Ngapain aja di Medsos ? Jejak Apa yang Mau Ditinggalin di Medsos ?


Hai
Apa kabar kamu ? Baik kan ? Amiinn.

Kalau kabar aku, emmmm, lumayan galau *hloh. 

Jadi gini, beberapa waktu yang lalu, aku berhasil ngontak sahabat yang udah lama nggak konunikasi. Seneng banget waktu itu. Secara sahabatku ini memang sulit banget dihubungin. Wa kadang aktif kadang nggak tapi seringnya sih nggak aktif,  nomor hp untuk wa juga nggak aktif, temen-temen lain juga pada nggak tau nomor hp lainnya, medsosnya die juga udah lama nggak update, kayak menghilang gitu wes. 

Waktu itu, entah dapet wangsit dari mana, aku pengen banget hub.i sahabatku ini buat nanyak tugas sekolahku. Aku wa donk. Sekali, dua kali, agak lama, lama, lama, dan dibales. Yes. Senangnya dalam hati euy. 
Lanjut nanyak nanyak donk. Nanyak tugasku dulu. Setelah itu baru nanyak perihal dia yang menghilang.

Pertama Soal wa sering nggak aktif, ternyata kata dia nggak sesering itu, kadang aktif juga. Terutama waktu lagi di kantor. Tapi cuma bentaran doank. Katanya cuma buat ngecek ada bahasan yang penting atau nggak. Itupun aktifinnya lewat komputer, bukan pakek smartphone, karena apa ? Smartphonenya rusak. 

Ya beli lagi donk, Sob. 
Kataku. 

Tapi dengan mantab dia bilang :"Nggak ah, kebetulan, aku juga lagi puasa medsos". 

Lah kenapa ?
Tanyaku.

"Nggak kenapa-kenapa, lebih tenang rasanya nggak pakai medsos, nggak pakai smartphone, pakai hp biasa". 

Kan nggak praktis, mau komunikasi juga jadi nggak leluasa, nggak bisa tatap tatapan kita ? 

"Nggak apa-apa, dengerin suara juga kan udah cukup, yang penting kan komunikasi jalan". 

Iya sih. 
Tapiiii...kalau aku mah nggak sanggup. Sehari nggak ngemedsos aja gatel rasanya. 

"Terserah, masing masing punya pilihan dan pertimbangan sendiri, aku nggak ngajak kamu ikutan puasa medsos dan teman temannya. Cuman yaaaa aku pengen ngingetin nih, pastiin dulu niat kamu ngemedsos itu apa ? Kamu mau nebar kebaikan atau nebar apa ? Jejak apa yang mau kamu tinggalin di medsos kamu ? Pikirin itu yak". 

Spontan sempat terlintas dipikiran aku pengen njawab bahwa akh ngemedsos buat nyari kerjaan. Trus hasilnya bisa buat tambahan uang sakuku sekolah. Pengen njawab begitu. Tapi nggak lah. Nggak mau njawab. Nggak mau mbahas, nanti panjang. Apalagi waktu itu aku udaj nggak tahan. Aku pengen ke belakang buat panggilan alam. Jadi ya setelah aku minta nomor hpnya yang sering aktif trus kita saling cao gitu dah. 

Asli. Pesen sahabatku itu sukses bikin aku mikir, mikirin, ngerenungin, apa aja yang sudah aku lakukan di medsos. Positif nggak ya ? Ada manfaatnya nggak ya buat orang lain ? Atau malah bikin orang nggak enak hati ?.....

Kalau soal tenang atau nggak selama ngemedsos, alhamdulillah, aku hampir nggak pernah ngerasa sampai nggak tenang atau sumpek gitu selama aku pakai medsos. Temen-temen di medsos aku alhamdulillah sealur dan terutama mereka suka menebar energi positif. 

Trus selain itu, perasaan sih, selama ini aku nggak pernah neko2. Menurut kamu gimana ? Eh tunggu tunggu, kita udah temenan di medsos belum. Kalok belum, yuk kita temenan, saling follow gitu. Langsung aja cus ke @indachakim yak. Aku follback. *nyempetin hehe

Dulu, yang waktu heboh-heboh soal politik itu, aku pernah njajal bahas politik juga di salah satu akun medsos aku dan berakhir dengan perdebatan yang panjang banget bahkan setelah berhenti pun ada beberapa akun yang sepahaman dengan orang yang aku ajak debat itu pada nyamperin medsos aku. Ngasih tau segala macem dan bikin lelah banget. Huhuhu....
Dah, abis itu aku mutusin nggak mau mbahas yang memantik api lagi lah. Nggak kuat akunya. *Hahay.

Nah jadi setelah diomongin gitu sama sahabatku. Aku merenung kan jadinya. Merenung. Dan hasilnya...

Nggak bisa berhenti. Bisa sih. Kalau diusahain. Tapi entar entarlah. Lagi butuh juga. Buat berburu rejeki. Yaaaa lumayan. Membantu banget buat nambah nambah biaya sekolahku. 

Trus mau ninggalin jejak gimana di medsos ? Emmm...jejak yang baiklah pastinya. Penginnya gitu dan mengarah ke situ juga. Semoga terwujud. 

Yang baru aku usahain itu Instagram, berbagi hal yang sederhana. Mudah mudahan fb dan twitter bisa segera aku kondisikan. Terutama twitter. Suka khilaf curhat di situ. Hahay. 

Jadi ya baru begitu itu. Semoga kedepannya lebih baik lagi. Nggak hanya dimanfaatin buat berburu money, tapi semoga bisa menebar kebaikan dan kebahagian di hati temen temen medsos aku. Doain. 

Nah, kalau menurut kamu gimana ? Pernah terpikir nggak bakal berhenti ngemedsos ? Kalau pernah, karena apa nih ? Boleh donk dishare dimari. Buat bahan renunhan juga. Tks yaw.

***
Bahan renungan lain : Sudah cukupkah menunjukkan diy buat mainan sendiri untuk mengasah kreativitas anak

Sudah Cukupkah Menstimulus Kreativitas Anak Hanya dengan Menunjukkan DIY Membuat Mainan Sendiri ?


Sudah Cukupkah Menstimulus Kreativitas Anak Hanya dengan Menunjukkan DIY Membuat Mainan Sendiri ?

Jujur, pertanyaan ini seringkali terngiang dipikiran aku. Sering banget ngerasa ada yang kurang, ada yang belum bener dari pola parenting yang aku terapkan ke si kecil ken. 

Cemas. 
Khawatir. 
Secara kalau salah dalam pola parenting dapat menimbulkan dampak negatif bagi masa depan. Terutama masa depan si kecil ken. Naudzubillah. 

Iya. Aku memang memasukkan karakter kreatif dalam pola parenting yang aku terapkan ke si kecil ken. Bagi aku, juga pak suami yang idem-idem aja, kreatif merupakan karakter yang perlu dimiliki oleh si kecil ken. Apalagi di zaman saat ini. Dimana kretivitas tengah menjadi sorotan. Bukan hanya dalam hal pekerjaan saja. Akan tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari yang tak lepas dari berbagai macam masalah. Dari yang sederhana hingga kompleks. Yang mana dibutuhkan kreativitas untuk menghadapi lalu mengatasi masalah-masalah tersebut. Jadi untuk mempersiapkan hal ini, maka aku pun bertekad untuk menstimulus daya kreativitas si kecil ken sejak ia usia dini. 

Cara aku menstimulus si kecil ken bisa dibilang sederhana koq. Beneran. Kamu juga pasti bisa bikinnya. Cuma gini aja, istiqomah mengenalkan dan nunjukkin aktivitas membuat aneka macam mainan. Bahan-bahan yang aku pakai pun mayoritas dari barang bekas atau bahan-bahan yang ada disekitarku saja. 
Stimulus ini sudah aku lakukan dari si kecil ken masih berusia 1 tahun lebih dikit. 
Lama yak ? 
Ho oh. Hampir 3 tahunan lah yah. Eh 4 tahun ding. Cuma yang 1 tahun belakangan ini aku sering absen stimulus kreativitas si kecil ken. Karena faktor SS. Sibuk sekolah *Alesyan 😉 

Nah dengan masa stimulus yang cukup lama itu, alhamdulillah, sudah menunjukkan hasil sih. Meskipun belum signifikan ya. Berupa apa ? Kalau si kecil ken lihat kardus, atau botol-botol atau barang bekas apalah, ia suka memanfaatkan barang-barang tersebut menjadi mainan. 

Beberapa ide mainan yang ia buat ada yang seperti mainan yang pernah aku bikinin buat dia. Tapi ada juga mainan yang idenya dari dia sendiri. 
Dah, gitu aja aku udah seneng banget loh. Bersyukur. Terutama bagian dimana ia nyantol dengan apa yang aku kenalkan atau apa yang aku ajarkan ke dia. 

Karena hasilnya belum signifikan dan masa-masa menumbuhkan karakter kreatif bocah masih panjang juga kan, insyaAllah amiin, jadi aku melanjutkan tekad untuk tetap menstimulus kreativitas si kecil ken. 
Bikin ayun ayunan dr ini

Namun belakangan ini aku ngerasa apa yang aku lakukan tersebut belum cukup untuk menumbuhkan karakter kreatif ke si kecil ken. Karena kreatif itu sendiri tidak sebatas menciptakan sesuatu sebagaimana makna kreativitas dalam kbbi. Akan tetapi kreativitas memiliki makna yang luas. 

Ide mainan dari bocah sendiri
Manfaatin payung yg udh rusak jd perahu2an

Dari data GCI tahun 2015, Global Creativity Index, mengumumkan bahwa Finlandia adalah salah satu negara yang memiliki tingkat kreativitas yang tinggi. Masuk 5 besar. Cihuy kan tu negara. Udah masuk kategori pendidikan terbaik sedunia versi PISA eee sekarang masuk kategori negara dengan kreativitas yang tinggi juga. Tapi kalau dilihat dari sistem pendidikan yang dianut di sana ya wajar sih. Sebagaimana pendapat Hebb, ahli neurologis, yang bilang bahwa lingkungan memiliki pengaruh besar dalam membentuk karakter anak. Semakin kompleks atau kaya lingkungan tersebut maka semakin banyak juga hal yang bisa dipelajari, pengalaman-pengalaman yang bisa diambil oleh anak. 

Seorang guru di salah satu sekolah di Finlandia, namanya Timothy, menjabarkan bagaimana pendidikan di sana berjalan lewat buku yang ia tulis yang judulnya Teach Like Finland. Dari penjabaran Timothy ada beberapa hal yang membuat aku tertarik dan (sepertinya) belum ada di sini. Seperti bermusyawarah. Musyawarah sungguhan loh yah. Bukan sebatas teori doank. Sebagaimana yang terjadi di sini. Jadi di sana, guru seringkali mengajak para siswa bermusyawarah. Tidak hanya soal pelajaran namun juga saat akan melakukan kegiatan camping atau mengadakan kunjungan ke lokasi tertentu dan sebagainya. Guru pun membebaskan siswa untuk mengeluarkan pendapat, mengutarakan rencana-rencana mereka terkait dengan kegiatan yang akan mereka lakukan dan solusi solusi yang mereka tawarkan. Hal ini secara tidak langsung menstimulus kreativitas siswa dalam hal menghadapi dan mencari solusi dari suatu masalah di dunia nyata. Asyik kan ? 

Nah ada lagi yang membuatku tertarik, yakni pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan di kelas oleh guru di Finlandia. Bukan lagi pertanyaan yang cuma terkait dengan pelajaran melainkan pertanyaan terkait dengan isu-isu yang tengah beredar baik isu di dalam negeri maupun di luar negeri. Seperti pertanyaan tentang bagaimana mengatasi pencemaran lingkungan ? Terus Bagaimana pendapatmu mengenai dunia pendidikan yang blablabla. Hal ini tentu menstimulus kreativitas mereka bukan ?

Dari buku yang aku baca itu, ada beberapa yang bisa aku tiru. Tapi nggak langsung niru plek ketiplek sih. Aku adaptasi dulu lah. Aku sesuaikan dengan tahapan perkembangan si kecil. Yaaaa....masa' masih bocah udah ditanyakan hal yang serius gitu. Nggak tho ? Mulai dari hal yang sederhana lah yah. Seperti apa ? 

Misalnya, membiarkan si kecil mengutarakan pendapatnya tentang mainan yang ingin ia beli, aktivitas yang ingin ia lakukan, atau baju hingga kaos kaki yang ingin ia pakai. Kalau anak cewek mungkin bisa dibebaskan untuk memilih mau pakai bandana atau dikuncir saja, mau pakai rok tutu atau baju princess saja, dan sebagainya. Kalau mereka masih bayi sih enak enak aja mau makek in ini itu seperti kaos kaki bayi atau bandana bayi. Nggak protes. Selama mereka nyaman makeknya. La kalau sekarang, udah balita gini, sudah lagi bukan soal kenyaman tapi lebih kepada sesuatu yang si kecil suka. Misal baju yang sering si kecil pilih adalah baju yang ada karakter tokoh kartun kesukaan. Jadi ya gitu. Si kecil bukan kertas kosong. Punya pilihan sendiri. 

Style kreasi dia sendiri.
Lengkap dg sandal jepit favorit.

Kemudian hormati apa yang si kecil pilih. Kalau akhirnya pilihan mereka kurang pas, mungkin kita bisa membicarakannya dengan si kecil. Mencari alasan yang bisa ia mengerti. 
Trus kalau nggak bisa dibicarain juga alias si kecil ngotot gitu gimana ? Ya udah jangan dipaksa suruh ganti juga. Mending kita nyiapin cara untuk mengatasi dampak dari kurang pasnya pilihan mereka. Ya nggak sih ? Intinya, usahakan aktivitas mendelik melotot ngomel ngomel sebagai opsi paling akhir saat menghadapi pilihan atau tingkah si kecil yang kurang pas menurut kita.

Selain membiarkan si kecil bebas menentukan pilihannya, mau pakai baju apa, mau main yang mana, mau belajar apa dulu nih, dan sebagainya. Aku juga suka menanyakan beberapa hal yang mudah-mudahan bisa menstimulus kreativitas si kecil dalam hal merangkai ide lalu mengutarakannya. Seperti saat momen naik kereta api dan beberapa kali si ken mendapati kereta menyalip mobil dengan mudahnya. Maka aku pun nanya begini : "Lebih cepat kereta apa mobil ? Kecepatannya kereta berapa ? Mobil berapa ? Bahan bakarnya apa ? Lebih cepat kereta apa roket ?", dan sebagainya. Tentu jawaban si keci ken jauh dari kata benar. Tapi unik jawabannya dan dilengkapi juga dengan alasan yang unik. Asli. Lucu banget mereka. Ide-idenya juga lucu bin original.



Jadi, Sudah Cukupkah Menstimulus Kreativitas Anak Hanya dengan Menunjukkan Aktivitas DIY Membuat Mainan Sendiri ? Jawabanku adalah belum. BELUM CUKUP. Karena kreativitas itu luas boooooo'. So perlu dikembangkan lagi nih cara menstimulus kreativitas si kecil. Sesuaikan dengan perkembangan si kecil. Nah agar bisa melakukan ini, maka mamak harus semangat belajar, update pengetahuan, juga berusaha menstimulus diri sendiri untuk lebih kreatif lagi. Yoyoyow semangat emaks. Kamu juga yak. 
Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

About Me

Halo Assalamu'alaikum, Aku Inda, guru tk. Aku  ibu dari dua bocil, ken dan yumna, yang suka menulis, suka kulineran, jalan-jalan...