Smart Writer adalah Tempat Mewujudkan Cita-cita

Ada kalanya, seorang wanita dihadapkan dengan dua pilihan yang baginya memiliki urgensi yang sama. Seperti antara memilih mengikuti kehendak suami atau memilih untuk mengikuti kehendak orangtua yang notabene sudah mengorbankan jiwa dan raga mereka. Sementara mengikuti suami adalah kewajiban bagi seorang istri.

Bagi si wanita dua hal itu sama sama penting. Tapi bagi syariat Islam hal itu sudah sangat amat jelas. Bahwa pilihan harus jatuh kepada mengikuti kehendak suami. Ya dan itulah yang juga jadi pilihanku. Untuk mengikuti kehendak suami menjadi seorang ibu rumah tangga yang gaul en funky *halah. Hehe.

Memang rasa untuk mengikuti kehendak orangtua sudah tidak terlalu bergejolak di hati *aseg. Tapi masih terselip rasa ingin membuat mereka bangga. Melalui karya dan prestasi yang bisa aku telurkan *uhuy, maksudnya yang bisa aku raih dari rumah tanpa meninggalkan kewajibanku menjadi seorang ibu rumah tangga.

Nah oleh karena aku suka banget dengan kegiatan menulis. Baik itu menulis di blog, di diary, ataupun menulis di hati kamyu *uhuk. Maka aku ingin prestasi atau karya yang aku raih nanti terlahir dari kesukaanku itu. Ya apalagi kalau bukan ingin menerbitkan sebuah buku. Mungkin yang akan aku terbitkan lebih dulu adalah naskah buku yang sudah bertahun-tahun nangkring di laptop si ayah. Mungkin itu dulu. Selanjutnya mungkin aku ingin menerbitkan buku-buku tentang asyiknya belajar matematika untuk pendidikan dasar yang full colour dan ada alat peraganya juga.

Naskah novelku yg nangkring di laptop sampek jamuren wkwkwk
Kemudian selain untuk membuat orangtua bangga, menerbitkan buku bisa menjadi ladang amal juga buat aku. Bahkan mungkin bisa nambah nambah uang belanja. Atau mungkin bisa bikin aku beken gitu *mulaeeee. Trus aku ditawarin main iklan. Trus ningkat lagi jadi ditawarin main sinetron. Sinetron striping pula. Judul Sinetronnya yaitu tukang haji naik bubur. Dan peranku adalah sebagai pembeli bubur *ngoookkk.

Tapi aku sadar dan paham betul bahwa menerbitkan sebuah buku itu tidaklah gampang. Apalagi untuk menerbitkan sebuah buku yang bisa membuat orangtua bangga, maupun bisa menjadi ladang amal untukku. Tidak cukup hanya dengan mendaki gunung lewati lembah. Akan tetapi juga perlu kerja keras seperti sun gokong, biksu tong, ti pat kay, dan wu ching, yang harus menempuh perjalanan menuju barat yang tidak mudah demi mengambil kitab suci.

Untuk mewujudkan keinginanku itu, maka yang harus aku lakukan adalah ikut kursus menulis online Smart Writer. Karena di kursus menulis online Smart Writer itu, para peserta kursus akan digembleng langsung oleh para Smart Writer yang bernama Leyla Hana dan Riawani Elyta


Mereka adalah para penulis handal, femes, dan sudah menerbitkan begitu banyak buku. Tulisan mereka juga sudah sering mejeng di media massa dan memenangkan aneka macam kompetisi menulis. Keren kan ? ho oh *manggut manggut penuh semangat. Selain itu juga biaya kursus di situ juga terjangkau loh. Apalagi di kantong emak-emak macam aku ini. Nah itulah sebabnya mengapa aku pengen ikut kursus menulis online Smart Writer ini.


Ah semoga. Semoga aku bisa segera bisa ikut kursus menulis online Smart Writer. Agar cita-cita aku yang ingin melihat senyum rasa bangga di wajah orangtuaku bisa segera terwujud. Do'akan ya teman-teman. Sip sip. Makasih yak. Kalian baek deh *kecup basah *lalu pada ngacir semua. Hahaha.

***

Sikap Lebay Itu Juga Perlu Loh

Alhamdulillah, jam segini, 23.46 ini, aku masih bisa menikmati makan nasi anget-anget bertemankan botok sembukan (simbukan atau daun kentut. Karena aroma daun dari tumbuhan yang biasanya merambat di pagar ini bisa dibilang cukup bau). Yup botok simbukan. Tapi Meskipun hanya bertemankan botok simbukan hatiku rasanya sudah berbunga bunga loh. Kayak iklan pewangi giyu. Bertebaran dimana-mana *ahay.

Bukan karena aku tengah ngidam. Apalagi karena pencitraan *sorylayau. Tapi memang asli seneng. Saking senengnya sampek nggak kerasa nasi di piring sudah lenyap begitu saja. *LOL.

Lebay memang yak. Iyup aku lebay. Tapi menurutku lebay yang aku alami ini bukan sembarang lebay *aseg. Lebay yang ini malah membuat aku bersyukur atas nikmat yang Allah berikan padaku.

Bersyukur karena tengah malam begini aku masih bisa makan. Sebab mungkin di luar sana ada orang yang tengah mengganjal perutnya dengan bantal untuk menahan lapar.

Bersyukur karena pukul segitu bisa makan nasi anget-anget. Sementara mungkin di luar sana ada orang yang tengah makan nasi aking atau bahkan ada yang mengais sisa nasi di tempat sampah.

Dan bersyukur karena waktu segitu aku masih bisa menikmati nasi plus botok simbukan sementara mungkin di luar sana ada orang yang makan hanya dengan lauk taburan garam.

Itulah beberapa point yang membuatku lebay malam tadi. Sumringah saat bertemu nasi anget plus botok anget. Makan pun jadi nggragas alias lahap banget. Dan makan dengan menu seperti itu juga tak kalah nikmat dengan makan nasi kikil anget anget.

Menurutku, lebay itu nggak selalu menjurus ke hal negatif. Misalnya seperti lebay saat ditinggal pacar selingkuh yang malah membuat gagal untuk segera move on. Atau lebay saat tau zayn malik keluar dari one direction hingga bikin tak nafsu makan atau malah sampai ada yang menyakiti diri sendiri. Nggak. Lebay nggak selalu tentang itu.

Lebay bisa lebih positif koq. Tergantung penempatannya saja. Kalau lebay ditempatkan pada suatu hal yang sederhana maka kesederhanaan itu akan terasa menyenangkan. Kalau lebay ditempatkan pada sesuatu hal yang biasa dilakukan sehari-hari misalnya seperi aku ngurus rumah, si kecil dan sebagainya, maka itu akan membuat kita tetap semangat dan emosi juga lebih stabil. Tidak mudah lemes bin males bin jenuh melakukan hal yang itu itu saja. Jadi mari, sekali kali, kita berlebay ria, pada tempatnya. *LOL.

Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

21 Hari Kembali Muda Tanpa Ditunda Pakai Age Revival Theraskin

Mombeb, sejak aku menjadi guru, aku amat peduli dengan penampilan mulai dari wajah hingga pakaian. Sebab penampilan merupakan salah satu car...