"Kenapa, Mah ? Kenapa ?"

Alhamdulillah, aku sampai dalam tahap ini. Tahap dimana si ken mulai menanyakan segala hal yang tidak boleh ia lakukan.

Yup. Kalau aku perhatikan nih, sejak si ken usia 4 tahun, perkembangannya meningkat drastis banget. Terutama dalam segi linguistiknya. Seneng. Seneng banget. Secara dulu si ken pernah dianggap bisu sama beberapa orang hanya karena si ken, usia 2 tahun, masih bubbling dan tidak seperti anak-anak seusianya yang sudah pandai bicara.

Perkembangan linguistik si ken, 4 tahun 7 bulan, ini berupa ia mulai pandai mengungkapkan perasaannya, pendapatnya, mulai belajar membuat cerita sendiri saat bermain, dan yang paling utama adalah ia semakin suka bertanya. Terutama menanyakan alasan mengapa ia tidak boleh begini atau begitu.

Saat aku berkata seperti ini : "Ken, ayo tidur !".
Maka dengan cepat ia akan menjawab seperti ini : "Tidak mau".
"Tidur dulu" Kataku lagi.
"Kenapa, Mah ? Kenapa ?".
Dan ini akan berlanjut terus sampai ia mendapatkan penjelasan yang dapat ia pahami. Misalnya seperti 'biar tidak capek'.

Kalau si ken sudah begini, rasanya, aku pengen jejingkrakan, salto salto deh kalau perlu. Seneng banget. Tapi nggaklah yah. Cukup hati aja yang jingkrak jingkrak jedug jedug di dalam. Ekspresi yang aku tunjukkin ke si ken tentu saja, stay cool meeennn.

Selain senang dan bersyukur banget dengan peningkatan kecerdasan linguistik si ken, ada hal lain juga yang patut aku syukuri. Bahwa apa yang aku juga suami lakukan selama ini yakni memberi penjelasan ini itu kepada si ken, terutama penjelasan di setiap kata-kata "Tidak boleh, Ken" atau "Jangan Ken", mulai berbuah. Alhamdulillah.

Memang benar, apa yang dikatakan oleh temen-temen yang putra-putrinya sudah lebih dulu mencapai tahap ini, bahwa menyenangkan banget saat si kecil mulai suka menanyakan ini itu, merasa tertantang juga untuk mencari jawaban yang dapat ia pahami, sekaligus deg-deg an kalau si kecil mulai bertanya hal-hal yang 'amazing'. Alhamdulillah.

[Cerita Ramadhan] Tadarus Bikin Kenyang

Setiap kali Ramadhan datang, pasti membawa serta yang namanya kenangan. Terutama kenangan waktu kita masih bocah. Iya nggak sih ? Seperti saat pertama kali kita ikut puasa, ikut patrol sahur-sahur (bangunin org buat sahur), berburu tanda tangan imam tarawih di masjid, dan sebagainya. Ucapan-ucapan orang tua / yang lebih dewasa juga masih terpampang jelas diingatan kan ya ?. Seperti ini nih : "Nggak boleh nangis, kalau nangis puasanya batal loh" atau "Nggak boleh keramas siang-siang, nanti puasanya batal" atau ada juga yang begini nih "Nggak usah takut, setan-setannya udah diiket, jadi aman". Lah.

Nah dari sekian banyak kenangan puasa di masa kecil itu, ada satu yang paling unik yang berasal dari ucapan ibuku  yakni "Tadarus Al Quran bikin lapar jadi hilang". Anti mainstream kan ? *hahayy.

Kalimat itu keluar setiap kali aku menunjukkan gelagat "mulai lapar" ke ibuk. Gelagat itu seperti, wajah melas, ngelus-ngelus perut terus, nanyain ke ibuk maghribnya jam berapa ? Padahal aku sudah tahu kapan waktu buka puasa, hingga ngintilin ibuk di dapur. Parah yak ? *ahay. Kalau sudah begini, maka ibuk selalu bilang :"Tadarus sana gih, nanti laparnya hilang, nggak terasa lapar lagi".

Tanpa protes, aku pun menuruti perkataan ibuk. Secara, waktu ituk aku memang pengen banget menghilangkan rasa lapar yang mulai meraung-raung. Jadi setelah ibuk bilang begitu, aku pasti langsung buru-buru wudhu ambil Al Quran trus mulai tadarus.

Lalu gimana ? Rasa laparnya, benar-benar, hilang nggak setelah tadarus ?.

Ajaibnya, setelah tadarus, rasa lapar aku benar-benar hilang loh. Mungkin karena sudah tersugesti sama ucapan ibuk kali ya. Jadi yaaaaa, tadarus benar-benar bikin lapar aku hilang. Dan rasa lapar itu pun berubah, jadi k...antuk. Iya, ngantuk.

Untuk rasa kantuk yang datang saat puasa, lebih mudahlah yah ngatasinnya, kan tinggal tidur aja toh. Jadi, kalau ngantuk sudah datang, aku memilih untuk mengakhiri tadarus. Karena dipaksa lanjut juga nggak bisa, la wong melafalkan Al quran saja sudah banyak yang salah-salah. So, selanjutnya tidur donk yak. Yihaaa.

Sugesti dari ibuk, bisa dibilang ampuh dan aku pegang betul sampai SMP. Setelah itu, SMA, nggaklah yah. Tadarus bukan agar rasa lapar hilang. Tapi tadarus karna murni ibadah. *aseg. 

Ah Ibuk. Selalu ada cara untuk membuatku tetap bertahan menjalankan ibadah puasa waktu aku masih kecil dulu. Semoga aku bisa mengikuti jejakmu, Ibuk. Amin.

Nah kalau kalian gimana nih ? Punya kenangan masa kecil yang nggak terlupakan juga kan ? Khususon di moment Ramadhan ini ? Aaaahhhh,,pasti seru. Monggo di share deh kalau gitu. :)

[Cerita Ramadhan] Tentang Tarawih Pertama Bareng Bocah dan Meniadakan Target

Haihai
Gimana puasa kalian hari ini teman-teman ?
Masih cucok kan ?
Yuhuuu.

Alhmdulillah yah, hari ini kita masih diizinkan sama Allah bertemu Ramadhan lagi. Seneng.

Tidak hanya seneng. Dari jauh-jauh hari aku sudah bertekad untuk memanfaatkan bulan Ramadhan sebaik mungkin. Minimal ibadah yang aku lakukan tetap samalah seperti tahun yang lalu. Salah satunya ini nih, mengenalkan si ken dengan sholat tarawih berjamaah di masjid.

Mengenalkan si ken dengan sholat berjamaah di masjid sudah aku dan suami lakukan dari Ramadhan tahun kemarin. Hasilnya yaaaa gitu deh. Aku dan suami jadi tak bisa mengerjakan full jumlah rakaat tarawihnya. Karena kami sholat secara bergantian. Sementara suami sholat aku yang 'njagain' si ken. Dan begitu sebaliknya. Karena, kalau tidak dijaga, si ken bakal main air di tempat wudhu. *wakwaw. Tapi aku dan suami nggak mempermasalahkan hal itu. Karena memang kami hanya berniat untuk mengenalkan saja. Jadi tidak ada target harus begindang begidet.

Nah Ramadhan kali ini, aku dan suami mulai menyelipkan sedikit target di misi mengenalkan si ken dengan kegiatan tarawih berjamaah di masjid. Minimal si ken mau duduk manis lah. Sambil nunggu aku dan suami selesai sholat tarawih. Karena kami merasa, di usia ken saat ini, iya sudah mulai bisa diajak kompromi. Sedikit paham kalau diajak begini atau diminta begitu.

Lalu bagaimana hasilnya ?
Alhamdulillah, di tarawih pertama ini, si ken bisa mengikuti sholat isya' berjamaah sampai selesai. Setelah itu, BUYAAAARRRR. Tu bocah malah lari-lari an di pelataran masjid. Hadeehhh.  Tapi alhmdulillah sih, nggak main air di tempat wudhu lagi.

Nah karena si ken main di pelataran masjid, dimana disitu juga digunakan sebagai tempat parkir sepeda, walhasil suami harus nungguin tu bocah dan memberikan kesempatan ke aku untuk mengikuti sholat tarawih sampai selesai. Tengkiu ya suami tersayoooonnggg.

Meskipun hasilnya tak sesuai harapan. Tapi kami masih tetap donk ya ingin melanjutkan misi ini. Cuma yaaaa, nggak naruh harapan lagi deh. Nggak menyelipkan target apa-apa lagi dibalik misi mengenalkan kegiatan sholat tarawih berjamaah di masjid. Ngalir aja lah yah. Fokus ke poin ini saja : Yang penting tu bocah kenal dengan suasana seperti ini. Begitu saja.

Kalau kalian, apa cerita ramadhan kalian di hari pertama ini ?

Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

21 Hari Kembali Muda Tanpa Ditunda Pakai Age Revival Theraskin

Mombeb, sejak aku menjadi guru, aku amat peduli dengan penampilan mulai dari wajah hingga pakaian. Sebab penampilan merupakan salah satu car...