Novel Sejarah Guru Sejati Hasyim Asy’ari ~ Sejak dikeluarkannya Undang-Undang Agraria
dan Suiker Wet tahun 1870, Belanda semakin gencar memperluas lahan usahanya
yang bergerak di bidang produksi gula ke tanah Jawa bagian timur. Tepatnya di
daerah Jombang. Mereka pun berbuat semena-mena. Tidak mempedulikan hak-hak bagi
pemilik lahan. (15)
Dengan seenaknya mereka mengubah lahan
persawahan menjadi lahan tebu dan membangun pabrik gula. Padahal hal tersebut
bertentangan dengan tujuan sebenarnya dari Undang-Undang Agraria dan Suiker Wet
tersebut. Yakni untuk memperbaiki kesejahteraan ekonomi pribumi.
Kemudian untuk mengantisipasi perlawanan
yang mungkin dilakukan oleh warga akibat perbuatan Belanda yang semena-mena,
Belanda bersama dengan Wiro, salah satu warga yang memihak Belanda yang juga
seorang dukun ilmu hitam, membuat sebuah lokalisasi yang dipanggil warga dengan
sebutan Kebo Ireng. Sementara pemegang kendali dari Kebo Ireng diserahkan
kepada Joko Tulus yang mendapat julukan sebagai raja kecil atau Kebo Kicak.
Dipilhnya Kebo Kicak sebagai pemimpin
Kebo Ireng membuat sebagian besar warga takut untuk menolak apalagi melawan
kejahiliyahan yang terjadi di Kebo Ireng. Karena Kebo Kicak dikenal warga
sebagai orang yang jago berkelahi dan sakti. Ia juga mendapat dukungan penuh
dari Belanda. Namun masa kekuasaan Kebo Kicak tidak berlangsung lama. Karena ia
menghilang setelah melawan Surontanu, seorang santri dari pesantren Sumoyono.
(135)
Adalah Sakiban, seorang dalang terkenal
dan tokoh masyarakat, yang memiliki keinginan kuat untuk menghentikan perbuatan
jahiliyah yang terjadi di Kebo Ireng dan berdampak negatif bagi kehidupan warga
Cukir. Namun ia tak ingin gegabah. Sebagaimana yang dilakukan oleh Surontanu,
yang dengan mudahnya masuk ke dalam perangkap Belanda. (128)
Hingga suatu hari, Sakiban bertemu
dengan Alwi. Mereka memiliki kegundahan yang sama. Mereka resah dengan kondisi
dusun Cukir yang semakin jatuh ke lembah hitam. Mereka tidak bisa membiarkan
peristiwa memilukan terjadi. Hampir setiap hari terjadi keributan atau hampir
setiap hari juga ada orang yang terbunuh dan diperkosa. Cerita buruk anak
memperkosa ibunya atau bapak menghamili anaknya atau bahkan orangtua yang tega
menjual anaknya jadi pelacur dan sebagainya. Alwi kemudian merekomendasikan
keponakannya, seorang kyai muda yang bernama Hasyim Asy'ari, untuk menghapus
kejahiliyahan di Kebo Ireng.
Hasyim Asy’ari pun menyetujui permintaan
Sakiban dan Alwi setelah melakukan istikharah, mencari informasi dan memikirkan
permintaan tersebut matang-matang. Kendati begitu Hasyim tidak ingin tergesa-gesa dalam
mendirikan pesantren karena pasti akan dihalangi Belanda. Oleh sebab itu untuk
sementara waktu, pesantren akan disamarkan menjadi sebuah padepokan bela diri
saja.
Sementara para relawan lain bergerak
membangun pesantren dan menghimpun kekuatan dari luar seperti ahli ilmu kanuragan,
beladiri, kebas dan debus. Hasyim melakukan dakwah dengan menggunakan
kemahirannya dalam bidang pengobatan atau penyembuhan segala macam
penyakit. Beliau pernah membantu Ribes, orang Belanda, untuk menyembuhkan
anaknya yang sakit parah. (253)
Dengan cara dakwah seperti itu serta
pertunjukkan pencak dor (pencak silat yang dibuka dengan sholawat dan diiringi
dengan musik dor) yang dilaksanakan setiap Jumat oleh para santri berhasil
menarik perhatian masyarakat sekitar dan jumlah santri pun semakin bertambah. Sehingga
pada tahun ketujuh, Hasyim pun kemudian meresmikan pondok pesantren dengan nama
Tebu Ireng (Tebu Hitam : merupakan tebu yang memiliki kualitas paling bagus). Harapan
beliau, pesantren ini bisa menghasilkan santri-santri yang berkualitas bagus.
(260)
Keberhasilan beliau tersebut tentu saja
tak lepas dari berbagai macam aksi teror yang dilakukan oleh kelompok Wiro. Dan
puncak dari hambatan yang beliau alami adalah saat pesantren diserang oleh
Belanda secara membabi buta. (261)
Namun berkat kecermelangan beliau serta
didukung oleh para santri yang unggul dan solid, kelompok Wiro dan Belanda tak
mampu menghancurkan pesantren. Selain itu juga berkat kesantunan sikat,
kedalaman ilmu serta wawasan beliau yang amat luas baik soal pengobatan hingga
tahu bagaimana cara bercocok tanam yang baik, beliau berhasil menarik perhatian
dan minat masyarakat sekitar. Bahkan masyarakat yang tinggal di Kebo Ireng
juga. Tercatat pada tahun 1920, santri yang masuk pesantren Tebu Ireng sudah
hampir seribu orang dari berbagai daerah. Perjuangan beliau benar-benar berbuah
manis.
Novel sejarah karya Masyamsul Huda yang
merupakan keturunan dari Sakiban ini, dikemas begitu apik dan runut. Di
dalamnya tidak hanya menceritakan perihal perjuangan melawan penjajah saja
tapi juga menyajikan banyak pelajaran berharga. Baik itu soal strategi politik
dalam menghadapi Belanda. Lalu sikap dalam menghadapi kejahiliyahan, metode
berdakwah yang dilakukan KH. Hasyim Asy’ari hingga mengungkapkan betapa
mulianya pribadi Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari. Kepribadian yang patut
diteladani oleh kita hingga generasi selanjutnya nanti.
***
Data
Buku
Judul : Guru Sejati Hasyim Asy’ari
Penulis : Masyamsul Huda
Penyunting : Setyo Wardoyo dan Poppy Damayanti C. K.
Penerbit : Pustaka Inspira
Tebal Buku :
268 Halaman
Tahun Terbit :
Cetakan I, Maret 2014
ISBN : 978-602-97066-6-6