Membuat Baju Tetap Rapih Tanpa Disetrika

Berubung dollar sedang jual mahal, sehingga membuat ekonomi negeri ini menjadi labil maka sebagai seorang emak kece nan cihuy *brut, aku juga harus pinter pinter mengelola keuangan rumah tangga. Seharusnya begitu. Prakteknya ?. Beluuummm. Sementara ekonomi negara sedang labil eee aku juga ikut ikutan labil. Apalagi akhir akhir ini pendapatan si ayah juga mengikuti jejak rupiah. Kelabilanku pun semakin menjadi jadi. Kadang aku berubah jadi wonder woman, kadang juga berubah jadi maa..ri..mar..aw soto mie baksooo *malah nyanyi. Ya begitulah.

Tapi, sebagai emak yang merasa kece nan cihuy, aku tak mau donk berlama lama terperangkap dalam dunia kelabilan. Karena kalau terlalu lama bisa bisa aku direkrut ababil atau alayers untuk menjadi anggota baru yeyeye lalalala. Oh no. Selain itu aku juga tak mau kalah donk dengan pemerintah negeri ini yang sudah membuat kebijakan ekonomi, jadi aku pun juga harus membuat kebijakan ekonomi versi aku, si emabil.

Salah satu kebijakan ekonomi yang aku buat *aseg, adalah menghemat energi listrik. Karena dengan menghemat energi listrik, berarti aku sudah turut serta dalam kampanye #saveourearth *eya'. Nggak karena itu juga sih, masih ada alasan lain dan ini yang utama yakni biaya membayar listrik pun juga akan berkurang *ini baru aku banget, hahaha.

Aku pun mulai memilah dan memilih kegiatan apa saja yang memakai energi listrik dan masih bisa dikurangi kuantitas pemakaiannya. Dan pilihanku jatuh kepada kegiatan menyetrika baju.

Selama ini, menyetrika adalah kegiatan rumah tangga yang wajib aku lakukan dua hari sekali. Bukan hanya menyetrika baju yang penting saja tapi juga baju yang kami kenakan sehari hari. Berlebihan memang, tapi udah biasa begitu dari kecil sih. Namun setelah mengalami tragedi domfet tifis, aku memikirkan ulang kegiatan tersebut.

Membuat baju yang sudah dicuci manual tetap rapih
Aku pernah mendapatkan saran dari Mbak Fitroh Si Rambut Simba, sahabatku sewaktu kuliah, tentang membuat baju yang sudah dicuci tetap rapi tanpa disetrika. Caranya cukup mudah yakni :
1. Peras baju yang sudah dicuci.
2. Kebut kebutkan *halah, maksudnya kibas kibaskan baju yang sudah diperas tadi. Untuk mengurangi lipatan lipatan yang muncul saat proses mencuci hingga diperas tadi.
3. Gantung baju dengan hanger, atau bisa juga dengan menggunakan penjepit baju dengan syarat bentangkan baju, jangan dilipat. 
4. Setelah digantung atau dijepit, rapikan kembali baju hingga tidak terlihat lipatan lipatan lagi.


Mudah kan ?. Hasilnya lumayan rapi lho. Beneran. Ya meskipun nggak semua baju seperti itu. Lihat lihat bahan kainnya juga sih.

Lalu bagaimana dengan yang menggunakan mesin cuci untuk membantu proses pengeringan ?. Masih bisakah baju baju tersebut terlihat rapi ?. Tentu saja.

Membuat baju yang dicuci dengan mesin cuci tetap rapih.
Alhamdulillah, seperti kejatuhan lee min ho, saat aku bw, aku terdampar di blog admin KEB yang bernama emak Annisa Steviani ttg GTS. Di postingan tersebut si emak kece ini berbagi ttg tips membuat baju tetap rapi tanpa disetrika. Tanpa babibubebo lagi, aku segera mempraktekkannya donk ya.

1. Rapihkan baju, lalu letakkan dengan rapih ke dalam mesin cuci sebelum proses pengeringan dimulai.

2. Setelah proses pengeringan selesai, pada saat baju akan dijemur, jangan dipindahkan secara mak brur mak brur alias awut awutan, tapi dipindahkan dengan rapih.


3. Begitu juga saat dijemur, rapihkan kembali pakaian sebelum bergelantungan di tali jemuran.


4. Saat pakaian sudah kering, usahakan untuk langsung dilipat dan segera disimpan di lemari dengan rapih. Karena kerapihan menyimpan dilemari juga nantinya mempengaruhi kerapihan baju.

Tuh manteb kan. Rapih. Alhamdulillah, dengan mengurangi penggunaan setrika, aku berhasil menghemat pengeluaran rumah tangga, Lumayan, bisa membantu si ayah, meskipun cuma sedikit sih. Tapi, tenang aja yah, istrimu yang caem ini *pret, akan selalu berusaha untuk bisa membantumu lebih banyak lagi *asegasegjos.

Kalau kalian pernah mengalami tragedi domfet tifis kayak aku nggak ?. Apa yang kalian lakukan nih ?. Share di sini yuk. Etapi mudah2an nggak pernah dink, amin. Jangan sampek deh ya amin lagi.

Sekian dulu deh postinganku yang panjangnya udah kayak gerbong kereta api ini. Moga bermanfaat dan sampai jumpa lagi. Ba..iiiiiiii :D

Saat Si Cewek Pria Berubah

Sebagai anak gadis, seharusnya aku berpenampilan layaknya gadis. Dilihat dari arah manapun, tetap nampak gadis menik menik. Seharusnya begitu, tapi mau bagaimana lg kalau penampakan aku dulu begini. Dari belakang kelihatan laki, dari depan.... ???. tebak hayoooo..Dari depan nampak seperti Kajol Wahahaaaa...Bohong besaarrrrr.

Pernah ya, waktu aku masih smp, saat rumah sedang direnovasi, Pak tukang yang memperbaiki rumah bertanya begini kepada bapak : "Yang kemarin itu putranya ya pak, saya pikir anaknya bapak cewek semua?".  Mendengar cerita bapak soal hal itu membuatku merasaaaa....aaakkkkkk....biasa saja. Ya wajarlah pak tukang mengira demikian, la wong pada saat itu rambutku dipotong cepak sama bapak ditambah lagi kaos kedodoran yang aku kenakan serta dilengkapi dengan celana kolor mirip punya bapak.

Kejadian demikian tak hanya terjadi di rumah loohh. Di tanah rantau juga begitu. Iya beneran. Salah satunya di kelas teater SMA dulu. Waktu itu, para anggota baru diminta memainkan sebuah cerita untuk melihat kemampuan akting masing-masing. Bebas memilih kelompok dan cerita. Namun tidak bebas memilih peran. Dan kalian tau aku mendapat peran sebagai siapa ?. Sebagai bapak cinderella. Ya Alloh tolong *nyebut ala mpok atik. Begitu juga saat melakukan pertunjukan teater di acara perpisahan kakak kelas, lagi-lagi dengan sangat mantab aku dinobatkan sebagai seorang musafir yang kelaparan dan kehausan dengan baju compang camping dan berjambang panjang. Sayang waktu itu aku tak berhasil mendokumentasikannya. Karena dilarang membawa kamera apalagi hp. Maklum pondok gitu loh.


Konon katanya ibuk, waktu ibuk hamil aku, bapak ngidam anak laki-laki. Eee ternyata keluarnya cewek. Jadi ibuk apalagi bapak, tak kaget dengan hal tersebut.

Lain kakak lain adek. Adekku kebalikanku. Cewek banget. Dari ujung rambut sampek ujung kaki bayangannya. Dia tidak hanya menjabat sebagai adekku satu satunya tapi juga sebagai kritikus pedasku. Namun sayangnya kritikan pedasnya akan penampilanku mendal jauh sejauh jauhnya jauh.


Akan tetapi, saat aku hendak menikah kritikan pedasnya benar-benar merasuk di jiwa dan ragaku *aseg. Yaiyalah siapa juga yang mau tampil kumus-kumus seperti mak lampir di acara pernikahan sendiri. Ogyah. So aku pun manut dengan apa yang dikatakan adek. Lagipula sarannya juga tidak neko-neko. Cukup melakukan perawatan di rumah saja.

Perawatan di rumah ala adek aku cukup mudah koq :
1. Luluran.
Membersihkan bolot alias daki di badan. Seingatku dulu kami memakai lulur bali apa gitu namanya, lupa, ada scrubnya, jadi bisa membantu menghilangkan kotoran. Baunya juga wangi. 
2. Masker.
Adek memakaikanku masker yang terbuat dari bahan alami khas tempat tinggal kami, Negara Bali, yang disebut dengan boreh. Pakai ini rasanya adeemmm. 
3. Rambut.
Ya di rawat seperti biasa, cuma ditambah dengan menggunakan creambath juga vitamin rambut. Sudah. Selesai. Sederhana kan.


Sampai saat ini, apa yang diajarkan adek masih aku praktekkan karena ada hasilnya. Wajahku jadi mulus *lihat foto di bawah, abaikan mata melotot tu orang. Bolot juga melipir, kulit halus pula. Meskipun tidak rutin. Tapi lumayanlah daripada dulu. Trus karena lulur bali sudah habis, dan belum dikirimin lagi sama adek, jadi aku memilih untuk libur luluran dulu. Lalu untuk masker, tidak memakai boreh juga bisa. Diganti dengan tomat atau mentimun. "Jangan lupa juga taruh mentimun di area mata mbak, biar mata pandanya nggak terlalu kelihatan, jelek tauk" begitu katanya. Dan aku hanya bisa bilang "ho oh".

Masker tomat, masker selesai, tomat dimakan hehe
Ya begitulah, aku, seorang cewek yang dikira cowok, seorang cewek yang cuek soal penampilan, seorang cewek yang senyumnya menawan..makasih ya..*nyelipin pujian berhasil, akhirnya tertular juga dengan adekku. Tertular untuk lebih memperhatikan dan merawat diri sendiri. Tengkiu adek.
***

Keset dari Pakaian Bekas

Kalian tau keset kan?. Itu tu yg bentuknya persegi, trs ada pita di dalamnya kalau dimasukin ke tape jd keluar suara begini 'jatuh bangun aku, mengejaarrrmuuuu..'.

Iya yang itu, keset, untuk lap kaki yang basah atau berdebu itu tuh. Tau kan yak ?. Sip sip. Nah ceritanya nih, ayah ken lagi suka sukanya nyervis motor sendiri di rumah. Entah kenapa tiba tiba begitu, karena biasanya si ayah jarang nyervis sendiri, pasti dibawa ke bengkel. Apa mungkin karena ngerasa udah bisa sendiri, atau karena domfet syedyang tuifis tuifisnya ?. Ah mungkin karena yg pertama. Karena tak nampak tanda tanda dompet si ayah tipis.

Tutorial membuat keset dari pakaian bekas tanpa dijahit ada di sini.

Salah satu tanda dompet si ayah tipis adalah tak ada lembaran duit di kantong kantong bajunya. La ini selama aku nyuci masih sering nemu duit di kantong ayah yang akhirnya beralih ke kantongku. Ya begitulah, suka khilaf kalau lihat duit di kantong si ayah.

Kegiatan baru si ayah ini berdampak pada lantai rumah yang sering disapa oli. Iya oli. Walhasil lantai jadi berminyak nan licin serta lengket pula. Tapi aku tak perlu khawatir soal ini. Karena pasti langsung dibersihkan ayah. Dilap. Dilap pakai bajunya, atau kaosnya, atau kolornya. Tentu saja yang sudah tak layak pakai. Udah robek dimana mana. Udah molor banget. Si karet sudah hilang ke elastisannya. Jadi begitu nyampek panggul langsung terjun bebas. Akibatnya, lap atau keset dari pakaian bekas numpuk puk puk.

Berawal dari terbersitnya rasa malu *aseg, kepada para tamu yang membersihkan kaki mereka dengan keset yang masih berupa kaos  (bahkan kolor juga pernah) atau baju, akhirnya aku memutuskan untuk menjadikan pakaian bekas tersebut menjadi keset beneran, bukan lagi keset yang masih berupa kaos or baju bahkan kolor. Bukan.

Langkah awal tentu saja browsing di mbah google, namun sayang hasil pencarian lebih banyak ttg tutorial membuat keset dari kain perca dengan mesih jahit. Meskipun begitu, aku masih semangat berselancar di mbah google.

Hingga akhirnya aku bertemu dengan tutorial membuat keset dari pakaian bekas dengan cara dianyam. Sayangnya lagi, ada alat yang tak kumiliki *alasaaannn, padahal males beli keluar. Hehe. Maksa nyobak, ternyata gagal.

Namun semangat belum pudar, karena mendapat support langsung dari rasa malu kalau ada tamu. Aku pun coba coba coba dan ting. Ketemu. Si ayah sempet sangsi. Melihat bentuk awal yang masih abstrak. Tapi tetap aku lanjutkan saja sambil bergumam dalam hati 'lihat saja nanti ayah, akan kutunjukkan padamu, keset karyaku, hiaaattt ciat ciat ciat' *malah tarung.

Dan semangatku berbuah manis, setelah kurang lebih 1 bulan pengerjaan karena sibuk syuting film ganteng ganteng srikaya, akhirnya keset karyaku jadi juga. Nggak abstrak. Bener bener terlihat seperi kaset. Bukan lagi kaos, atau baju, atau daster, atau kolor ijoe. Beneran. Swer deh. Kalian nggak percaya ?. Nih aku tunjukin penampakannya ya. Lumayan deh pokoknya, daripada beli. *emabelit, emak2 labil nan medit. 



Kehabisan Pulsa Disaat Yang Tidak Tepat

Sebagai anak rantau, libur semester adalah hari yang aku tunggu tunggu. Dengan datangnya libur semester, saat pulang kampung pun tiba. Bisa melepas rindu kepada keluarga, nonton tv sepuasnya, bisa tidur berlama-lama, dan satu lagi perbaikan gizi eikeh donk ya..ahaaayyyy. Maklum, di tanah rantau aku jarang makan yang bergizi, lebih sering makan beling *emang kuda lumping, maksudnya makan yang instan, terutama mie.

Oleh sebab itu aku sangat antusias menyambut libur semester. Akan tetapi sayangnya rasa antusiasku ini tidak aku imbangi dengan prepare sebaik mungkin. Berbekal tas ransel yang hanya berisi laptop, hp beserta chargernya, headset, dompet, air mineral, aku berangkat pulang ke Bali. Dandanan pun begitu saja. Hanya celana, kaos oblong, jilbab instan, sandal jepit. Bagiku saat itu yang penting segera berburu tiket bus malam yang terjangkau dan memiliki fasilitas yang baik *maunyaaa, lalu berangkat, dan tiba di rumah.

Pukul 02.00 WITA, aku menginjakkan kaki di Bali, tepatnya di depan hotel Jimbarwana Jembrana. Aku pun segera merogoh ransel untuk mengambil hp. Menghubungi bapak. Minta jemput. Karena tak ada transportasi di jam segitu. Kemudian tombol hijau kupencet, kudekatkan hp di telinga dan tak perlu menunggu lama, terdengarlah suara 'maaf pulsa anda tidak cukup untuk melakukan panggilan ini'. Glodak. Seketika itu, bayangan kasur serta guling kesayangan menjadi hilang begitu saja. Hadeeehhh.

Salah siapa tidak melakukan persiapan terlebih dahulu hem ?. Salah diri sendiri donk ya. Dan resikonya adalah aku harus berjalan sendirian, di tengah malam buta, sepi, ke pangkalan ojek yang jaraknya lumayan jauh sambil berharap ada tukang ojek 'beneran' di situ. Tak cukup sampai di situ, mulut pun tak berhenti melantunkan do'a yang kata orang tua dulu ampuh menghalau dari kejaran anjing liar. Sebab saat itu, beberapa kali aku berpapasan dengan anjing liar yang melihatku dengan tatapan setajam silet. Sereemmm.

20 menit kemudian, aku tiba di pangkalan ojek. Syukur alhamdulillah ada dua ojek yang standby di situ. Dan senengnya lagi, kaki pak ojek itu 'napak' di tanah. Hehe. Setelah melakukan tawar menawar harga yang dimenangkan oleh pak ojek dan aku juga tak keberatan, melihat pekerjaan yang mereka lakukan di tengah malam buta begini, kami lalu meluncur ke rumah. Sepanjang perjalanan, kembali, aku terbayang bayang kasur serta bantal guling kesayangan.

Tiba di rumah, aku segera menggedor pintu, namun tak ada yang menjawab. Ku gedor lagi, sedikt lebih keras, tetap tak nampak tanda-tanda kehidupan. Aku pernah mengalami hal ini dan solusinya adalah miscall-miscall orang rumah. Tapi karena pulsa ku koid *syukurin*, aku pun hanya bisa ....... menggedor pintu saja. Dan beberapa menit kemudian tanda-tanda kehidupan pun muncul. Lampu menyala. Pintu terbuka diikuti dengan suara berat yang berkata "Koq nggak nelpon bapak ?". Hadeehhh.

Ingin rasanya menjawab pertanyaan bapak, tapi lelah sudah menggunung jadi aku memilih untuk segera membersihkan badan, lalu terjun bebas di kasur kesayangan.

Hhhhh. Perjalanan yang biasanya berjalan mulus dan lancar jaya, jadi penuh rasa-rasa. Ada lelah, ada takut dikejar anjing, takut ketemu hantu, nggak enak blas. Gara-gara kehabisan pulsa elektrik.

Setelah kejadian itu, kalau mau pulang kampung, aku selalu melakukan persiapan terlebih dahulu seperti :
  1. Beli pulsa elektrik. Belinya dimana ?. Tentu saja di tempat yang menjual pulsa murah donk pastinya. Karena sebagai mahasiswa rantau harus memegang teguh asas hemat hemat dan hemat. 
  2. Baterai hp harus full 
  3. Air mineral
  4. Camilan
  5. Uang pas
  6. Minyak kayu putih
  7. Jaket dan lain sebagainya.
Nah, kalau kalian pernah mengalami hal seperti aku nggak ?. Kehabisan pulsa di saat kondisi dan waktu yang tidak tepat begitu ?. Atau mungkin saat travelliing, misalnya travelling ke Jakarta. Tiba-tiba kehabisan pulsa. Eh tapi kalau kehabisan pulsa di Jakarta gampang donk ya. Secara tu kota nggak sama dengan daerahku, hampir nggak pernah sepi dan pasti tempat yang menjual pulsa murah Jakarta atau pulsa elektrik Jakarta juga banyak kan ?. Bagaimana ? Pernah mengalami hal seperti itu ?. Cerita-cerita di sini yuk. Yuk yak yuuukkk.

'Songo' Strategi Sosialisasi Perbankan Syariah

Hadirnya bank syariah di Negeri ini tentu saja mendapat sambutan hangat dari masyarakat negeri ini yang mayoritas penduduknya adalah muslim, terutama mereka yang paham betul dengan hukum bunga bank. Selain mendapat sambutan hangat, bank syariah juga mendapat dukungan penuh dari Majelis Ulama Indonesia yang telah mengeluarkan fatwa bahwa bunga bank adalah riba, sementara hukum riba sendiri adalah haram. Sekilas, dua hal tersebut nampaknya bisa membuat bank syariah dapat berkembang pesat. Namun sayangnya hal tersebut belum terwujud. 

Berdasarkan hasil laporan penelitian yang berjudl Sosialisasi Lembaga Keuangan Syariah di Semarang dari mahasiswa  Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Agung menunjukkan, pengguna jasa LKS masih sangat kecil (31%) meskipun 200 responden dalam penelitian ini mayoritas muslim (91,5%) dan sudah banyak dari mereka yang mengetahui fatwa MUI mengenai bunga bank. Ini berarti ada sekitar 59% responden masih menggunakan jasa lembaga keuangan konvensional yang berbasis riba. Dengan jumlah pengguna lembaga keuangan syariah yang kecil tersebut maka sosialisasi LKS tidak bisa mengandalkan dua hal yang tersebut di atas. Namun, tentu saja tidak menutup kemungkinan ada faktor lain yang menyebabkan hal itu terjadi. 

Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 7 Jan 2015, mencatat pangsa pasar ( market share ) bank syariah di Indonesia baru sekitar 5% dari total aset bank secara nasional. Fakta ini mengungkapkan bahwa program sosialisasi perbankan syariah GRES yang diluncurkan pada tahun 2013 oleh PKES yang didukung oleh pemerintah serta para pegiat ekonomi syariah ternyata belum memberikan hasil signifikan.

Mengapa bisa terjadi hal demikian ?. Terlepas dari faktor-faktor penyebab yang lain, salah satu hal yang mungkin jadi penyebabnya adalah kurang tepatnya strategi sosialisasi yang digunakan. 

Memang bank konvensional lebih dulu datang di negeri ini. Sehingga wajar jika bank konvensional memiliki pangsa pasar yang tinggi, hampir 95%. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan perbankan syariah dapat mengimbangi bahkan mengalahkan popularitas perbankan syariah.

Jika diamati, sosialisasi perbankan syariah di tengah menggemanya perbankan konvesional hampir sama dengan penyebaran Islam  di negeri ini. Islam  bukan penghuni lama, melainkan pendatang. Tapi Islam  berhasil meraih simpati hingga menjadi agama mayoritas di negeri ini. Keberhasilan tersebut tentu saja tidak diraih dalam sekejap mata. Tapi melalui proses. Juga strategi penyebaran Islam  yang matang. Seperti strategi penyebaran Islam  yang dilakukan oleh Wali  Songo yakni sebagai berikut.

  1. Islam  masuk ke negeri ini lewat jalur perdagangan. Jadi jika dianalogikan, mensosialisasikan perbankan syariah bisa dilakukan di area-area perdagangan salah satunya seperti pasar.
  2. Sunan Kalijaga adalah salah satu Wali  yang menyebarkan Islam  dengan cara yang unik dan berhasil menarik perhatian masyarakat setempat. Yakni dengan menampilkan seni wayang. Jika dianalogikan, mensosialisasikan perbankan syariah bisa dilakukan dengan mengadakan kegiatan yang disukai masyarakat, seperti mengadakan expo, atau konser musik Islam  yang didalamnya diselipkan tentang perbankan syariah, hijab fashion show, dan lain sebagainya.
  3. Para Wali  menyebarkan Islam  dengan cara yang halus. Tidak semerta merta menghilangkan adat istiadat yang dianut masyarakat setempat tapi lebih kepada mengarahkan ke maksud yang lebih baik. Hal inilah yang dilakukan oleh Sunan Gresik. Sebelum menyiarkan agama Islam , beliau mendekati penduduk setempat untuk mengenal adat istiadatnya terlebih dahulu. Dan juga seperti yang dilakukan oleh Sunan Kudus. Beliau membuat masjid yang berarsitektur hindu dan Islam . Jika dianalogikan lagi, perbankan syariah tidak melakukan paksaan atau intervensi misal kepada seorang muslim atau kelompok muslim untuk beralih ke bank syariah. Melainkan perbankan syariah harus lebih mengerti lalu berusaha menyediakan keinginan atau kebutuhan mereka yang tentu saja sesuai dengan hukum syariah yang berlaku.
  4. Para Wali  juga menyebarkan Islam  dengan cara meminta izin untuk mengenalkan Islam kepada pemimpin daerah setempat sekaligus mengajak mereka untuk memeluk Islam. Seperti yang dilakukan Raden Rahmat atau Sunan Ampel ketika berdakwah kepada Adipati Aria Damar dari Palembang dan Sunan Kalijaga yann mengajak Adipati Pandanaran di Semarang. Hal ini juga bisa diadopsi oleh langkah sosialisasi perbankan syariah. Jadi untuk melakukan kegiatan sosialisasi di suatu daerah atau lembaga, terlebih dahulu tentu saja harus meminta izin kepada kepala daerah atau pimpinan lembaga tersebut, meminta dukungan bahkan mengajak beliau sebagai tim suskes sosialisasi perbankan syariah hingga menjadi nasabah perbankan syariah. Sekali mendayung, 2 pulau terlampaui.
  5. Selain strategi yang telah disebutkan di atas, Para Wali  juga menyebarkan Islam  dengan cara membantu penduduk sekitar. Salah satunya seperti yang dilakukan Maulana Malik Ibrahim, yang membantu masyarakat yang dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Jadi untuk menarik simpati masyarakat indonesia, perbankan syariah bisa memulainya dengan cara yang sama, membantu masyarakat. Seperti mengadakan bazar, atau sembako murah, memberkan bantuan kepada anak yatim piatu dan lain sebagainya.
  6. Para Wali  juga menyebarkan Islam  dengan mempererat hubungan kekerabatan lewat jalur pernikahan. Seperti Maulana Malik Ibrahim yang menikah dengan putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan Sunan Kalijaga yang menikah dengan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri. Jika dianalogikan, perbankan syariah bisa meminang Universitas Islam, Pondok Pesantren, Asosiasi Islam, paguyuban pengajian ibu-ibu, untuk bekerja sama dengan perbankan syariah.
  7. Membantu melawan musuh. Seperti yang dilakukan Ja'far Sodiq atau yang lebih dikenal dengan Sunan Kudus. Beliau berhasil membantu kerajaan Demak melawan Majapahit. Atas jasa beliau tersebut beliau diizinkan untuk melakukan apapun di Demak. Bahkan beliau juga diangkat sebagai panglima D dan orang kepercayaan Kerajaan Demak. Jika dianalogikan lagi, perbankan syariah bisa membantu melawan musuh bersama negeri ini yakni kemiskinan, atau pengangguran. Caranya bisa dengan memberikan pinjaman bagi para pelaku ukm yang mana jika ukm-ukm tersebut berhasil berkembang dengan baik maka akan membuka lapangan-lapangan kerja baru.
  8. Tak segan berbagi ilmu. Para Wali  sangat suka berbagi ilmu, baik ilmu agama, ilmu cocok tanam, dan ilmu ilmu lainnya. Tak peduli jarak, bahaya, dan menipisnya perbekalan, mereka tetap menuju tempat tujuan untuk berbagi ilmu. Jika dianalogikan, untuk mengembangkan perbankan syariah, tidak hanya melakukan sosialisasi saja melainkan juga memberikan edukasi, pendidikan kepada masyarakat negeri ini tentang perbankan syariah.
  9. Berusaha untuk menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Begitulah para Wali , meskipun ilmu mereka tentang agama sudah sangat tinggi, tapi mereka tetap melakukan diskusi saling sharing dengan Wali  yang lain. Tak hanya itu saja, mereka bahkan semakin menambah perbuatan baik yang mereka lakukan hingga maut menjemput mereka. Jika dianalogikan lagi, produk bank syariah memang sudah sangat baik karena sudah sesuai dengan syariah Islam . Tapi, perbankan syariah jangan mudah berpuas diri. Perbankan syariah tetap berusaha untuk menjadi lebih baik. Meningkatkan kualitas pelayanan dan produk perbankan syariah sendiri.


Itulah 9 strategi penyebaran Islam Wali  Songo di tanah air tercinta ini. Yang mana 9 strategi tersebut sangat bisa dipraktekkan dalam hal sosialisasi perbankan syariah di negeri ini. Jika benar-benar dipraktekkan, saya optimis perbankan syariah akan meraih hati sebagian besar masyarakat negeri ini. So maju terus pantang mundur. Sukses untuk perbankan syariah amin.

Referensi :

Belek di Mata Si Kecil

Alhamdulillah, 12 November 2012 pukul 06.55 Wib, penantian panjang bertemu si kecil tuntaslah sudah. Ternyata e ternyata, tak seperti hasil prediksi usg dokter, 10 hari menjelang persalinan, yang menyatakan berat badan si kecil 3 kg lebih sedikit. Faktanya si kecil lahir dengan berat badan 4 kg pas. Alhamdulillah. Sehat.

Setelah 3 hari di rumah sakit, aku beserta ken akhirnya diperbolehkan untuk diangkut *barang kaleeee, alias diboyong pulang ke rumah.  Seneng donk ?. Seneng banget.

2 hari di rumah, ken baik baik saja. 3 hari kemudian, aku mendapati mata ken panen 'ketek' / kotoran mata. Saat itu aku dan suami belum terlalu khawatir. Kami bergantian membersihkan kotoran mata ken.
Namun, semakin bertambah hari, belek di mata ken tak kunjung pergi. Akhirnya aku memutuskan untuk membawa si ken ke dokter anak.

Sambil dokter memeriksa si ken, aku menyempatkan diri untuk bertanya kepada dokter. Salah satunya adalah alat yang digunakan untuk membersihkan belek di mata ken. Kata dokter, pakai tisu atau handuk yang lembut saja. Diusap pelan. Jangan sekali kali pakai tisue basah karena bahaya untuk mata si kecil.

Begitu mendengar kata tisue basah, tiba tiba ada petir yang menyambar, JEDIEEEERR. Setelah disambar petir aku teringat bahwa mata si ken pernah diusap pakai tisue basah oleh seseorang. Aku pikir dia sudah berpengalaman, jadi aku tak protes dengan apa yg dia lakukan. Dan ternyata.....aaakkkkk.
Tapi untung deh, si ken segera dibawa ke dokter, jadi tahu deh tindakan seharusnya yang dilakukan saat si kecil banjir belek di matanya.

Setelah mendapat obat tetes mata yang bernama Statrol, dengan aturan pakai 1 tetes di masing masing mata tiap pagi dan sore, kami langsung meluncur ke rumah, setelah mbayar dong tentunya.

Pengobatan dimulai dan alhamdulillah nggak berlangsung lama, karena 2 hari kemudian sepasang mata si kecil nampak berkilauan. Jernih. Tak ada belek dimana mana. Alhamdulillah.

***

Pelajaran dari kejadian ini adalah
1. Jangan membersihkan belek yang bernaung..*halah..di mata si kecil dengan tisu basah meskipun tisu basah tersebut khusus untuk bayi.

2. Dahulukan untuk konsultasi ke ahli. Bukan ke seseorang yang berpengalaman. Karena pengalaman atau sesuatu yang dialami seseorang belum tentu sama dengan yg dialami orang lain.

[BUKU] Bintang Untuk Emak

"Aku ingat kemarin ibu menangis sedih ketika melepas kepergianku ke Lembah Tidar ini. Tetapi, aku akan lebih ingat ibu menangis bangga esok bila aku kembali dengan strip kuning emas dipundakku" (4).

"Jika dihitung sejak saya menjadi taruna Akabri pada tahun 1971 hingga saya diberhentikan dengan hormat dan mendapat hak pensiun, maka separuh dari umur saya telah saya abdikan kepada negeri tercinya. Indonesia telah memberi saya banyak. Kecintaan saya kepada tanah tumpah darah tak diragukan lagi. Saya bukan hanya bangga menjadi bangsa Indonesia, tetapi juga rela mengorbankan jiwa raga untuknya " (323).

***

Buku Bintang Untuk Emak yang diterbitkan Sixmidad ini berisi tentang cerita perjalanan karir penulis sebagai seorang perwira angkatan darat dimulai dari masa menjadi taruna hingga menjadi purnawirawan. Tak hanya itu saja, di dalam buku ini juga, penulis menceritakan tentang pejalanannya meraih " Bintang". Bintang yang bukan sekedar pangkat untuknya melainkan sebagai tanda baktinya kepada tanah air juga sebagai hadiah untuk Sang Emak tercinta.

Buku karya Pak De Abdul Cholik yang juga merupakan seorang penulis buku serta blogger ternama ini, sarat akan pesan dan kaya makna juga penuh dengan segala informasi khususnya yang berhubungan dengan perwira angkatan darat. Di dalamnya juga ada informasi tentang tahapan tahapan atau langkah langkah untuk meraih Bintang dan satu lagi, juga ada tips dan solusi berdasarkan pengalaman penulis saat menjadi seorang perwira angkatan darat.

Buku ini sangat cocok dijadikan sebagai referensi bagi yang bercita-cita sebagai perwira, calon perwira, maupun yang sudah menjadi perwira, dan juga kita semuanya. Karena buku ini juga berisi tentang kisah kisah inspiratif penulis yang menggugah dan dapat mendatangkan aura serta semangat positif bagi pembacanya.

Buku ini dikemas dengan sangat ciamik. Di dalamnya tak hanya terdapat ribuan kalimat saja akan tetapi juga ada beberapa gambar di sana. Jadi selain membaca kita juga disuguhkan dengan gambar gambar hasil dokumentasi penulis sendiri.

Cerita dalam buku ini juga enak dibaca. Alurnya runut dan menarik. Selain itu, penulis juga menyelipkan sedikit unsur komedi di dalam buku tersebut sehingga membuat pembaca ingin terus membaca sampai halaman terakhir.

Ada beberapa pelajaran penting dalam buku Bintang Untuk Emak ini yakni antara lain :
1. Seorang perwira harus selalu siap sedia.
2. Seorang perwira tak hanya memiliki keahlian di bidang militer saja, melainkan juga harus memiliki keahlian yang lain. Baik itu di bidang atletik, jusnalistik, dan lain sebagainya.
3. Seorang perwira tak hanya bertugas menjaga tanah air saja, tapi juga memiliki tugas sampingan yang lain. Salah satunya tugas sampingan yang dilakukan penulis adalah berbagi ilmu.
4. Tak hanya perwira saja yang harus siap sedia, begitu juga dengan keluarga mereka yang harus siap menemani atau melepas kepergian belahan jiwa atau anggota keluarga mereka untuk melaksanakan tugas.
5. Dukungan dan doa kedua orang tua terutama ibu, berhasil mengantarkan penulis yang tak lain adalah Pak De Abdul Cholik sukses bin berhasil meraih pangkat sebagai Brigjen dengan jabatan terakhir sebagai Directur Departemen Pertahanan. Wow.
6. Kembangkan hobi.
7. Manfaatkan dengan baik kesempatan yang diperoleh.
8. Tak ada darma yang sia-sia.
9. Dan masih banyak lagi hal hal positif yang dapat diperoleh dari buku Bintang Untuk Emak ini.

Jadi tunggu apa lagi, segera buru dan beli buku Bintang Untuk Emak ini ya Sob. Recomended banget dah pokoknya. Banget and banget.

***
Judul :
Bintang untuk Emak
Penulis :
Abduk Cholik
Penerbit :
Sixmidad
Tahun :
2015
Jml. Hal :
331 Hal.
ISBN :
978-602-0997-12-4

Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

21 Hari Kembali Muda Tanpa Ditunda Pakai Age Revival Theraskin

Mombeb, sejak aku menjadi guru, aku amat peduli dengan penampilan mulai dari wajah hingga pakaian. Sebab penampilan merupakan salah satu car...