon dari orang tuanya dengan lapang dada.
Sebagaimana yang tengah di alami Joni. Ia gelisah bukan kepalang. Emak Bapaknya memberikan waktu 100 hari padanya utk mencari calon istri. Jika ia tak berhasil, maka ia harus menerima calon istri yg dipilihkan Bapak Emaknya.

"Bang, Nina tau deh knp Abang gakk laku, penampilan Abang kadaluarsa, wajah Abang jadul, gak ada warna, hitam putih aja" kata Nina.
Joni melengos.
"Nina permak ya Bang".
"Celana jeeeaaans kali gue".
"Beneran Bang, Nina jamin, Abang jadi ganteng dan cewek-cewek pada mau dah sama Abang".
Joni menatap Nina. Ada api kesungguhan di matanya. Rupanya Nina benar-benar ingin membantu Abangnya.
"Okke, gue mau".

Keesokan harinya, mereka mulai beraksi. Nina mengajak Si Abang ke salon dan terakhir pergi ke pasar. Berburu kostum yg pas untuk Si Abang. Selesai.

Keesokan paginya. Joni nampak begitu sumringah. Auranya menyala-nyala. Ia begitu percaya diri. Bahkan Bapaknya dibuat terkejut dengan penampilannya yang baru. Sementara Si Emak, banjir air mata. Terharu.

Tiba di kantor.
Weiiissssss.
Semua mata tertuju pada Joni. Waktu seakan melambat. Hingga Joni dapat menangkap jelas siapa saja yang memperhatikannya.
Hatinya bersorak. Ia berjanji, pulang dari kantor, akan mengajak Nina, adek satu-satunya, makan bakso di pengkolan deket rumah.
Masih. Semua mata tertuju pada Joni. Ia melangkah dengan pasti. Tersenyum. Hahaa Hihi. Sesekali menyapa
"Pagi cika"
"Hai putri"
"Siska"
"Lisa"
Bla bla bla.
Joni senang, karena semua gadis yang ia sapa, tersenyum manis padanya. Sementara hari-hari yang lalu, Joni hanya dianggap angin lalu, werrrrr.
Joni tiba di meja kerjanya. Di sebelahnya sudah ada Farhan, rekan kerjanya.
"Jon, elu tadi buru-buru ya berangkat ke kantor ?" Tanya farhan.
Joni ingin mengiyakan pertanyaan itu. Karena ia memang buru-buru. Penasaran dengan respon orang-orang dengan penampilannya yg baru.
"Nggak, biasa aja" jawab Joni.
"Ooo kirain buru-buru, soalnyaaa" Farhan mendekati Joni. Joni merasa tak enak hati. Saat sudah dekat, Farhan berbisik :
"Resliting celana lue kebuka"

***

"Cerita ini diikutkan giveaway contest  www.doddyrakhmat.com"

Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

Jauh dari Nyaman

Kapan nyaman itu datang? Rasanya, saban hari seperti dikejar-kejar Ayo selesaikan A Yang B belum siap nih C belum rampung Bergegas deh Cepet...