Beragam Jenis Model Mukena Berkualitas yang Layak untuk Dimiliki 

Sebagai manusia, tentu kesalahan tak pernah lepas dari diri kita dalam menjalani kehidupan yang fana ini. Sadarkah anda, sering kali kita abai terhadap apa yang semestinya kita lakukan, dan kita hindari. Terkadang kita menyadarinya, namun masih tetap saja melakukannya. Kita hanya memperbagus topeng dunia, yang hanya ingin terlihat indah di hadapan manusia. Namun, pernahkah kita berpikir untuk memperbagus diri serta akhlak kita di hadapan Sang Pencipta? Hal ini sangat jelas terlihat pada saat melaksanakan shalat wajib serta shalat sunnah lainnya. Berapapun jumlah uang yang harus kita keluarkan untuk mempercantik diri, dengan membeli produk kecantikan, membeli pakaian yang kita inginkan, sama sekali tak pernah merasa ragu. Semua ini dilakukan semata-mata agar terlihat lebih cantik, menarik dan lainnya hanya untuk manusia. Berbeda halnya ketika hendak melaksanakan shalat, bahkan memakai mukena pun dengan model mukena yang alakadarnya.

Berusaha untuk berpenampilan baik di hadapan manusia, adalah hal yang wajar. Namun, kurang tepat apabila hal tersebut menjadi prioritas utama dalam hidup. Karena pada dasarnya, pujian yang dilontarkan manusia tak akan berdampak apapun terhadap diri kita, karena yang memberikan kecantikan, keanggunan, dan lain sebagainya tidak lain hanyalah Allah. Berikut ini, kami hadirkan beberapa model mukena terbaru dari hijup.com yang siap untuk menemani anda saat berdialog mesra dengan yang Maha Kuasa.

Jenis mukena yang pertama ini, dapat dipastikan akan sangat nyaman saat digunakan. Sehingga mampu mendukung khusu-nya shalat yang dilakukan. Terbuat dari bahan berkualitas tinggi, yakni dari beludru sutra, yang akan nampak lebih glamor. Tepat sekali digunakan baik untuk hari-hari biasa, dan hari besar seperti ‘Idul Fitri.

Bagi anda yang sering bepergian, tentu jangan lupa untuk memastikan tas anda berisi mukena. Nah, mukena yang satu ini cukup praktis untuk anda bawa kemana saja anda pergi, karena telah dilengkapi dengan tas yang simple. Bahkan tas tersebut dapat dijadikan sajadah dengan ukuran yang lebih kecil. 

Balqis Prayer Set Dusty Pink

Cara Menstimulasi Kecerdasan Intrapersonal Anak

Cara Mentimulasi Kecerdasan Intrapersonal Anak Kinestetik ~ Kecerdasan intrapersonal menirut Howard Gardner adalah kemampuan dalam memahami diri sendiri. Baik itu mengetahui apa yang diinginkan atau dicita-citakan, mengetahui apa yang paling disukai serta tahu seperti apa reaksi yang harus dilakukan saat menghadapi sesuatu hal.

Ciri-ciri dari anak dengan kecerdasan intrapersonal adalah memiliki keinginan yang kuat. Memiliki cara sendiri untuk menyelesaikan/membuat sesuatu. Jarang mau disalahkan. Mandiri dan sebagainya.

Sama dengan 7 kecerdasan lainnya, stimulasi untuk kecerdasan intrapersonal ini juga perlu dilakukan. Sebab dengan memiliki kecerdasan intrapersonal yang cukup kuat maka nantinya anak tidak akan mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya. Ia paham dengan dirinya sendiri. Ia paham dengan kemampuannya sendiri. Dan ia paham dengan apa yang paling ia cita-citakan atau ia inginkan.

Cara menstimulasi kecerdasan intrapersonal ini bisa dilakukan dengan sering mengajak si kecil berkomunikasi. Misalnya dengan menceritakan arti nama dari si kecil. Kemudian menanyakan warna apa yang ia sukai. Apa makanan yang ia suka. Mengapa suka dengan film kartun ini dan lain sebagainya.

Komunikasi seperti ini harus sering dilakukan dan terus berlanjut serta disesuaikan dengan tahapan perkembangannya. Misalnya saat si kecil sudah sekolah dasar. Maka pertanyaan yang diajukan seperti pelajaran apa yang ia suka ? mengapa suka pelajaran itu ? lalu langkah apa yang harus dilakukan agar mendapatkan hasil maksimal di pelajaran yang ia sukai itu dan sebagainya.

Lalu bagaimana menstimulasi anak yang aktif bergerak seperti si kecil ken yang merupakan anak kinestetik ini ?. Sama seperti menstimulasi 6 kecerdasan lainnya yakni dengan memanfaatkan kecerdasan kinestetik itu sendiri. Jadi menstimulasi kecerdasan intrapersonal pada anak kinestetik adalah dengan gerakan juga. Antara lain sebagai berikut :

● Sebutkan nama si kecil seraya meletakkan tangan kita padanya.

● Ajak si kecil mewarnai lalu tanyakan warna apa yang ia suka.

● Tunjukkan kartu bergambar buah-buahan lalu tanyakan buah apa yang ia suka.

● Minta ia memilih mainan apa yang ia suka.

● Dan sebagainya.

Dengan melakukan stimulus ini, akan membuat si kecil belajar meraba-raba apa saja yang ia sukai dan tidak ia sukai. Apa saja yang membuat ia nyaman dan tidak. Serta apa saja yang ia inginkan dan tidak. Kemudian ia juga akan berani mengungkapkan apa yang ia suka, mana yang ia pilih dan apa yang ingin ia lakukan. Lalu dampak positif jangka panjangnya adalah nantinya ia tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan. Terutama saat ia berada di lingkungan yang tidak baik.

Seperti itulah hasil stimulasi kecerdasan intrapersonal pada si kecil ken. Selain itu ia juga punya pilihan sendiri juga punya cara sendiri. Terutama cara untuk memainkan mainannya.

Jadi, yuk menstimulasi kecerdasan intrapersonal si kecil sejak dini. Sebagai bekal untuk masa depannya nanti. :)

Cara Menstimulasi Kecerdasan Interpersonal Si Kecil

Cara Menstimulasi Kecerdasan Interpersonal Anak Kinestetik ~ Ibu mana yang tidak akan terharu saat mendengar si kecil mengucapkan kalimat : "i love you mom". Atau saat si kecil mencoba menghapus air mata di pipi sang ibu yang tengah bersedih. Atau saat si kecil bergegas membantu sang ibu membersihkan rumah. Rasanya bukan hanya terharu. Bahkan lebih dari itu. Yakni rasa bahagia syukur alhamdulillah. Sebab telah dianugerahi seorang anak yang sangat memahami orangtuanya.

Kemampuan seperti itu disebut Howard Gardner sebagai kecerdasan interpersonal. Yakni kemampuan memahami orang lain.

Setiap anak pasti memiliki kecerdasan interpersonal ini. Yang membedakan hanya kadarnya saja. Ada yang kadar kecerdasan interpersonalnya tinggi (dominan). Namun ada juga yang sebaliknya.

Ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan interpersonal dominan ini adalah pandai bergaul. Memiliki banyak teman. Suka berinteraksi dengan orang lain dan sebagainya.

Kecerdasan interpersonal ini bisa dikatakan sangat amat penting dimiliki oleh si kecil. Sebab, kelak, kecerdasan ini dapat membantunya dalam hal bersosialisasi. Maka dari itu, bagi si kecil yang kadar kecerdasan interpersonalnya rendah harus diberikan stimulasi.

Menstimulasi si kecil tentang bagaimana memahami orang lain bisa dibilang cukup sulit. Karena berkaitan dengan rasa. Anak yang memiliki kecerdasan linguistik dominan, atau visual spasial akan lebih mudah saat diberikan stimulasi. Yang sedikit membutuhkan usaha keras itu adalah menstimulasi anak dengan kecerdasan kinestetik dominan. Seperti si kecil ken (3 tahun) yang tidak bisa duduk diam terlalu lama dan sangat aktif bergerak.

Meskipun begitu, menstimulasi anak dengan kecerdasan kinestetik dominan tetap bisa dilakukan. Caranya adalah dengan memanfaatkan kecerdasan kinestetik itu sendiri untuk menstimulasi kecerdasan interpersonal. Antara lain sebagai berikut :

● Tunjukkan aneka macam ekspresi kepada si kecil. Lalu ajak si kecil melakukannya secara bersama-sama. Berikan pemahaman tentang ekspresi tersebut. Serta dilakukan secara berulang-ulang. Sebab ini berkaitan dengan rasa.

● Ajak ia untuk menggerakkan jari-jarinya guna menggambar aneka macam ekspresi yang telah ia ketahui.

● Ajak ia berinteraksi dengan orang lain.

● Ajak ia pergi ke arena bermain untuk mengenalkan rasa mau menunggu giliran bermain tiba.

Cara stimulasi di atas benar-benar memanfaatkan kecerdasan dominan yag dimiliki si kecil. Dalam hal ini adalah kecerdasan kinestetik. Hal ini tak hanya membuat kecerdasan interpersonal si kecil muncul. Namun juga mengasah kecerdasan kinestetik itu sendiri. Sekali dayung dua pulau terlampaui.

Lalu seperti apa hasilnya ?.

Sering kali orang-orang sekitar ken memanggilnya cool kid. Anak cuek. Sebab kalau sedang fokus terhadap sesuatu, ia tak akan menoleh ketika dipanggil namanya. Begitu juga saat diajak berinteraksi dengan para tetangga, kadang si ken bersikap manis ( itupun kalau si ken memang ingin melakukannya dan hatinya sedang bahagia ). Namun lebih sering tidak. Hampir tak ada respon darinya saat melihat aneka macam ekspresi orang-orang yang tak ia hiraukan.

Nah setelah melakukan stimulus di atas, maka hasilnya adalah si ken malah excited banget mencoba beraneka macam ekspresi. Baik diekspresikan dalam bentuk gambar yang ia buat maupun mengeskpresikan sendiri di wajahnya. Selain itu ia juga paham dengan maksud atau arti ekspresi wajah tersebut. Ia akan memberi respon berbeda saat melihat ekspresi wajah sedih maupun gembira.

Kemudian soal hasil dari mengajak si ken bermain di arena bermain umum (perosotan) adalah ia mau mengurangi kecepatan geraknya untuk  menunggu gilirannya meluncur.

Hasilnya memang tidak seberapa. Maka dari itu, untuk mendapatkan hasil maksimal diperlukan adanya stimulasi berkelanjutan untuk menghadirkan kecerdasan interpersonal kepada si kecil.

Menstimulasi Kecerdasan Linguistik Anak dengan Memanfaatkan Kecerdasan Dominan Anak

Kecerdasan kinestetik merupakan suatu kemampuan dalam menyerap informasi hingga menyelesaikan masalah dengan cara menggerakkan anggota tubuh. Anak dengan kecerdasan kinestetik memiliki ciri-ciri sebagai berikut : suka bereksplorasi, aktif bergerak, tidak bisa diam terlalu lama, dan mahir olah tubuh. Anak dengan kecerdasan kinestetik ini, biasanya, unggul dalam hal olah tubuh seperti olahraga. Serta unggul dalam melakukan percobaam atau praktikum.

Karena keinginannya untuk bereksplorasi amat tinggi yang mendorongnya untuk selalu aktif bergerak dan tidak ingin duduk diam terlalu lama. Maka hal ini berdampak pada kecerdasan linguistiknya. Yang mana kecerdasan linguistik ini bisa diraih oleh anak dengan cara fokus memperhatikan (ekspresi mulut) juga mendengarkan kata-kata atau suara-suara apa yang ada disekitarnya. Dengan begitu ia akan mudah meniru kosa kata yang telah ia dengar. Dan selanjutnya ia akan belajar memahami penggunaan dari kosa kata tersebut.

Meskipun demikian, kecerdasan linguistik yang kurang menonjol tersebut harus tetap dihadirkan pada anak kinestetik. Caranya adalah dengan memanfaatkan kecerdasan kinestetik itu sendiri dna beberapa kecerdasan lain yang juga menonjol pada diri anak.
Misalnya seperti kasus si kecil ken. Ken merupakan anak dengan kecerdasan kinestetik dominan. Namun selain itu, ia juga memiliki beberapa kecerdasan lain yang menonjol yakni kecerdasan bermusik dan kecerdasan visual spasial. Dengan modal 3 kecerdasan ini, maka menstimulasi kecerdasan linguistik ken akan lebih terarah, jelas, mudah, dan juga cepat ada hasilnya.

Lalu seperti apa menstimulasi kecerdasan linguistik dengan memanfaatkan kecerdasan dominan yang dimiliki si kecil (dalam hal ini menggunakan contoh kecerdasan kinestetik, musik dan visual spasial) ?. Caranya adalah sebagai berikut :

● Menstimulasi kecerdasan linguistik dengan memanfaatkan kecerdasan kinestetik.
Sebagaimana yang disebutkan di atas, maka cara memanfaatkannya adalah dengan menyebutkan nama dari aneka macam gerakan, aktivitas,hingga menyebutkan apa saja yang si kecil temui atau si kecil lihat saat sedang beraktivitas.

Misalnya saat sedang mengajak si kecil jalan-jalan ke pantai. Maka kita bisa menunjukkan seraya menyebutkan bahwa ini namanya pohon kelapa. Misalnya saat ia menunjuk perahu, maka kita harus segera menyebutkan bahwa itu namanya perahu. 

Misalnya lagi, saat si kecil sedang menyusun balok bongkar pasang maka kita bisa menyebutkan aneka macam warna balok bongkar pasang tersebut. Dan sebagainya.
Intinya apapun aktivitas si kecil, kita harus bisa mengambil kesempatan untuk memperkaya kosa katanya. Sekaligus membuat ia paham akan penggunaan kosa kata tersebut.

Menstimulasi kecerdasan linguistik dengan memanfaatkan kecerdasan visual spasial.
Kecerdasan visual spasial anak adalah kemampuan anak dalam segi visual dan bangun ruang. Anak dengan kecerdasan ini ditandai dengan suka gambar, mahir menggambar, mudah menghapal arah, serta kenal dan cepat paham dengan bangun ruang.

Lalu bagaimana cara memanfaatkannya ?. Caranya adalah berikan aneka macam gambar kepada si kecil. Bisa dimulai dari gambar benda-benda di sekitarnya. Kemudian kita tunjukkan satu persatu kepada si kecil seraya menyebutkan nama dari gambar tersebut.

Cara lain lagi yaitu dengan mengajaknya melakukan aktivitas menggambar bersama-sama. Bisa dimulai dengan menggambar benda-benda favorit si kecil (mainan kesukaannya atau baju kesukaannya atau tokoh kartun favoritnya). Kita bisa menggambar sambil mengatakan setiap detail dari apa yang kita gambar.

Menstimulasi kecerdasan linguistik dengan memanfaatkan kecerdasan bermusik.
Anak dengan kecerdasan bermusik ini memiliki ciri-ciri suka dengan musik.  Suka mengubah benda yang ada di sekitarnya menjadi alat musik. Menunjukkan rasa ketertarikannya dengan aneka macam alat musik. Suka mengganti lirik lagu. Bahkan bisa membuat nada lagu sendiri.

Cara memanfaatkan kecerdasan ini adalah dengan memperdengarkan si kecil lagu-lagu anak. Atau bisa juga dengan mengajak si kecil menyanyi sambil menari bersama dan sebagainya.

Setiap usaha pasti ada hasilnya. Dan hasil dari menstimulasi kecerdasan linguistik dengan memanfaatkan kecerdasan yang lebih menonjol dari anak (dalam hal ini mengacu pada kasus ken) dapat dikatakan sangat baik.

Saat umur ken 18 bulan, yang mana merupakan masa-masa anak mulai bermain kosa kata, ken malah belum memulai bermain kosa kata. Namun setelah diberikan stimulus seperti ini, ken menjadi suka bermain kosa kata. Bahkan ia bisa cepat meniru kata yang ia dengar. Meskipun pelafalannya masih kurang jelas.

Hasil yang sangat baik ini juga diperlukan ketelatenan, pengulangan dan penghargaan (seperti tepuk tangan atau peluk sayang) untuk si kecil setiap ia mencoba untuk bermain kosa kata. Dan satu lagi gunakan kata -kata yang mudah dipahami si kecil serta dilafalkan dengan jelas.

Begitulah beberapa cara untuk menstimulasi kecerdasan linguistik anak (dalam kasus ini untuk anak dengan kecerdasan kinestetik dominan, musik, dan visual spasial). Semoga bermanfaat yak. :)

Menstimulasi Kognitif Anak dengan Permainan Simsalabim Jadi Apa ?

Usia 0-6 tahun dikatakan sebagai masa golden age si kecil. Saat itu tumbuh kembang si kecil melesat begitu cepat. Imitasi yang mereka lakukan pun diibaratkan lebih canggih dari mesin foto copy tercanggih. Cepat, dan sama persis. Oleh sebab itu, para orangtua berusaha untuk tidak menyia-nyiakan masa golden age si kecil ini.

Salah satu bentuk usaha orangtua adalah dengan menstimulasi kognitif si kecil. Seperti mengenal angka, huruf abjad, dan hijaiyah. Serta mencoba memberikan pemahaman jika ini maka begitu atau yang seperti ini ini ini namanya itu dan lain sebagainya.

Banyak orang yang kurang setuju dengan menstimulasi unsur kognitif pada si kecil sejak usia dini. Dengan alasan belum waktunya si kecil untuk mendapatkan stimulus seperti itu. Dan lebih baik masa golden age si kecil dilalui dengan bermain. Lalu bagaimana jika seperti ini, Lebih baik masa golden age si kecil dilalui dengan bermain sambil belajar ?.

Pemberian bold pada kata bermain tersebut merupakan hal yang menjadi prioritas. Bukan belajar yang menjadi prioritas utama. Sebab jika belajar menjadi prioritas utama maka selanjutnya yang ingin diketahui adalah hasil dari kegiatan belajar itu sendiri. Seperti bisa melakukan ini atau bisa me,baca itu. Kemudian apabila sudah berbicara hasil maka akan ada strategi-strategi tertentu untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Bahkan bisa saja aalah satu strategi tersebut berupa memberikan hukuman pada si kecil. Oleh sebab itu, yang menjadi prioritas adalah bermain. Yang mana hasil dari bermain adalah perasaan bahagia.

Saat ini mencari ide permainan untuk menstimulasi kognitif si kecil sudah semakin mudah dan banyak pilihan. Mulai dari yang manual sampai permainan yang canggih sekalipun sudah tersedia. Tinggal disesuaikan dengan tumbuh kembang si kecil saja.

Salah satu permainanan manual yang dapat digunakan untuk menstimulasi kognitif si kecil dalam mengenal huruf abjad adalah permainan Simsalabim Jadi Apa. Sekilas, apabila dilihat dari nama permainannya saja, memang nampak seperti permainan sulap. Namun sebenarnya ini hanya kertas putih yang dioles lem. Olesan lem tersebut dibentuk seperti huruf-huruf abjad. Kemudian taburkan kertas bekas yang sudah digunting kecil-kecil di atas olesan lem tersebut. Angkat kertas. Dan SIMSALABIM keluarlah huruf Abjad. Lalu si kecil akan bersorak kegirangan.

Meskipun sederhana, permainan ini berhasil membuat si kecil menjadi antusias dan senang. Apalagi saat ia menaburkan potongan-potongan kertas di atas kertas yang sudah diberi lem. Proses menstimulasi kognitif si kecil menjadi terasa menyenangkan.

Jadi, perhatikan baik-baik masa golden age si kecil. Berikan stimulus dengan cara yang menyenangkan. Yakni bermain sambil belajar.

Kenali Gaya Belajar Anak

Setiap orang memiliki cara masing-masing dalam menerima, menyerap, memahami, dan mengolah informasi yang diperoleh atau disebut dengan gaya belajar. Cepat atau lambatnya seseorang dalam mengingat serta memahami informasi yang diterima tergantung pada ketepatan gaya belajar yang digunakan. Oleh sebab itu mengetahui gaya belajar amatlah, amatlah penting. Sebab selain untuk memberikan kemudahan bagi anak dalam menyerap, memahami, dan mengolah informasi yang ia terima. Juga akan memberikan kemudahan bagi orangtua ataupun guru dalam menstimulasi kecerdasan majemuk anak.

Menurut Deporter, ada 3 macam gaya belajar. Pertama adalah gaya belajar auditori. Kedua adalah gaya belajar visual. Dan yang ketiga adalah gaya belajar kinestetik. Ketiga macam gaya belajar ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Pertama : Gaya Belajar Auditori

Gaya belajar auditori merupakan cara seseorang menerima, memahami dan mengolah informasi dengan menggunakan indera pendengar yakni telinga. Metode ceramah adalah salah satu metode belajar yang cocok dipaka untuk memberikan informasi pada anak yang memiliki gaya belajar seperti ini.

Di sisi lain, anak dengan gaya belajar auditori ini sedikit kurang dalam hal memahami gambar, diagram, flowchart, dan sebagainya. Jadi jika nanti bertemu dengan informasi yang berbentuk gambar, diagram, atau lainnya, maka langkah yang dilakukan orangtua adalah memberikan penjelasan kepada anak. Gambarkan dalam bentuk kata-kata. Dan dengan kalimat yang mudah dicerna olehnya.

Kedua : Gaya Belajar Visual

Anak dengan gaya belajar visual ini memiliki ciri-ciri mudah menerima,memahami dan mengolah informasi yang dikemas dalam bentuk gambar, flowchart, bagan dan sebagainya. Sebaliknya ia sedikit lemah dalam menyerap informasi yang disampaikan dengan metode ceramah, diskusi, dan sebagainya.

Nah oleh karena metode belajar yang dipakai di sekolah rata-rata menggunakan metode ceramah, diskusi, dan sebagainya. Maka solusi bagi anak dengan gaya belajar visual ini adalah dengan menggunakan mind mapping. Seperti misalnya membuat bagan atau flowchart dari materi yang disampaikan oleh guru maupun materi yang ia baca.

Ketiga : Gaya Belajar Kinestetik

Gaya belajar kinestetik merupakan cara anak menerima, memahami dan mengolah informasi dengan cara menyentuh atau berinteraksi secara langsung. Metode belajar yang pas untuk anak dengan gaya belajar ini adalah metode demonstrasi, praktikum, dan sebagainya.

Misalnya ingin menjelaskan tentang materi jual beli maka anak bisa diajak untuk bermain pasar-pasaran. Atau ingin menengenalkan soal pengurangan dan. penjumlahan. Caranya dengan menggunakan konsep berbagi. Kemudian apabila materi yang ingin dijelaskan tentang pencernaan manusia dimulai dari mulut hingga usus bahkan anus maka caranya adalah membuat simulasi soal itu. Jadi kinestetik memang butuh lebih banyak bereksplorasi, mencoba, dan melakukan beberapa praktik sederhana.

Nah itulah beberapa macam gaya belajar anak. Semoga bermaanfaat yak. Dan cao.

5 Alasan Tidak Mengikutkan Anak Ke Sekolah AUD

Saat ini, menyekolahkan si kecil di sekolah anak usia dini tengah menjadi tren bagi para orang tua. Hal ini tidak lagi terjadi di kota, melainkan juga di desa-desa. Pelakunya bukan lagi para ibu bekerja, melainkan juga dilakukan oleh para ibu rumah tangga. Bukan hanya ekonomi menengah ke atas, akan tetapi juga dilakukan oleh hampir seluruh tingkatan kelas ekonomi. Sebab saat ini sudah ada sekolah anak usia dini yang biayanya cukup terjangkau.

Kenyataan ini bisa dikatakan sebagai adanya peningkatan kesadaran para orangtua untuk memberi pendidikan kepada anak-anaknya sedini mungkin. Sebuah kenyataan yang menghembuskan angin segar di dunia pendidikan. Angin segar yang membawa rasa optimis bahwa pendidikan di negeri ini akan melesat maju. Standing applause untuk para orangtua saat ini.

Sekilas memang tren ini nampak bernilai positif. Dan iya. Memang bernilai positif. Akan tetapi tidak berlaku mutlak. Maksudnya jangan jadikan menyekolahkan anak di sekolah usia dini ini menjadi satu-satunya cara untuk memberikan pendidikan kepada anak.

Persepsi demikian sepertinya sudah menjalar di masyarakat. Begitu melihat anak usia dini maka pertanyaan-pertanyaan seperti ini akan bermunculan. Antara lain : "Sudah sekolah ?", "Sekolah di mana ?", "Sudah diajarin apa saja di sekolah ?", "Wah pinternya sudah bisa nulis, pasti nanti jadi juara kelas", "Koq baru bangun ? nggak sekolah yah ?", dan satu lagi : "Koq nggak sekolah ? Si budi, si andi, sudah sekolah semua".

Padahal menyekolahkan anak di sekolah usia dini bukan satu-satunya cara memberi pendidikan kepada anak. Masih ada cara lainnya. Salah satunya dengan cara belajar di rumah atau yang lebih di kenal dengan nama homeschooling.

Selama ini, orangtua yang memilih homeschooling untuk anaknya dianggap karena ragu dengan lembaga pendidikan yang ada. Tidak selalu begitu. Ada juga orangtua yang memilih homeschooling untuk anaknya dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. Merupakan Anak dengan Kecerdasan Kinestetik

Menurut Howard Gardner, ada 9 kecerdasan yang dimiliki oleh setiap anak. Yakni kecerdasan linguistik, kinestetik, visual spasial, musik, interpersonal, intrapersonal, natural, logika matematika dan kecerdasan moral. Nah di antara sekian banyak macam kecerdasan tersebut, ada satu kecerdasan yang sering dianggap miring. Dan itu adalah kecerdasan kinestetik.

Ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan kinestetik adalah anak yang mahir dalam melakukan olah tubuh. Tidak bisa duduk diam terlalu lama. Suka bereksplorasi dan sebagainya. Oleh sebab itu, anak dengan tipe ini sedikit susah untuk diajak duduk diam di dalam kelas untuk mengikuti kegiatan belajar. Dan tidak menutup kemungkinan hasil belajar si kecil selama belajar di sekolah tidak terlalu terlihat signifikan.

Kalau bertemu dengan siswa seperti ini maka guru harus mendampingi si anak kinestetik ini atau bisa memberikan aktivitas khusus untuknya (yang berhubungan dengan materi belajar yang sedang dipelajari bersama). Demi agar tetap terciptanya kondisi kelas yang kondusif untuk anak-anak lainnya. Sementara si anak kinestetik bisa mengikuti pelajaran dengan baik.

Jadi anak usia dini dengan kecerdasan kinestetik yang dominan lebih baik untuk homeschooling dulu. Belajar di rumah sambil bermain dan bereksplorasi.

2. Merupakan Anak dengan Otak Kanan Dominan

Menurut Rogger Sperry, seorang ahli neuropsikolog, fungsi otak manusia dibagi menjadi dua bagian yakni otak kanan dan otak kiri. Masing-masing bagian ini memiliki fungsi yang spesial. Tanpa tergantung satu dengan yang lainnya. Cara kerjanya juga berbeda.

Otak kiri bekerja secara seri. Berurutan. Sementara otak kanan bekerja secara paralel. Melompat-lompat.

Cara belajar anak dengan otak kanan dominan adalah lebih suka belajar dengan tidak terikat waktu. Kadang ia suka belajar di pagi hari, kadang juga sore hari. Setelah mandi atau setelah makan.

Jadi anak usia dini yang seperti ini lebih baik melakukan homeschooling terlebih dahulu. Belajar di rumah. Sambil bermain. Terserah kapan waktunya. Jika anak belajar dengan perasaan senang, maka hasilnya pun akan memuaskan.

3. Si Ibu Bisa

Point ketiga ini tergantung dari kemampuan ibu. Karena tidak semua ibu mampu mendidik si kecil. Baik itu disebabkan karena pengetahuan yang masih minim dengan dunia anak. Atau bisa juga karena tak punya cukup waktu. Sebab bekerja.

Jadi jika ibu memilih homeschooling untuk anak. Maka ibu tak hanya harus punya cukup waktu. Namun juga harus memperkaya ilmu pengetahuan tentang dunia anak.

4. Materi

Setiap orangtua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Termasuk pendidikan. Namun biasanya, untuk memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak membutuhkan materi yang tidak sedikit.

Misalnya ingin memberikan pendidikan terbaik untuk anak dengan kecerdasan kinestetik. Maka sekolah yang cocok untuk anak kinestetik adalah sekolah yang lebih banyak melakukan praktikum atau sekolah alam. Sekolah yang seperti ini pasti memerlukan biaya yang lumayan.

Jadi jika belum mampu materi untuk memberikan pendidikan terbaik untuk anak. Maka solusinya adalah homeschooling terlebih dahulu. Melakukan praktikum-praktikum dengan alat sederhana atau bisa memanfaatkan barang bekas yang ada. Bukan malah mengikutkan anak ke sekolah anak usia dini yang apa adanya. Apalagi sekolah tersebut kurang cocok dengan kecerdasan yang dimiliki anak.

5. Anak Belum Meminta atau Berkeingan Untuk Sekolah

Jadi sebelum mengikutkan anak ke sekolah usia dini. Alangkah baiknya jika orangtua mempertimbangkannya terlebih dahulu. Demi mendapatkan yang terbaik untuk anak.

Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

About Me

Halo Assalamu'alaikum, Aku Inda, guru tk. Aku  ibu dari dua bocil, ken dan yumna, yang suka menulis, suka kulineran, jalan-jalan...