Menstimulasi Kecerdasan Linguistik Anak dengan Memanfaatkan Kecerdasan Dominan Anak

Kecerdasan kinestetik merupakan suatu kemampuan dalam menyerap informasi hingga menyelesaikan masalah dengan cara menggerakkan anggota tubuh. Anak dengan kecerdasan kinestetik memiliki ciri-ciri sebagai berikut : suka bereksplorasi, aktif bergerak, tidak bisa diam terlalu lama, dan mahir olah tubuh. Anak dengan kecerdasan kinestetik ini, biasanya, unggul dalam hal olah tubuh seperti olahraga. Serta unggul dalam melakukan percobaam atau praktikum.

Karena keinginannya untuk bereksplorasi amat tinggi yang mendorongnya untuk selalu aktif bergerak dan tidak ingin duduk diam terlalu lama. Maka hal ini berdampak pada kecerdasan linguistiknya. Yang mana kecerdasan linguistik ini bisa diraih oleh anak dengan cara fokus memperhatikan (ekspresi mulut) juga mendengarkan kata-kata atau suara-suara apa yang ada disekitarnya. Dengan begitu ia akan mudah meniru kosa kata yang telah ia dengar. Dan selanjutnya ia akan belajar memahami penggunaan dari kosa kata tersebut.

Meskipun demikian, kecerdasan linguistik yang kurang menonjol tersebut harus tetap dihadirkan pada anak kinestetik. Caranya adalah dengan memanfaatkan kecerdasan kinestetik itu sendiri dna beberapa kecerdasan lain yang juga menonjol pada diri anak.
Misalnya seperti kasus si kecil ken. Ken merupakan anak dengan kecerdasan kinestetik dominan. Namun selain itu, ia juga memiliki beberapa kecerdasan lain yang menonjol yakni kecerdasan bermusik dan kecerdasan visual spasial. Dengan modal 3 kecerdasan ini, maka menstimulasi kecerdasan linguistik ken akan lebih terarah, jelas, mudah, dan juga cepat ada hasilnya.

Lalu seperti apa menstimulasi kecerdasan linguistik dengan memanfaatkan kecerdasan dominan yang dimiliki si kecil (dalam hal ini menggunakan contoh kecerdasan kinestetik, musik dan visual spasial) ?. Caranya adalah sebagai berikut :

● Menstimulasi kecerdasan linguistik dengan memanfaatkan kecerdasan kinestetik.
Sebagaimana yang disebutkan di atas, maka cara memanfaatkannya adalah dengan menyebutkan nama dari aneka macam gerakan, aktivitas,hingga menyebutkan apa saja yang si kecil temui atau si kecil lihat saat sedang beraktivitas.

Misalnya saat sedang mengajak si kecil jalan-jalan ke pantai. Maka kita bisa menunjukkan seraya menyebutkan bahwa ini namanya pohon kelapa. Misalnya saat ia menunjuk perahu, maka kita harus segera menyebutkan bahwa itu namanya perahu. 

Misalnya lagi, saat si kecil sedang menyusun balok bongkar pasang maka kita bisa menyebutkan aneka macam warna balok bongkar pasang tersebut. Dan sebagainya.
Intinya apapun aktivitas si kecil, kita harus bisa mengambil kesempatan untuk memperkaya kosa katanya. Sekaligus membuat ia paham akan penggunaan kosa kata tersebut.

Menstimulasi kecerdasan linguistik dengan memanfaatkan kecerdasan visual spasial.
Kecerdasan visual spasial anak adalah kemampuan anak dalam segi visual dan bangun ruang. Anak dengan kecerdasan ini ditandai dengan suka gambar, mahir menggambar, mudah menghapal arah, serta kenal dan cepat paham dengan bangun ruang.

Lalu bagaimana cara memanfaatkannya ?. Caranya adalah berikan aneka macam gambar kepada si kecil. Bisa dimulai dari gambar benda-benda di sekitarnya. Kemudian kita tunjukkan satu persatu kepada si kecil seraya menyebutkan nama dari gambar tersebut.

Cara lain lagi yaitu dengan mengajaknya melakukan aktivitas menggambar bersama-sama. Bisa dimulai dengan menggambar benda-benda favorit si kecil (mainan kesukaannya atau baju kesukaannya atau tokoh kartun favoritnya). Kita bisa menggambar sambil mengatakan setiap detail dari apa yang kita gambar.

Menstimulasi kecerdasan linguistik dengan memanfaatkan kecerdasan bermusik.
Anak dengan kecerdasan bermusik ini memiliki ciri-ciri suka dengan musik.  Suka mengubah benda yang ada di sekitarnya menjadi alat musik. Menunjukkan rasa ketertarikannya dengan aneka macam alat musik. Suka mengganti lirik lagu. Bahkan bisa membuat nada lagu sendiri.

Cara memanfaatkan kecerdasan ini adalah dengan memperdengarkan si kecil lagu-lagu anak. Atau bisa juga dengan mengajak si kecil menyanyi sambil menari bersama dan sebagainya.

Setiap usaha pasti ada hasilnya. Dan hasil dari menstimulasi kecerdasan linguistik dengan memanfaatkan kecerdasan yang lebih menonjol dari anak (dalam hal ini mengacu pada kasus ken) dapat dikatakan sangat baik.

Saat umur ken 18 bulan, yang mana merupakan masa-masa anak mulai bermain kosa kata, ken malah belum memulai bermain kosa kata. Namun setelah diberikan stimulus seperti ini, ken menjadi suka bermain kosa kata. Bahkan ia bisa cepat meniru kata yang ia dengar. Meskipun pelafalannya masih kurang jelas.

Hasil yang sangat baik ini juga diperlukan ketelatenan, pengulangan dan penghargaan (seperti tepuk tangan atau peluk sayang) untuk si kecil setiap ia mencoba untuk bermain kosa kata. Dan satu lagi gunakan kata -kata yang mudah dipahami si kecil serta dilafalkan dengan jelas.

Begitulah beberapa cara untuk menstimulasi kecerdasan linguistik anak (dalam kasus ini untuk anak dengan kecerdasan kinestetik dominan, musik, dan visual spasial). Semoga bermanfaat yak. :)

Menstimulasi Kognitif Anak dengan Permainan Simsalabim Jadi Apa ?

Usia 0-6 tahun dikatakan sebagai masa golden age si kecil. Saat itu tumbuh kembang si kecil melesat begitu cepat. Imitasi yang mereka lakukan pun diibaratkan lebih canggih dari mesin foto copy tercanggih. Cepat, dan sama persis. Oleh sebab itu, para orangtua berusaha untuk tidak menyia-nyiakan masa golden age si kecil ini.

Salah satu bentuk usaha orangtua adalah dengan menstimulasi kognitif si kecil. Seperti mengenal angka, huruf abjad, dan hijaiyah. Serta mencoba memberikan pemahaman jika ini maka begitu atau yang seperti ini ini ini namanya itu dan lain sebagainya.

Banyak orang yang kurang setuju dengan menstimulasi unsur kognitif pada si kecil sejak usia dini. Dengan alasan belum waktunya si kecil untuk mendapatkan stimulus seperti itu. Dan lebih baik masa golden age si kecil dilalui dengan bermain. Lalu bagaimana jika seperti ini, Lebih baik masa golden age si kecil dilalui dengan bermain sambil belajar ?.

Pemberian bold pada kata bermain tersebut merupakan hal yang menjadi prioritas. Bukan belajar yang menjadi prioritas utama. Sebab jika belajar menjadi prioritas utama maka selanjutnya yang ingin diketahui adalah hasil dari kegiatan belajar itu sendiri. Seperti bisa melakukan ini atau bisa me,baca itu. Kemudian apabila sudah berbicara hasil maka akan ada strategi-strategi tertentu untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Bahkan bisa saja aalah satu strategi tersebut berupa memberikan hukuman pada si kecil. Oleh sebab itu, yang menjadi prioritas adalah bermain. Yang mana hasil dari bermain adalah perasaan bahagia.

Saat ini mencari ide permainan untuk menstimulasi kognitif si kecil sudah semakin mudah dan banyak pilihan. Mulai dari yang manual sampai permainan yang canggih sekalipun sudah tersedia. Tinggal disesuaikan dengan tumbuh kembang si kecil saja.

Salah satu permainanan manual yang dapat digunakan untuk menstimulasi kognitif si kecil dalam mengenal huruf abjad adalah permainan Simsalabim Jadi Apa. Sekilas, apabila dilihat dari nama permainannya saja, memang nampak seperti permainan sulap. Namun sebenarnya ini hanya kertas putih yang dioles lem. Olesan lem tersebut dibentuk seperti huruf-huruf abjad. Kemudian taburkan kertas bekas yang sudah digunting kecil-kecil di atas olesan lem tersebut. Angkat kertas. Dan SIMSALABIM keluarlah huruf Abjad. Lalu si kecil akan bersorak kegirangan.

Meskipun sederhana, permainan ini berhasil membuat si kecil menjadi antusias dan senang. Apalagi saat ia menaburkan potongan-potongan kertas di atas kertas yang sudah diberi lem. Proses menstimulasi kognitif si kecil menjadi terasa menyenangkan.

Jadi, perhatikan baik-baik masa golden age si kecil. Berikan stimulus dengan cara yang menyenangkan. Yakni bermain sambil belajar.

Kenali Gaya Belajar Anak

Setiap orang memiliki cara masing-masing dalam menerima, menyerap, memahami, dan mengolah informasi yang diperoleh atau disebut dengan gaya belajar. Cepat atau lambatnya seseorang dalam mengingat serta memahami informasi yang diterima tergantung pada ketepatan gaya belajar yang digunakan. Oleh sebab itu mengetahui gaya belajar amatlah, amatlah penting. Sebab selain untuk memberikan kemudahan bagi anak dalam menyerap, memahami, dan mengolah informasi yang ia terima. Juga akan memberikan kemudahan bagi orangtua ataupun guru dalam menstimulasi kecerdasan majemuk anak.

Menurut Deporter, ada 3 macam gaya belajar. Pertama adalah gaya belajar auditori. Kedua adalah gaya belajar visual. Dan yang ketiga adalah gaya belajar kinestetik. Ketiga macam gaya belajar ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Pertama : Gaya Belajar Auditori

Gaya belajar auditori merupakan cara seseorang menerima, memahami dan mengolah informasi dengan menggunakan indera pendengar yakni telinga. Metode ceramah adalah salah satu metode belajar yang cocok dipaka untuk memberikan informasi pada anak yang memiliki gaya belajar seperti ini.

Di sisi lain, anak dengan gaya belajar auditori ini sedikit kurang dalam hal memahami gambar, diagram, flowchart, dan sebagainya. Jadi jika nanti bertemu dengan informasi yang berbentuk gambar, diagram, atau lainnya, maka langkah yang dilakukan orangtua adalah memberikan penjelasan kepada anak. Gambarkan dalam bentuk kata-kata. Dan dengan kalimat yang mudah dicerna olehnya.

Kedua : Gaya Belajar Visual

Anak dengan gaya belajar visual ini memiliki ciri-ciri mudah menerima,memahami dan mengolah informasi yang dikemas dalam bentuk gambar, flowchart, bagan dan sebagainya. Sebaliknya ia sedikit lemah dalam menyerap informasi yang disampaikan dengan metode ceramah, diskusi, dan sebagainya.

Nah oleh karena metode belajar yang dipakai di sekolah rata-rata menggunakan metode ceramah, diskusi, dan sebagainya. Maka solusi bagi anak dengan gaya belajar visual ini adalah dengan menggunakan mind mapping. Seperti misalnya membuat bagan atau flowchart dari materi yang disampaikan oleh guru maupun materi yang ia baca.

Ketiga : Gaya Belajar Kinestetik

Gaya belajar kinestetik merupakan cara anak menerima, memahami dan mengolah informasi dengan cara menyentuh atau berinteraksi secara langsung. Metode belajar yang pas untuk anak dengan gaya belajar ini adalah metode demonstrasi, praktikum, dan sebagainya.

Misalnya ingin menjelaskan tentang materi jual beli maka anak bisa diajak untuk bermain pasar-pasaran. Atau ingin menengenalkan soal pengurangan dan. penjumlahan. Caranya dengan menggunakan konsep berbagi. Kemudian apabila materi yang ingin dijelaskan tentang pencernaan manusia dimulai dari mulut hingga usus bahkan anus maka caranya adalah membuat simulasi soal itu. Jadi kinestetik memang butuh lebih banyak bereksplorasi, mencoba, dan melakukan beberapa praktik sederhana.

Nah itulah beberapa macam gaya belajar anak. Semoga bermaanfaat yak. Dan cao.

Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

About Me

Halo Assalamu'alaikum, Aku Inda, guru tk. Aku  ibu dari dua bocil, ken dan yumna, yang suka menulis, suka kulineran, jalan-jalan...