Sebab Dream

Sore itu, Nina duduk di sebuah gazebo yang berada di halaman bagian depan rumahnya. Ia ayun-ayunkan kakinya sambil  menjilati es lilin kacang hijau buatan ibunya. Tak lama kemudian, Dini, teman sekelasnya muncul dari balik pintu pagar rumah Nina.

"Lama ya Nin, maaf, gara-gara nyari ide nih Nin, itu tuh tugas Pak Roni, bikin otak Aku kribo, Kamu pasti sudah selesai ya Nin?" Tanya Dini. Ia duduk di samping es lilin Ibu Nina. Tanpa basa basi, Dini lalu mengambil es lilin tersebut.

"Udah donk".

"Tuh kan, sudah Ku duga, bagi resepnya donk Nin ".

"Resep es lilin ?".

"Bukan itu jreng, itu, resep gimana Kamu bisa jadi seperti sekarang, pinter nan cemerlang, perasaan dulu, kemampuan kita sama deh Nin, sama-sama dong-dong".

"Enak aja, nggak ada resep rahasia tuh Din, belajar dan banyak baca aja".

"Masa' sih, nggak percaya ah".

"Iya sih, ada satu lagi yang belakangan ini sering Aku lakuin, yaitu dream, iya itu" jawab Nina.

"Dream ?"alis tebal Dini mengkerut jadi satu mirip ulat bulu.

"Iya Dream, ada banyak hal yang bisa Aku temukan di situ , nggak hanya sekedar menambah pengetahuan, tapi juga memberi solusi, tips, dan lain sebagainya.   Kamu ingat lomba hijab itu kan, nah Aku dapet ide dari Dream. Trus untuk ngisi mading sekolah, Aku dapat referensi dari Dream. Trus ada lagi, Kamu tahu kan menu masakan ibu Aku macam-macam, itu juga hasil lihat dream,  emmmm...Apalagi ya, oh itu, Dream juga ngasih percikan-percikan segar untuk rohani juga Din, cocok nih buat Kamu, rohani Kamu kan lagi gersang " jelas Nina sambil tertawa lebar. Sementara bibir Dini, sudah maju 5 centi.

"Kalau yang ini, si es lilin, dari dream juga".

"Dari Ibu Aku lah" goda Nina. Bibir Dini semakin maju.

"Itu gimana caranya Nin, bisa mimpi sekeren itu gimana caranya, apa sebelum tidur harus ngatamin Al Qur'an dulu, atau tidur miring kanan atau gimana Nin? Kasih tau donk, kalau hanya dengan mimpi jadi bisa pinter Aku juga mau" ujar Dini sambil menggoyang-goyangkan pundak Nina.

"Bukan Dream mimpi Dini, sebentar sebentar" Nina merogoh kantong celananya. Mengambil smartphone. Memencet-mencet tombolnya.

"Dream yang ini nih, Dream.co.id" Nina menunjukkan smartphone-nya kepada Dini. Dan Dini menepuk jidatnya.

"Oalaaaahhhhh Dream ini toh, Aku juga tahu, sering lihat di wall fb Aku, cumaaa" Dini menggantungkan kalimatnya.

"Kamu lebih milih stalking mantan Kamu sama pacarnya kan" tebak Nina. Dini nyengir.

"Ya udah, daripada tu smartphone Kamu gunakan untuk sesuatu yang nggak jelas, mending Kamu pakai buat main-main ke Dream, baca yang mau Kamu baca, bebas millih, sebab ada banyak menu di Dream, ada lifestyle, dinar, trending, news, dan lain-lain, gitu".

"Gitu" ucap Dini manggut-manggut. Nina tersenyum melihat sahabatnya.

Di dalam hati Nina, Ia bersyukur atas syarat yang diberikan Bapak yakni nilai sekolah Nina harus meningkat dan si smartphone harus digunakan untuk sesuatu yang manfaat.

Alhamdulillah, terima kasih Bapak.

Kosong, Tak Berisi

Semangat ngeblog tiba tiba menghilang. Eh nggak jg dink, tepatnya menyusut lalu menghilang. Perlahan lahan dan lalu musnah.

Seperti embun pagi yang hilang sebab terevaporasi atau jatuh sebab gravitasi atau kesenggol angin.
Ye begitulah kiranya.

Entahlah. Daku sendiri tak terlalu paham sabab musababnya.
Entahlah
Entahlah
Dan entahlah.

Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

21 Hari Kembali Muda Tanpa Ditunda Pakai Age Revival Theraskin

Mombeb, sejak aku menjadi guru, aku amat peduli dengan penampilan mulai dari wajah hingga pakaian. Sebab penampilan merupakan salah satu car...