Aku dan Kostum Hitamku

"Baca aja ayat kursi 3 kali tanpa nafas, nanti kamu pasti bisa hilang"
Kalimat itu yang sering aku dengar semasa kecil. Saat itu lagi santer berita orang bisa ngilang.
Aku sering mempraktekkan itu, terutama waktu maen petak umpet. Tapi tetep aja gagal. Kata temenku, mungkin aku ngirup udara sedikit jadi mantranya gagal. Padahal, aku ngerasa udah bener-bener nahan nafas. Paru paru rasanya sampek sumpek. Itu waktu kecil. Beda lagi dengan masa SMA.


SMA, keinginanku untuk bisa menghilang sudah hilang. Berganti ingin agar tidak terlihat?. Maksudnya tidak jadi perhatian. Karena terus terang, soal penampilan, aku kurang percaya diri.
Salah satu caranya dengan menghindar dari warna cerah, dan hanya memakai warna gelap terutama hitam. Otomatis mayoritas kostumku berwarna hitam. Jilbab, baju, celana, semuanya hitam. Dengan begitu aku merasa tak terlihat. Ini berlangsung hingga aku kuliah.
Suatu hari aku mengenakan kostum hitamku seperti biasa aku merasa sangat nyaman dan aman terutama saat lewat dikerumunan cowok cowok yg suka ngejahilin orang terutama cewek yang lewat disitu. Biasanya aku selalu lolos. Menurutku, berkat kostum hitamku. Namun kali ini tidak
"Mbak ini rek, medeni, serem, item item, koyok tumo (kutu rambut)" celetuk seseorang. Aku tak berusaha mencari tahu, rupa laki-laki yang teganya berkata begitu padaku. Aku memulih berjalan cepat. Segera menjauh dari tempat itu.
"Karang untu (gigi)koq" satu lagi
"Upil garing yo" satu lagi
Mereka tertawa bahagia. Sedangkan aku kudu nabok tu wajah atu atu. Berkat mereka, aku sukses jadi fokus perhatian.
Sejak saat itu jika kami bertemu mereka memanggilku tumo atau upil garing. Hhh. Mau tak mau aku mulai memberi warna pada kostumku. Apalagi kalau lewat di depan mereka. Cari jalan lain sih bisa, tapi jauh, noh noh disonoh.

"Tulisan ini diikutsertakan pada#BlackGiveaway"



Sebab Siti Rajin Mengaji

Sebab Siti Rajin Mengaji

Gadis kurus itu siti. Anak keempat dari 5 bersaudara. Emak uwaknya pedagang panganan tradisional. Siti ikut menjajakan dagangan emaknya di sekolah. Kalau tak habis, siti berjualan keliling desa. Hal inilah yang membuat siti sering terlambat mengaji.
"Terlambat lagi siti?"kata bu fiah, guru ngaji siti yang pernah menjuarai MTQ. Ia juga terkenal disiplin. Menurutnya, disiplin kunci keberhasilan.
"Iyα,maaf bu fiah"
"Iya,tp kamu harus menerima konsekuensinya lo ya" kata bu fiah. Siti mengangguk. Jika terlambat maka siti harus mengaji di luar ruangan. Siti tak sedih dengan hukuman tersebut karena ia masih bisa mendengarkan materi qiroah favoritnya yang disampaikan bu fiah. Ia sedih karna tak ada qur'an ditangannya. Sebab ia tak punya.
Siti suka qiroah. Menurut siti, qiro'ah tak kalah indah dengan musik dangdut yg ia dengar di radio.
"Anak anak sebentar lagi akan ada MTQ. Belajar yang tekun, biar bisa ikut dan menang lomba"kata bu fiah setelah selesai mengaji. Pulang mengaji siti mengulang kembali materi qiroahnya tentunya memakai al-qur’an dirumahnya yang sudah lepas sana sini. Berkali kali.

Hingga tiba saatnya.
"Emak, siti mau berangkat. doakan siti ya mak"pamitnya seraya mencium tangan emaknya.
"Iya,kalau kalah jgn kecil hati ya nak"pesan si emak. Siti mengangguk.

Perlombaan dimulai dan berakhir sore hari. Pemenangnya akan diumumkan saat nuzulul quran. Siti tak banyak berharap. Ikut lomba saja sudah senang.

Nuzulul quran. Saatnya pengumuman. Perasaan siti yang semula biasa saja kini jadi deg-degan. Dan rasa itu hilang saat nama pemenangnya di sebutkan.
"Siti aminah".
Mata siti terbelalak. Terkejut sekaligus tak menyangka bahwa ia adalah juaranya. Bahwa ia yang nantinya akan mewakili desanya ikut lomba qiroah untuk anak anak di tingkat kecamatan.
Siti naik ke atas panggung untuk menerima piala sekaligus hadiah. Ia sempat melihat ke bu fiah yang tengah tersenyum kepadanya. Siti senang sekali. Selesai acara, dengan berlari kecil ia pulng ke rumah.
Emak adalah org pertama yang ingin siti temui.
"Siti menang makkkk"serunya bahagia. Emak memeluknya.
"Alhamdulillah"ucap emak, ia mengusap air yang tergenang di sudut matanya.

“Yang paling siti seneng mak hadiahnya al quran mak alquran. Akhirny siti bisa ngaji nggak modal kuping aja mak. Tapi juga ini " siti mencium-cium Al-qur’annya yang begitu apik nan cantik yang dipesan langsung dari Syaamil Quran. Di dalam hatinya ia berjanji akan sering mengaji dan semakin semangat belajar lagu-lagu dalam seni membaca al-Quran.

Hakim, Sahabat Para Buruh








Aku dulu punya teman. Bukan teman sepermainan lo ya, tapi seperjuangan (MERDEKA!!!). Bedanya dia aktif, aku pasif alias melempem, lama-kelamaan mundur teratur, menghilang dari yang namanya memperjuangkan hak-hak buruh (tak patuuutttt..#godek-godek).
Hakim (baju merah) n friend



Namanya Hakim. Semasa kuliah, aktif di BEM juga SPM (Serikat Perjuangan Mahasiswa). Menjelang lulus ia berkecimpung di SPBI, solidaritas perjuangan buruh indonesia. Tak hanya memberikan pendidikan seputar undang-undang tenaga kerja, hak-hak serta kewajiban para buruh, ia juga merangkap sebagai tim advokasi buruh. Jadi jika ada buruh yang terampas haknya, maka hakimlah yang maju. Maju? Maksud eke hakim yang akan memperjuangkannya. Tak jarang, jika para buruh berdemo, ia turut serta, dari mulai membawa spanduk, jadi seksi dokumentasi dan ikut berorasi. Orator adalah keahliannya. Ia ahli membakar semangat para buruh untuk tetap berdemo meskipun panas menerjang, aparat menghadang dan perut keroncongan. Semua hal itu ia lakukan murni karena kesadaran diri juga free, tanpa bayaran.
Me : “masa’ sampean nggak dibayar pak hakim?” tanyaku pada pak hakim. O ya aku sengaja menemuinya di tempat ngopi kesukaannya. Ya biar bisa wawancara, foto bersama, trus ikut GA emak winda (emak gaoel).

He :“mau dibayar pakek apa?La wong iuran arek-arek pabrik Cuma cukup dipakek operasional kantor SPBI, seperti nyicil bayar kontrakan buat kantor, beli kertas plus tinta untuk kebutuhan ngeprint surat-surat, bayar listrik, PDAM, konsumsi kalau-kalau ada rapat, sudah cuma itu saja, ndak ada lebihnya, malah kadang duit dikatong ikut katut (terpakai). Aku ndak mengharap bayaranm yang penting organisasi jalan plus arek-arek solid. Aku masih bisa berburu rejeki sendiri. Rejeki ngulang (mengajar) alhamdulillah isok nyukupi aku dan keluargaku”. jawabnya puanjaaaangggg sekali. Ia menghisap rokonya dalam-dalam. Lalu..buuullll.

Me :“programnya sekarang apa saja pak hakim?masih seperti dulu kah?”

He :“Masih sama, itu saja susah untuk betul betul dijalankan”
Me :“............” alisku mengkerut
He :“arek-arek buruh lagi indehoy, ndak ada kasus, kalau sudah begini mereka   lupa dengan organisasi”
Me :“koq gitu ya, habis manis sepah dibuang”
He : “ndak ada sepahnya, mereka minum sama sepah-sepahnya, jadi ya ndak inget blas, diundang rapat/pendidikan alasannya ini itu”
Me :“diwajibkan ikut semua kegiatan saja, sebagai syarat jadi anggota SPBI??” usulku.
He : “ya kabur semua”jawabnya seraya tersenyum garing.
Me :“La trus gimana??”
He : “ya nggak gimana-gimana, aku ndak mau maksa mereka,yang mau ikut pendidikan monggo, yang ndak mau ikut ya aku rapopo” jawabnya santai. Ia menyeruput kopinya. Slruppp.

Hakim (Kaos biru), Narasumber Pendidikan Buruh di Wonosalam



Latihan Demo


He : “organisasi itu ibarat seni, seni mengorganisir orang yang memiliki karakter berbeda, yang satu suka begitu, eee yang situ suka begini, yang ini mau yang itu, yang itu mau yang ini, yang bisa menyatukan mereka hanya satu, apa cobak??”.

Ditanya begitu aku langsung nyengir, lalu mules.

Me :“kasus?” tebakku
He  : “deng dong...belum tepat, kesadaran diri, itu paling utama, sadar bahwa ikut organisasi itu penting, bahwa mengerti hak serta kewajiban itu adalah hal dasar yang harus diketahui buruh, bahwa melatih otak dengan mengikuti pendidikan itu juga penting, jika itu sudah berjalan, maka mereka akan menjadi ‘bukan buruh biasa’, bukan buruh yang dicocok idungnya manut saja”
Me :“emmmm selain ngasih pendidikan trus sekarang di bulan puasa ini kegiatan bapak apa lagi?”
He  : “apa yaaaa???..o itu, mendaftarkan anggota baru spbi ke personalia pabrik juga disnaker, lumayan, anggota spbi yang bekerja di pabrik sepatu jadi bertambah 100 orang”
Me :“o ya ya”aku manggut-manggut.

With Ketua SPBI Pabrik Sepatu, bahas pendaftaran anggota baru


He : “tidak ingin ke SPBI lagi?”
Me :“siapa pak?”
He : “ya kamu lah, masa’ tembok”

Dieng..aku nyengir lagi. Sampai kering ni gigi.

Me :“ooo tidak, saya support aja”
He  : “ooo gitu”
Me :“iya”
....................Ngiiingggg...ngiiiingggg......ngiiiinngggg.............
Nyamuk lewat
He : “sudah ah ma, kopi, rokok, udah habis nih”
Me :“yaaaaaa..belum selesai yah, aku bikinin kopi lagi ya”
He  : “ndak usah, aku bisa kembung nanti kebanyakan kopi”

Aku nyengir lagi. Gusi ikutan garing.

Me :“ya udah kalau gitu, selfiee duluuuuu”

CEKLIK
Taraaaaa

Hakim dan Saya...#pose bunga mawar merekah


Pak hakim adalah suami saya, dan ayah dari ken.
We (aku n ken) proud of you, meskipun ayah tak banyak doku, melainkan cukup berdoku, yang penting hati ayah selembut salju...#ahayyy..Asegasegjos.
The End

Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

21 Hari Kembali Muda Tanpa Ditunda Pakai Age Revival Theraskin

Mombeb, sejak aku menjadi guru, aku amat peduli dengan penampilan mulai dari wajah hingga pakaian. Sebab penampilan merupakan salah satu car...