Cara Mengetahui Kesiapan Anak Menulis dan Membaca dari Gambar


Tahukah Kamu, Mam. Bahwa kesiapan anak menulis dan membaca dapat dilihat dari gambar yang si kecil buat ?

Nggak tahu, soal ini, aku malah baru tau minggu lalu. Waktu ikut acara parenting di sekolahnya si ken. Duh, kudet yak eikeh *hahay. 

Sebelum tahu soal ini, aku pikir yaa aktivitas coret-coret, mewarnai, hingga menggambar ini cuma melatih motorik si ken saja. Sama satu lagi dink, bahwa ini juga aktivitas yang ampuh bikin si kecil ken anteng. *hahay. Si ken yang tipe anak kinestetik, nggak bisa diem bak bola bekel mencelat sana sini bikin yang momong ndredeg deg deg deg, bisa anteng banget, begitu aku berikan crayon atau spidol. Ditambah lagi, si ken mendapatkan kebebasan untuk mencoret-coret tembok rumah. Beuugghh, bakal anteng berjam-jam dah tu bocah. 

Nah, di kelas parenting yang aku ikuti itu dijelaskan bahwa orangtua bisa melihat kesiapan anak belajar membaca dan menulis dari gambar yang dibuat oleh anak. Adapun contoh bentuk-bentuk gambar yang dapat membuat orangtua melihat kesiapan anak adalah sebagai berikut :


Di gambar yang pertama dan kedua, menurut narasumber yang seorang psikolog dan konsen dalam bidang ilmu parenting juga, menunjukkan bahwa  anak belum siap mulai belajar membaca dan menulis. Pada dua gambar ini, anak masih melatih kemampuan motorik halusnya terlebih dahulu.


Gambar ketiga, yang merupakan gambar  beberapa buah garis yang nyaris lurus menunjukkan bahwa anak sudah mulai bisa diajarkan mengenal huruf. Lebih baik  diawali dengan mengenalkan huruf vokal. A I U E O. Baik lewat tulisan maupun pelafalannya.


Gambar keempat menunjukkan anak sudah mulai melibatkan huruf dalam gambar yang ia buat. Apabila anak sudah membuat gambar seperti ini, maka kita bisa mengajaknya untuk mengeksplorasi huruf abjad dan mengenalkan kata atau nama dari suatu benda atau yang ada disekitarnya. Baik melalui tulisan atau pelafalan.

Gambar kelima menunjukkan anak memasukkan kata dalam gambar yang ia buat. Ini bisa dijadikan sebagai tanda bagi kita untuk memperbanyak kosa kata baik dalam lafal maupun tulisan.


Gambar keenam menunjukkan anak mulai membuat atau meniru kata-kata yang pernah atau telah ia ketahui. 

Si ken sendiri alhamdulillah, setelah aku perhatikan beberapa hasil gambarnya, sudah pernah membuat gambar-gambar seperti yang ada di atas. 

Untuk gambar yang pertama itu sendiri, si ken sudah membuatnya saat ia sudah mahir menggunakan spidol, kira-kira sekitar usia 13 bulan lebih. Dan sekarang alhamdulillah wa syukurillah si ken sudah bisa membaca kata-kata yang sederhana. 

Jadi seperti itu kiranya, contoh-contoh gambar yang menunjukkan kesiapan anak belajar menulis dan membaca. Nah, kalau putra/putrinya Mamis sudah pernah bikin gambar yang mana nih. Selamat mengamati yak, Mamis. 

Kesan Pertama Ikut Kelas Parenting di Sekolah Si Kecil

Hola,
Mamis, 
Aku mau cerita. 

Jadi tanggal 4 Agustus kemarin, aku dapat undangan dari sekolah si kecil ken untuk hadir di kelas parenting. Ini, adalah kali pertama aku dapat undangan seperti ini di tempat tinggal aku loh. Yang paling sering mah, dapet undangan manten alias undangan nikahan *hahay. Oleh sebab itu, aku excited nih sama undangan ini.

Setelah selesai nyuci baju plus beres-beres rumah, tanpa masak terlebih dahulu karena ndak kober bin nggak cukup waktunya. Aku langsung encus meluncur ke sekolah si ken diantar ojek kesayangan dan terlove yakni bapak si ken. Sayangnya, begitu aku nyampek lokasi, acara kelas parentingnya sudah dimulai. Tapi untungnya, pembahasannya belum jauh-jauh amat, karena baru mbahas slide 1. 


Oya aku belum nyebutin tema kelas parentingnya yak ? Dah, sampai lupa. Jadi nih, tema kelas parenting di sekolah si ken ini tentang "Lebih Jauh Tentang ABC dan Menulis Namaku".

Materi parenting ini disampaikan oleh Ibu Kepala Sekolah. Cara penyampaiannya enak dan mudah dipahami. Tak lupa beliau juga menyelipkan guyonan-guyonan sederhana tapi berhasil bikin pundak walimurid naik turun saking lucunya. Tapi diantara itu semua, yang paling aku tunggu-tunggu adalah share beliau tentang pengalaman parenting beliau sebagai ibu, juga pendidik. 

Seperti umumnya kelas parenting yang sering aku baca dari tulisan teman-teman blogger, seperti itu juga kelas parenting ini dikemas yakni terdiri dari sesi penyampaian materi dari narasumber trus sesi tanya jawab deh. Etapi, tadi ada ice breaking juga sih. Main-main bentaran ala anak TK gitu. Goyang-goyang jari, dan tangan trus hentak-hentak kaki. Aku sempat memperhatikan ekpresi walimurid pada saat melakukan ini. Lucu-lucu dan pada happy semua. Hihihi. 

Mungkin karena temanya oke, dan penyampaian materinya juga enak, walhasil nggak terasa kalau acara sudah sampai di sesi tanya jawab. Sayangnya, sesi ini hanya dibuka satu sesi tanya jawab aja. Padahal yang tanya banyak, termasuk aku. Jadi aku nggak kebagian nanyak-nanyak deh. Huhuhu. 

Nah, hasil dari kelas parenting kemarin nih, ada beberapa poin yang berhasil aku catat. Aku jentrengin dimari yak. Semoga nggak ada yang kelewat. 

  1. Kenali karakter anak.
  2. Setiap anak memiliki potensi & tahap perkembangan masing-masing.
  3. Penting melatih motorik halus & kasar anak. 
  4. Stimulus motorik halus berkaitan dengan kemampuan menulis dan membaca anak.
  5. Anak belajar maksimal saat ia merasa berada di zona nyamannya. 
  6. Tahap perkembangan keaksaraan anak dilihat dari hasil gambar yang dibuat anak. 

Lalu bagaimana nih kesan pertama ikut kelas parenting ? Senang pastinya. Karena aku dapat tambahan ilmu, informasi baru, dan juga yang tak kalah penting adalah DIINGATKAN. Diingatkan soal bagaimana menjadi orangtua yang baik untuk si kecil, diingatkan soal tingkah pola kita yang terkadang tanpa kita sadari ternyata tidak baik untuk si kecil, dan diingatkan juga untuk selalu ikhtiar menjadi orangtua yang baik untuk si kecil. 

Oya sebelum pulang, bareng si kecil ken tentunya, aku sempat tanya ke panitia acara. Katanya sih, bulan depan bakal ada kelas parenting lagi. Yeayyy... alhamdulillah. Mudah-mudahan aku bisa ikut lagi. Lumayan kan, dapat ilmu gratis dan insyaAllah berguna buat kehidupan sehari-hari. 


Jadi gitu deh, cerita kali ini. Kita ketemu di lain cerita lagi ya, Mamis. Yuk mari monggo. 

Punya Anak Kinestetik Itu, Seru.

Dulu, jauuuuhhhh sebelum nikah, aku pernah nyeletuk dalam hati tentang kelak, kalau punya anak, pengin gitu punya anak yang karakternya anteng, nggak kayal-kayal, dan pinter ngomong atau linguistiknya cakep. Keinginan ini muncul setelah beberapa kali melihat bocah-bocah yang punya tingkah pola ajaib bin aktif banget seperti kelereng gelundung sana gelinding sini, munyer-munyer, lari-lari segala macem. Aku, selaku yang ngelihat, sampek pusing jadinya madam. 

Eeee siapa sangka beberapa waktu setelah nyeletuk begitu. Allah nitipin aku dan suami amanah seorang bayi kecil yang seiring masa tumbuh kembangnya semakin menunjukkan karakter kalau ia adalah tipe anak kinestetik alias aktif banget. Berbeda dari karakter yang sempat aku celetukkan dulu. (CELETUKAN)

Trus ?
Lu kecewa gitu, Mak ?

Enggaklah. 
La wong biar dititipin amanah sama Allah saja, aku dan suami kudu ikhtiar ini itu. Masa' mau kecewa. Kufur nikmat donk aye, Kakak. Naudzubillah. 

Trus gimana donk perasaan dikau waktu tahu fakta tentang itu ?
Ya nggak gimana-gimana. Cuma jadi bertanya-tanya gitu dalam hati. "Koq bisa ya dulu nyeletuk kayak gitu ?". (Mikir sambil garuk-garuk kepala karena...hetombe).
Dan makin kesini...
Pertanyaan itu jadi berkembang lagi "Koq bisa ya dulu nyeletuk kayak gitu ? Padahal seru dan menantang banget punya anak yang memiliki karakter aktif alias kinestetik gitu". 

Nah loh. 
Apa donk jawabannya ? 
Entahlah, mungkin, aku nyeletuk kayak gitu, karena dulu aku belum paham ya soal anak dan sebagainya, dan belum ngalamin juga jadi seorang ibu, jadi ya nyeletuknya aneh-aneh gitu dan satu lagi, karena stereotip di masyarakat yang sering menilai bahwa anak yang tingkahnya banyak bin nggak bisa diem bin aktif adalah anak nakal. 

Padahal, kalau ngerti soal karakter anak, pasti paham bahwa anak dengan karakter linguistik dan visual itu sama koq dengan kinestetik. Sama-sama anak nakal dalam arti positif alias banyak akal. 
Kalau anak linguistik, mengekspresikan ide-ide yang ada dipikirannya dengan lisan. 
Kalau anak visual, mengeskpresikan ide-idenya melalui gambar. 
Sedangkan anak kinestetik, mengeskpresikan ide-idenya dengan gerakan dan tingkah pola. 

Selain itu juga, menstimulus anak kinestetik itu, seru bin menantang banget. Karena apa ? Gaya belajar anak kinestetik yaaa kinestetik, dengan gerakan, ia lebih mudah memahami sesuatu jika melibatkan motorik mereka. Nah untuk menstimulus anak dengan gaya belajar ini, butuh media belajar donk pastinya. Namun, media-media belajar yang ada, terutama di kota-kota kecil, lebih banyak diperuntukkan untuk anak-anak linguistik maupun visual. Walhasil, orangtua sebagai sekolah pertama bagi anak, harus berusaha bikin sendiri donk ya. 


Soal bebikinan media belajar buat anak kinestetik ini memang butuh effort tapi nggak apa-apa, hasilnya oke punya koq. Sumprit dah. Lagipula, bebikinan begini, juga melatih daya kreativitas diri sendiri loh. Mantablah. Sekali mendayung, dua pulau terlampaui. Yihiiii. 



Jadi, selama ini, selama aku jadi ibu dari anak kinestetik, rasanya seneng banget. Malah bersyukur sama Allah. Kehadiran si ken yang kinestetik bikin aku jadi buanyak belajar, banyak happy, dan banyak gerak. *hahay. Alhamdulillah. 

Nah bagi mamis yang punya anak kinestetik, semangat yak, banyakin makan biar bertenaga ngikutin tingkah pola bocah. 😄😄
Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

21 Hari Kembali Muda Tanpa Ditunda Pakai Age Revival Theraskin

Mombeb, sejak aku menjadi guru, aku amat peduli dengan penampilan mulai dari wajah hingga pakaian. Sebab penampilan merupakan salah satu car...