Pandai Menemukan Hikmah di Setiap Uji, Coba, dan Musibah, adalah Bekal Utama Menuju 60 Tahun

Kaki sebelah kanan ibu yang bengkak
Selalu dapat menemukan seberkas hikmah di setiap cobaan, ujian, dan musibah.
H+3, setelah lebaran, ibu  terkena musibah, jatuh di sekolah, habis ngajar. Tak bisa menjejakkan kaki, tak bisa jalan. Namanya ibu , tidak mau terlalu menyusahkan anaknya. Akhirnya ibu merangkak atau berjalan lutut saat mau ke kamar mandi, ke kamar tidur, nonton televisi.  Kakinya hitam lebam. Juga ada bagian kulit yang terkelupas, hingga terlihat kulit ari. Kemerahannya. Setiap luka dibersihkan, beberapa kali, saya mendapati ibu, mengusap matanya.
2 hari kemudian, saya serta suami juga si kecil, balik ke jawa. Seharusnya.
"Ndak apa apa, kita nunggu ibu  enak an dulu, nanti saya izin" kata suami. Alhamdulillah, punya suami baik . Namun saya sempat menangkap ekspresi berat di wajahnya.
 
Ibu yang berjalan lutut menuju kamar mandi
Sebenarnya ibu  bapak  sudah  memberiku izin untuk balik ke jawa.
"Ibu  tidak apa-apa, paling beberapa hari lagi juga sudah bisa jalan sedikit, ada bapak mu juga  adekmu yang bantu ibu " kata ibu , bapak mengangguk. Adek diam saja. Tapi saya menolak untuk pulang. Kenapa?
Pertama, bapak  kerja.
Kedua, adek juga  kerja.
Ketiga, adekku satu-satunya ini sebenarnya baik , hanya moody saja, kalau lagi mood, ia rajin bantu ibu , bersih-bersih rumah dan itu berlaku sebaliknya.
Karena 3 hal itu, yang membuat saya berat meninggalkan ibu. Sedangkan ibu  benar-benar butuh fokus perawatan luka serta batinnya. Menurutku, jika batinnya bahagia, sembuh pun akan segera tiba.
 
Si kecil, Ken, Menemani ibu menonton tv.
Saya melakukan pekerjaan rumah, memasak untuk  orang tua, suami, dan si kecil. Mereka memiliki menu sendiri. Lalu membersihkan rumah yang lumayan luas.
Merawat ibu, juga memperhatikan si kecil. Untuk  tugas terakhir ini, beberapa hal dibantu suami.
3 hal itu, cukup menguras tenaga. Bahkan suami membelikanku suplemen. Agar tak mudah jatuh sakit. Itu untuk menjaga kesehatan jasmani. Lalu bagaimana dengan menjaga kesehatan batinku?, tak jarang mendapat sedikit kritik tentang masakan yang begini lah, kurang ini, dibuatkan ini itu, atau tolong ambilkan ini, itu, atau belum lagi saat kesabaran saya diuji dengan tingkah si kecil. Rasanya ingin meledak saja.
Tapi saya tahan sekuat tenaga. Kadang-kadang suami jd kena pelampiasan amarah. Tapi alhamdulillah, ia paham. Ia tak marah. Cuma didiamkan saja alias cuek.
Terkadang sambil menyapu, mencuci baju, atau mengepel. Saya mencoba untuk  mengingatkan diri agar tetap bersabar. tetap bersyukur, bahwa Allah  memberikan saya kesempatan untuk merawat ibu , membantu bapak , juga adek. Ini ladang pahala, jika saya ikhlas tentunya. Saya berusaha untuk  itu.
Itulah hikmah yang saya dapat dari musibah kecil yang terjadi pada ibu.
Sedangkan hikmah untuk  ibu, mungkin, Allah  menyuruh ibu  untuk  beristirahat, setelah banyak waktu yang ia habiskan untuk  mengurus keluarga, juga muridnya di sekolah dasar. Ini juga  moment terhapusnya dosa ibu , ada hadist yang mengatakan apabila sakit lalu ikhlas maka akan terhapus dosanya.
“Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau sesuatu hal yang  lebih berat dari itu melainkan diangkat derajatnya serta dihapuskan dosa karenanya.
"HR.muslim.
Itu yang  saya katakan pada ibu .

Ada satu lagi.
Kali ini, saya merasa secara nyata dan langsung (Biasanya harus pakek merenung dulu, berpikir dulu, maklum loading lama, hehe), bahwa kasih sayang Allah begitu nyata untuk  saya serta keluarga kecil saya.
Ternyata minggu-minggu ini, bmkg setempat menginformasikan akan terjadinya cuaca buruk, angin kencang, gelombang cukup tinggi.
Alhamdulillah, Allah  melindungi kami sekeluarga. Jujur saja, saya mabuk laut kalau menghadapi angin kencang gelombang tinggi. Suami juga, cuma dia tahan sekuat tenaga. Agar tak muntah seperti saya.
Begitulah. Berusaha untuk menemukan hikmah dibalik cobaan, ujian, musibah. Karna hidup tak lepas dari itu.
Usaha itu, akan membuat kita tetap semangat, tegar, dan hidup akan terasa bermakna, dan bahagia. Hingga di usia 60 tahun nanti, atau lebih. Amin semoga kita dianugerahkan oleh tuhan, umur panjang yang  manfaat. Amin lagi.

Sumber :
http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/publications/MI/MI/2014/08/05/articlehtmls/Gelombang-Tinggi-Pelayaran-Lumpuh-05082014008016.shtml


Aku dan Kostum Hitamku

"Baca aja ayat kursi 3 kali tanpa nafas, nanti kamu pasti bisa hilang"
Kalimat itu yang sering aku dengar semasa kecil. Saat itu lagi santer berita orang bisa ngilang.
Aku sering mempraktekkan itu, terutama waktu maen petak umpet. Tapi tetep aja gagal. Kata temenku, mungkin aku ngirup udara sedikit jadi mantranya gagal. Padahal, aku ngerasa udah bener-bener nahan nafas. Paru paru rasanya sampek sumpek. Itu waktu kecil. Beda lagi dengan masa SMA.


SMA, keinginanku untuk bisa menghilang sudah hilang. Berganti ingin agar tidak terlihat?. Maksudnya tidak jadi perhatian. Karena terus terang, soal penampilan, aku kurang percaya diri.
Salah satu caranya dengan menghindar dari warna cerah, dan hanya memakai warna gelap terutama hitam. Otomatis mayoritas kostumku berwarna hitam. Jilbab, baju, celana, semuanya hitam. Dengan begitu aku merasa tak terlihat. Ini berlangsung hingga aku kuliah.
Suatu hari aku mengenakan kostum hitamku seperti biasa aku merasa sangat nyaman dan aman terutama saat lewat dikerumunan cowok cowok yg suka ngejahilin orang terutama cewek yang lewat disitu. Biasanya aku selalu lolos. Menurutku, berkat kostum hitamku. Namun kali ini tidak
"Mbak ini rek, medeni, serem, item item, koyok tumo (kutu rambut)" celetuk seseorang. Aku tak berusaha mencari tahu, rupa laki-laki yang teganya berkata begitu padaku. Aku memulih berjalan cepat. Segera menjauh dari tempat itu.
"Karang untu (gigi)koq" satu lagi
"Upil garing yo" satu lagi
Mereka tertawa bahagia. Sedangkan aku kudu nabok tu wajah atu atu. Berkat mereka, aku sukses jadi fokus perhatian.
Sejak saat itu jika kami bertemu mereka memanggilku tumo atau upil garing. Hhh. Mau tak mau aku mulai memberi warna pada kostumku. Apalagi kalau lewat di depan mereka. Cari jalan lain sih bisa, tapi jauh, noh noh disonoh.

"Tulisan ini diikutsertakan pada#BlackGiveaway"



Sebab Siti Rajin Mengaji

Sebab Siti Rajin Mengaji

Gadis kurus itu siti. Anak keempat dari 5 bersaudara. Emak uwaknya pedagang panganan tradisional. Siti ikut menjajakan dagangan emaknya di sekolah. Kalau tak habis, siti berjualan keliling desa. Hal inilah yang membuat siti sering terlambat mengaji.
"Terlambat lagi siti?"kata bu fiah, guru ngaji siti yang pernah menjuarai MTQ. Ia juga terkenal disiplin. Menurutnya, disiplin kunci keberhasilan.
"Iyα,maaf bu fiah"
"Iya,tp kamu harus menerima konsekuensinya lo ya" kata bu fiah. Siti mengangguk. Jika terlambat maka siti harus mengaji di luar ruangan. Siti tak sedih dengan hukuman tersebut karena ia masih bisa mendengarkan materi qiroah favoritnya yang disampaikan bu fiah. Ia sedih karna tak ada qur'an ditangannya. Sebab ia tak punya.
Siti suka qiroah. Menurut siti, qiro'ah tak kalah indah dengan musik dangdut yg ia dengar di radio.
"Anak anak sebentar lagi akan ada MTQ. Belajar yang tekun, biar bisa ikut dan menang lomba"kata bu fiah setelah selesai mengaji. Pulang mengaji siti mengulang kembali materi qiroahnya tentunya memakai al-qur’an dirumahnya yang sudah lepas sana sini. Berkali kali.

Hingga tiba saatnya.
"Emak, siti mau berangkat. doakan siti ya mak"pamitnya seraya mencium tangan emaknya.
"Iya,kalau kalah jgn kecil hati ya nak"pesan si emak. Siti mengangguk.

Perlombaan dimulai dan berakhir sore hari. Pemenangnya akan diumumkan saat nuzulul quran. Siti tak banyak berharap. Ikut lomba saja sudah senang.

Nuzulul quran. Saatnya pengumuman. Perasaan siti yang semula biasa saja kini jadi deg-degan. Dan rasa itu hilang saat nama pemenangnya di sebutkan.
"Siti aminah".
Mata siti terbelalak. Terkejut sekaligus tak menyangka bahwa ia adalah juaranya. Bahwa ia yang nantinya akan mewakili desanya ikut lomba qiroah untuk anak anak di tingkat kecamatan.
Siti naik ke atas panggung untuk menerima piala sekaligus hadiah. Ia sempat melihat ke bu fiah yang tengah tersenyum kepadanya. Siti senang sekali. Selesai acara, dengan berlari kecil ia pulng ke rumah.
Emak adalah org pertama yang ingin siti temui.
"Siti menang makkkk"serunya bahagia. Emak memeluknya.
"Alhamdulillah"ucap emak, ia mengusap air yang tergenang di sudut matanya.

“Yang paling siti seneng mak hadiahnya al quran mak alquran. Akhirny siti bisa ngaji nggak modal kuping aja mak. Tapi juga ini " siti mencium-cium Al-qur’annya yang begitu apik nan cantik yang dipesan langsung dari Syaamil Quran. Di dalam hatinya ia berjanji akan sering mengaji dan semakin semangat belajar lagu-lagu dalam seni membaca al-Quran.

Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

About Me

Halo Assalamu'alaikum, Aku Inda, guru tk. Aku  ibu dari dua bocil, ken dan yumna, yang suka menulis, suka kulineran, jalan-jalan...