Kesan Pertama Ikut Kelas Parenting di Sekolah Si Kecil

Hola,
Mamis, 
Aku mau cerita. 

Jadi tanggal 4 Agustus kemarin, aku dapat undangan dari sekolah si kecil ken untuk hadir di kelas parenting. Ini, adalah kali pertama aku dapat undangan seperti ini di tempat tinggal aku loh. Yang paling sering mah, dapet undangan manten alias undangan nikahan *hahay. Oleh sebab itu, aku excited nih sama undangan ini.

Setelah selesai nyuci baju plus beres-beres rumah, tanpa masak terlebih dahulu karena ndak kober bin nggak cukup waktunya. Aku langsung encus meluncur ke sekolah si ken diantar ojek kesayangan dan terlove yakni bapak si ken. Sayangnya, begitu aku nyampek lokasi, acara kelas parentingnya sudah dimulai. Tapi untungnya, pembahasannya belum jauh-jauh amat, karena baru mbahas slide 1. 


Oya aku belum nyebutin tema kelas parentingnya yak ? Dah, sampai lupa. Jadi nih, tema kelas parenting di sekolah si ken ini tentang "Lebih Jauh Tentang ABC dan Menulis Namaku".

Materi parenting ini disampaikan oleh Ibu Kepala Sekolah. Cara penyampaiannya enak dan mudah dipahami. Tak lupa beliau juga menyelipkan guyonan-guyonan sederhana tapi berhasil bikin pundak walimurid naik turun saking lucunya. Tapi diantara itu semua, yang paling aku tunggu-tunggu adalah share beliau tentang pengalaman parenting beliau sebagai ibu, juga pendidik. 

Seperti umumnya kelas parenting yang sering aku baca dari tulisan teman-teman blogger, seperti itu juga kelas parenting ini dikemas yakni terdiri dari sesi penyampaian materi dari narasumber trus sesi tanya jawab deh. Etapi, tadi ada ice breaking juga sih. Main-main bentaran ala anak TK gitu. Goyang-goyang jari, dan tangan trus hentak-hentak kaki. Aku sempat memperhatikan ekpresi walimurid pada saat melakukan ini. Lucu-lucu dan pada happy semua. Hihihi. 

Mungkin karena temanya oke, dan penyampaian materinya juga enak, walhasil nggak terasa kalau acara sudah sampai di sesi tanya jawab. Sayangnya, sesi ini hanya dibuka satu sesi tanya jawab aja. Padahal yang tanya banyak, termasuk aku. Jadi aku nggak kebagian nanyak-nanyak deh. Huhuhu. 

Nah, hasil dari kelas parenting kemarin nih, ada beberapa poin yang berhasil aku catat. Aku jentrengin dimari yak. Semoga nggak ada yang kelewat. 

  1. Kenali karakter anak.
  2. Setiap anak memiliki potensi & tahap perkembangan masing-masing.
  3. Penting melatih motorik halus & kasar anak. 
  4. Stimulus motorik halus berkaitan dengan kemampuan menulis dan membaca anak.
  5. Anak belajar maksimal saat ia merasa berada di zona nyamannya. 
  6. Tahap perkembangan keaksaraan anak dilihat dari hasil gambar yang dibuat anak. 

Lalu bagaimana nih kesan pertama ikut kelas parenting ? Senang pastinya. Karena aku dapat tambahan ilmu, informasi baru, dan juga yang tak kalah penting adalah DIINGATKAN. Diingatkan soal bagaimana menjadi orangtua yang baik untuk si kecil, diingatkan soal tingkah pola kita yang terkadang tanpa kita sadari ternyata tidak baik untuk si kecil, dan diingatkan juga untuk selalu ikhtiar menjadi orangtua yang baik untuk si kecil. 

Oya sebelum pulang, bareng si kecil ken tentunya, aku sempat tanya ke panitia acara. Katanya sih, bulan depan bakal ada kelas parenting lagi. Yeayyy... alhamdulillah. Mudah-mudahan aku bisa ikut lagi. Lumayan kan, dapat ilmu gratis dan insyaAllah berguna buat kehidupan sehari-hari. 


Jadi gitu deh, cerita kali ini. Kita ketemu di lain cerita lagi ya, Mamis. Yuk mari monggo. 

Punya Anak Kinestetik Itu, Seru.

Dulu, jauuuuhhhh sebelum nikah, aku pernah nyeletuk dalam hati tentang kelak, kalau punya anak, pengin gitu punya anak yang karakternya anteng, nggak kayal-kayal, dan pinter ngomong atau linguistiknya cakep. Keinginan ini muncul setelah beberapa kali melihat bocah-bocah yang punya tingkah pola ajaib bin aktif banget seperti kelereng gelundung sana gelinding sini, munyer-munyer, lari-lari segala macem. Aku, selaku yang ngelihat, sampek pusing jadinya madam. 

Eeee siapa sangka beberapa waktu setelah nyeletuk begitu. Allah nitipin aku dan suami amanah seorang bayi kecil yang seiring masa tumbuh kembangnya semakin menunjukkan karakter kalau ia adalah tipe anak kinestetik alias aktif banget. Berbeda dari karakter yang sempat aku celetukkan dulu. (CELETUKAN)

Trus ?
Lu kecewa gitu, Mak ?

Enggaklah. 
La wong biar dititipin amanah sama Allah saja, aku dan suami kudu ikhtiar ini itu. Masa' mau kecewa. Kufur nikmat donk aye, Kakak. Naudzubillah. 

Trus gimana donk perasaan dikau waktu tahu fakta tentang itu ?
Ya nggak gimana-gimana. Cuma jadi bertanya-tanya gitu dalam hati. "Koq bisa ya dulu nyeletuk kayak gitu ?". (Mikir sambil garuk-garuk kepala karena...hetombe).
Dan makin kesini...
Pertanyaan itu jadi berkembang lagi "Koq bisa ya dulu nyeletuk kayak gitu ? Padahal seru dan menantang banget punya anak yang memiliki karakter aktif alias kinestetik gitu". 

Nah loh. 
Apa donk jawabannya ? 
Entahlah, mungkin, aku nyeletuk kayak gitu, karena dulu aku belum paham ya soal anak dan sebagainya, dan belum ngalamin juga jadi seorang ibu, jadi ya nyeletuknya aneh-aneh gitu dan satu lagi, karena stereotip di masyarakat yang sering menilai bahwa anak yang tingkahnya banyak bin nggak bisa diem bin aktif adalah anak nakal. 

Padahal, kalau ngerti soal karakter anak, pasti paham bahwa anak dengan karakter linguistik dan visual itu sama koq dengan kinestetik. Sama-sama anak nakal dalam arti positif alias banyak akal. 
Kalau anak linguistik, mengekspresikan ide-ide yang ada dipikirannya dengan lisan. 
Kalau anak visual, mengeskpresikan ide-idenya melalui gambar. 
Sedangkan anak kinestetik, mengeskpresikan ide-idenya dengan gerakan dan tingkah pola. 

Selain itu juga, menstimulus anak kinestetik itu, seru bin menantang banget. Karena apa ? Gaya belajar anak kinestetik yaaa kinestetik, dengan gerakan, ia lebih mudah memahami sesuatu jika melibatkan motorik mereka. Nah untuk menstimulus anak dengan gaya belajar ini, butuh media belajar donk pastinya. Namun, media-media belajar yang ada, terutama di kota-kota kecil, lebih banyak diperuntukkan untuk anak-anak linguistik maupun visual. Walhasil, orangtua sebagai sekolah pertama bagi anak, harus berusaha bikin sendiri donk ya. 


Soal bebikinan media belajar buat anak kinestetik ini memang butuh effort tapi nggak apa-apa, hasilnya oke punya koq. Sumprit dah. Lagipula, bebikinan begini, juga melatih daya kreativitas diri sendiri loh. Mantablah. Sekali mendayung, dua pulau terlampaui. Yihiiii. 



Jadi, selama ini, selama aku jadi ibu dari anak kinestetik, rasanya seneng banget. Malah bersyukur sama Allah. Kehadiran si ken yang kinestetik bikin aku jadi buanyak belajar, banyak happy, dan banyak gerak. *hahay. Alhamdulillah. 

Nah bagi mamis yang punya anak kinestetik, semangat yak, banyakin makan biar bertenaga ngikutin tingkah pola bocah. 😄😄

Seharusnya, Seorang Ibu Percaya dengan Kemampuan Anaknya

 

Sejak Mei lalu si ken sudah mulai sekolah. Alhamdulillah, sejauh ini lancar jaya. Bahkan bisa dibilang nyaris tanpa drama. Aku bersyukur banget. 

Padahal, sebelum-sebelum si ken mulai sekolah, pikiranku sudah macem-macem gitu. Dan berikut isi pikiran macem-macem aku tentang si ken yang sekolah : 
1. Aku takut si ken nggak betah di sekolah. Karena, biasanya, kalau belajar di rumah, pakai metode bermain sambil belajar yang tentunya lebih banyak porsi waktu buat mainnya daripada belajar. Sementara di sekolah, lebih banyak porsi belajarnya daripada bermain. 
2. Khawatir si ken nggak bisa ngikutin eh lebih tepatnya tidak mau mengikuti kegiatan di sekolah. Secara, kalau di rumah, si ken bebas memilih mau belajar apa. 
3. Takut si ken nggak berani menyampaikan apa yang dia inginkan kepada orang yang baru ia kenal. Dalam hal ini, temannya atau bahkan ke gurunya. Misalnya, nggak bilang kalau dia lapar, nggak bilang kalau dia ingin pipis, nggak bilang kalau dia nggak bisa, dia nggak mau dan sebagainya. 
4. Khawatir si ken nggak bisa berbaur karena si ken masih kurang dalam hal linguistik. 

Itulah daftar kekhawatiranku kepada si ken yang mau sekolah. Hal ini berhasil bikin aku baper sendiri bin mumet dewe. Aku juga dilanda yang namanya deg-degan tingkat dewa. Bolak balik ke sekolah, udah kayak ingus diidung, waea wiri rumah sekolah bocah, selama beberapa hari, cuma buat ngelihatin si ken, yang nyatanya.....
baik baik saja. 

Sebenarnya, dari hari pertama sekolah, si ken sudah menunjukkan tanda-tanda bahwa apa yang aku pikirkan, aku khawatirkan tentangnya itu salah. Soalnya, waktu pertama sekolah, si ken sudah tidak memintaku menunggunya. Aku malah disuruh pulang. Dan saat tiba waktu pulang, si ken malah tidak mau pulang langsung. Ia minta izin buat main di arena bermain yang ada di sekolahnya dengan ibu gurunya lalu kemudian bilang ke aku. 

Namun, entah gimana aku nggak peka dengan tanda tersebut. Mungkin, aku, saking dikuasai rasa kekhawatiran kali ya, jadi bikin aku mehong gitu. *payah dah. 

Hari keempat, alhamdulillah akhirnya aku bisa ngobrol dengan Ibu guru kelas Ken dan menanyakan seperti apa si ken di kelas. 

Kata bu guru :
"Ken bisa mengikuti kegiatan di kelas dengan baik". 
 
"Kadang jalan-jalan di kelas, atau berdiri-diri di kursi, tapi bisa diberitahu".

"Kalau lapar, ingin buang air kecil, bahkan ingin main, tidak mau mengikuti kegiatan di kelas, tidak bisa melakukan sesuatu, Ken selalu bilang". 

Aku senang dengan apa yang diinformasikan oleh Ibu guru kelasnya Ken. Namun yang paling aku suka dan cukup kaget juga, waktu Ibu guru mengatakan soal si ken yang selalu bilang apa yang ia inginkan. Nggak nyangka si ken bakal seekspresif, nggak malu-malu dan seberani itu dengan orang yang baru dikenalnya. Nggak nyangka si ken bakal setangguh itu. *aku terharu.

Memang sih, di rumah, aku dan suami membiasakan si ken untuk bebas mengungkapkan keinginannya, pendapatnya dan apa yang ia rasakan. Tapi nggak nyangka, si ken bakal menerapkan hal ini dengan orang yang baru ia kenal bahkan sebelum aku bilangin terlebih dahulu. 

Sejak pertemuanku dengan Ibu guru, rasa kekhawatiranku akan si ken yang sekolah pun berkurang drastis. Lebih tepatnya, berusaha untuk mengerem rasa khawatir aku yang tumpeh-tumpeh ini sembari mencoba untuk percaya akan kemampuan si kecil ken. 

Koq nggak dari dulu-dulu Mak ? Kan nggak perlu bolak balik rumah sekolah si ken kayak setrika an *hahay. 

Buat bocah. 

Maafin mamakmu yang lebay mode on yak. Peace love and gaul. 😄
Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

21 Hari Kembali Muda Tanpa Ditunda Pakai Age Revival Theraskin

Mombeb, sejak aku menjadi guru, aku amat peduli dengan penampilan mulai dari wajah hingga pakaian. Sebab penampilan merupakan salah satu car...