Bukan Jatuh Biasa Ha..Ha..Haaa

Silly moment ya?..Ah tema giveaway Mak Nunu El Fasa dan Mak HM Zwan membuat aku teringat dengan kejadian yang berlangsung pada tahun 2003-2006.

Saat itu, aku masih manis kinyis-kinyis. Aku sekolah sekaligus mondok di salah satu pondok pesantren modern di jombang jawa timur. Sejak jam 7 pagi hingga 4 sore, aku berkutat di sekolah. Sisanya full kegiatan di pondok. Mulai maghrib hingga 8 malam, ngaji kitab kuning. Istirahat. Lalu subuhnya, ngaji qur’an. Begitu hampir setiap hari.
Rasa jenuh terkadang hinggap. Malas ikut ngaji kitab, tertidur saat ngaji qur’an, bahkan pura-pura sakit agar tak ikut dua-duanya. Hhh..tak patuttt.
Namun suatu hari, datanglah ustadz baru. Masih muda. Ganteng pula. Kehadiran ustadz ganteng ini membuat para santri semangat mengaji kitab. Termasuk daku.
1 bulan berlalu. Semangat ngaji masih menggebu-gebu dan saat itu tepat giliranku serta anis piket menyiapkan perlengkapan ngaji plus unjukan/teh hangat buat ustadz.
Dikarenakan suatu hal, maka aku juga anis tergesa-gesa membuat teh  sebab 5 menit lagi ustadz tiba. Dengan langkah dipercepat, anis membawa teh hangat ke meja ustadz. Alhamdulillah belum terlambat.
“wadow kitabnya beloommm” ujarnya seraya menpuk jidat. Aku segera balik badan. Setengah berlari. Bahkan saat turun tangga pun, kecepatan langkah kakiku tak kukurangi. Hingga tiba-tiba lampu mati. Gelap dan....
GUBRAK.
Lampu hidup.
“Loh pit..ngapain kamu leyeh-leyeh di situ?” tanya anis sambil menahan tawa.
“jatoh dodol..sshhh..aduuuhhh” jawabku. Tawa anis meledak. Lama pula. Hingga akhirnya tawa itu pun berhenti. Aku yang tadinya sibuk memijat-mijat kaki yang cenut-cenut karena terkilir, kini menatap anis dan anis pun menatapku seraya menaik turunkan alisnya. Seakan memberi isyarat. Namun aku tak paham.
“kesel ngguyu?”tanyaku. Namun kali ini anis nyengir seraya menundukkan kepalanya ke arahku.
“Apa sih nis?”tanyaku lagi.

“ngapain ini duduk-duduk di sini? Ayo ke musholla, ngaji”suara berat itu membuat aku terkejut. Spontan aku menoleh ke asal suara dan tepat di belakangku berdirilah ustadz ganteng.
injeh ustadz..niki masih bersih-bersih anak tangga”jawabku asal. Lalu aku mengusap-usap anak tangga dengan tanganku.
‘aduuhh...mati aku’ gumamku dalam hati.
“bersih-bersih koq pakek tangan, ambil sapu sana. Selesai bersih-bersih langsung ngaji” kata ustadz. Ia lalu berjalan meninggalkanku yang malu bukan main. Sudah jatuh, bikin alasan begitu pula.
Setelah ustadz menghilang dari pandangan, akhirnya anis membantuku juga.
“bersih-bersih anak tangga ustadz...jawabanmuuu pit...bikin aku kudu ke kamar mandi aja, mules” kata anis sambil menahan tawa.
“aku bingung mau jawab apa...ah udah ah..jangan bilang siapa-siapa ya..maluuu”pintaku. Anis masih tersenyum bahagia. Sejak kejadian itu, si ustadz kenal daku dan anis.

1 tahun kemudian.
Ustadz ganteng nikah. Patah hatilah para santri. Termasuk daku.
Kami diundang di acara pernikahan ustadz. Karena jauh, kami sepakat untuk menyewa kendaraan menuju rumah ustadz. Sepanjang perjalanan, kami ditemani hujan yang cukup deras lalu menjadi gerimis saat tiba di rumah ustadz.
Aku dan anis berjalan paling depan. Kami berdua begitu semangat. Sejak kejadian waktu itu, kami akrab dengan ustadz. Ustadz serta istri sudah menunggu di depan pintu. Aku mempercepat langkah.
“assalamu’alaikum” ucapku saat akan menginjakkan kaki di teras rumah ustadz.
“wa’...” jawaban salam ustadz jadi tergantung. Karena mendengar suara.
GUBRAK
“aduuuuhhhh......” aku mengelus pantatku yang sakit karena terpeleset. Saking semangat, aku tak memperhatikan ada sedikit genangan air hujan di situ.
“selalu...senengnya ndlosor tiduran dimana-mana”kata anis sambil membantuku berdiri tentu saja disertai tawa. Begitu juga dengan kawan-kawan yang lain serta para tamu. Karena saat berdiri aku sempat melihat wajah-wajah mereka tersenyum melihatku.
‘hadeeeehhhhh...maluuuu’gumamku dalam hati.
“nggak apa-apa, orang yang jatuh di acara pernikahan itu tandanya akan dapet rejeki” kata si ustadz. Tidak nyambung memang, tapi aku hargai itu. Beliau berusaha menghiburku. Namun tentu saja gagal.
“nih...3 bungkusan buat kamu bawa pulang” si ustadz memberikan 3 kotak nasi beserta jajannya kepadaku. Mungkin ini maksud dari ‘akan dapat rejeki’.
‘hhhhh...duhai ustadz..andai saja kau tahu isi hatiku...bahwa aku benar-benar maluuuuuuu’

1 tahun kemudian.
Aku lulus sekolah juga mondok. Aku, anis serta kawan-kawan sekamar bersepakat untuk mengadakan acara perpisahan dengan jalan-jalan di mall terdekat. Tentu saja Mall Surabaya.
Waktu itu, kali pertama aku ke mall. Maka jadilah aku orang terkatrok di antara kawan-kawanku itu.
“loh kita mau naik itu?”tanyaku seraya menunjuk ke arah tangga berjalan alias ekskalator.
“iyalah..la wong kita mau ke bisokop”jawab dian.
“tangga nggak ada ya?”tanyaku.
“nggak ada..sini bareng aku” ajak susi seraya menggandeng lenganku.
“nanti aku kasih aba-aba ya...dihitungan ketiga kita langkahkan kaki kita bareng-bareng” lanjut susi.
“nih aku praktekkin” kata anis. Di susul mum. Lalu dian.
“oke..siap-siap ya..satu...”
“eh bentar sus,,,nunggu sepi dulu yaa..malu akuu”pintaku. Susi setuju.
 ..................
“nah sudah sepi..ayo..siap-siap ya..sa..tuu..du..a...tiga..ayo”
GUBRAK.
Jatuh lagi dengan sukses. Hhhhhhhhhh.


Ket:
1. leyeh-leyeh : duduk-duduk santai
2. ndlosor       : tidur-tiduran

Diikutkan dalam "The Silly Moment Giveaway" Nunu el Fasa dan HM Zwan

Menanam Daun Bawang Prei di dalam Lemari Es


Kalau sarapan, biasanya saya membuat telor dadar ditambah dengan sambal. Begitu saja udah bikin suami lahap. Alhamdulillah.
Bahan untuk membuat telor dadar cukup sederhana.
Telor
Bawang merah
Bawang putih
Garam
Cabe
Tak lupa Bawang Prei
Dijamin rasanya seperti telor dadar di warung-warung. Tentunya, yang ini telor dadar sehat tanpa michin atau penyedap rasa.
Karena tak lengkap rasanya telor dadar tanpa bawang prei, saya pun sering mengkoleksi bahan masakan yang satu ini. Sayangnya daun bawang prei cepat layu. Meskipun sudah saya rendam air di bagian akarnya. Akhirnya saya pun berinisiatif untuk menaruh bawang prei di dalam kulkas. Lengkap dengan ember airnya.
Hasilnya Wow tetap segar bugar hingga 2 minggu.
2 minggu kemudian, saya pun masih bisa memakai bawang prei tersebut, tentunya menggunakan daun baru.
Daun baru? iya daun baru. Setelah saya meletakkan daun prei di lemari es, beberapa hari kemudian, tunas pun mulai bermunculan. Bersamaan dengan habisnya daun prei sebelumnya, maka selanjutnya saya bisa menggunakan daun prei yang baru.
Lumayan Hemat..hehe.
Tapi tetap lebih sip daun prei yang tumbuh alami. Daun prei yang tumbuh di lemari es, selain warnanya kurang menggoda (Hijau pucat), aroma daunnya juga kurang kuat.
Lalu kenapa daun prei bisa tumbuh di lemari es, karena daun prei merupakan tumbuhan yang kandungan airnya tinggi sehingga ia daapt tumbuh di suhu yang ruangan lemari es. Begitu insyaAllah...hehehe...
Nih di bawah ini, penampakan bawang prei yang tumbuh di dalam lemari es dengan kurun waktu 2 minggu.
.


Recycled Banner

Bag From Banner

Yuhuuuu, Recycled Recycled and Recycled Again. 
Kali ini saya akan membuat sebuah tas dari banner bekas.
Langkah Pertama tentunya siapkan banner bekas, gunting, penggaris, benang dan jarum




Langkah ke dua, gunting-gunting sesuai dengan pola yang diinginkan. Kalau saya pakai pola seperti ini:



Setelah itu, rangkai setiap bagian dengan cara dijahit. 
Karena saya hanya bisa menjahit dengan cara manual alias pakai jari jemari, alhasil saya pun 'kecubles' beberapa kali. Karena, bahan banner yang cukup tebal. Jadi lebih disarankan menjahit dengan mesin.

Terakhir setelah semua bagian disatukan. Makaaaa...eng ing eeenggg..jadi dehhhhh...


Gak rapi ya..hahahaaa.
Tas ini biasanya saya pakai tempat untuk menyimpan clodi ken.
Semoga bermanfaat......
Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

About Me

Halo Assalamu'alaikum, Aku Inda, guru tk. Aku  ibu dari dua bocil, ken dan yumna, yang suka menulis, suka kulineran, jalan-jalan...