Gaya nge-dance si ken, pasti begini. |
Paham konsep juga simbol, : ) |
Gaya nge-dance si ken, pasti begini. |
Paham konsep juga simbol, : ) |
Resolusi 2015 yang gagal |
Resolusi 2015 yang sudah direvisi dan aku jadikan resolusi 2016 |
Bentuk teguran Allah yang berhasil serta merta membuatku sadar dan paham bagaimana seharusnya |
Ngidam Bakpia Pathok Jogja waktu hamil bocah endut ini. Pipinya, mentul-mentul, mirip bakpia pathok, hahayy |
Sumber gambar : national geographic |
Selain gundah gulanain sangu buat sekolah lagi, ada lagi yang bikin hati aku menggundah merana nan nestapa *halah. Ya apalagi kalau bukan soal anak yes. Soal si kecil ken. Siapa nanti yang momong? Siapa yang jagain tu bocah kinestetik. Siapa ?. Secara ya, tu bocah dari ngoek udah sama saya. Nemplok. Tak terpisahkan *ahay. Eikeh mandi, buang air kecil, buang air besar pun si ken (kadang) ngikut.
Ada yang usul buat titipin ken ke penitipan anak ?
Oke kan tuh. Cumaaaaa...di sini lagi semerbaknya *halah, lagi santer-santernya gitu berita tentang sebuah penitipan anak yang ngasih ctm ke anak. Jadi saran ini aku taruh dulu di pojokan.
Usul kedua, nyekolahin si ken.
Ini juga boleh, dan langsung aku coba ke si ken. Hasilnya, dengdong, si ken nggak mau masuk kelas alias main meluluk. Jadi saran ini juga aku taruh dipojokan.
Usul ketiga, titipin ke mertua.
Sebelum ngomong ttg titip menitip ini, mertua aku sudah lebih dulu mengibarkan bendera putih. Mertua sering kewalahan dengan tingkat si ken yang kayak uget uget. Wajar banget sih kalau mertua kewalahan. Si ken tenaganya masih super power, sementara mertua kebalikannya alias sudah sepuh.
Usul ke-empat, cari pengasuh.
Nggak ada duit buat gaji pengasuh yang bener-bener ngasuh. Takutnya, kalau maksa pakek jasa pengasuh, eee nggak bisa ngasih gaji yang 'nyenengin' si pengasuh. Gitu. Jadi mending nggak deh, menghindari kejadian kejadian yang seperti berita-berita itu. Eh berita apa sinetron sih ? Lufa.
Usul ke-lima
Belum nemuuuuu.
Aaaaakkkkkkkkk.
Sempet pusing pala syahrini. Saking pusingnya aku sampek memutuskan hal ini :
"Aku cuti dulu ae ya Yah, mulai kuliah tahun depan aja, piye ? ".
krikkrikkrik
"piye yah".
"Bentar dulul cari jalan lain dulu" begitu jawaban suami. Yang sontak bikin pusing pala syahrini berubah jadi pusing pala sugigi. Hiks
Tapi alhamdulillah, pusing yang aku alami cuma sampek di pusing pala sugigi, nggak sampek pusing pala alm. mpok nori (koid donk saya, hadeehh). Karena sudah nemu jalannya. Apa coba ?.
Alhamdulillah, adek iparku (untuk sementara) mau bantu momong si ken. Seneng donk eikeh. Soalnya, adek iparku ini juga yang paling deket sama si ken dan paling paham dengan kebiasaan lan karakter si ken.
Alhamdulillah. Senengnyaaaa. Meskipun sementara. Paling tidak ini ngulur waktu lah yah bagi aku plus suami untuk nyarik solusi yang gk bersifat sementara.
Pengumuman keluar.
JEBRET
Diterima
JEBRET
Seneng donk ?
Nggak tau.
Nggak tau seperti apa sebenernya perasaanku. Antara seneng sama takut. Seneng ya karena kerja keras bikin portofolio selama dua bulanan berbuah manis. Takut. Takut nggak bisa budal kuliah karena nggak punya sangu alias uang saku.
Suami sudah bolak balik sih ngasih tau kalau insyaAllah ada jalan rejeki buat sangu sekolah. Tapi emang istrinya kepala trampolin. Jadi mendal. :(
So sama seperti sebelum-sebelumnya. Aku masih nebar tulisan kemana-mana. Agak ngoyo sih. Hasilnya ? nih hansaplast nempel di kepala. Hahay. #Mbah2ModeOn.
Nah karena mulai pusing, ngerasa nggak tau harus ngelakuin apa lagi, dan sudah mendekati jadwal mulai masuk sekolah, sementara uang saku belum terkumpul juga, akhirnya aku memutuskan untuk merapat padaNya. Perbanyak ibadah dan do'a. Do'a yang sebagian besar isinya Memohon ditunjukkan jalan untuk mendapatkan rejeki buat sangu sekolah. Iya, langsung to the point. Minta kemudahan dapet rejeki buat sangu sekolah. #AkuMemangHambaYangToThePoint.
Nggak nyangka. Nggak nyangka sama sekali, bahwa do'a to the pointku mulai menunjukkan sinyal. Sinyal dari Sang Maha Pemilik Rejeki. Sinyal tersebut seakan menyiratkan sebuah jalan setapak yang bisa membantuku mengumpulkan rejeki buat sangu sekolah. Dan sinyal itu berupa, job review, dan placement.
Alhamdulillah, jalan setapak tersebut, sampai saat ini, bisa aku andalkan. Aku bisa budal sekolah. Pulang juga bisa. Njajan cilok di pinggir jalan, otak-otak, tahu sumedang, jajan manisan pencit juga bisa. Kadang juga bisa belikan si kecil oleh-oleh berupa jajan kesukaannya. Makasih Ya Allah. :)
Karena ini hanya jalan setapak, jadi aku masih berharap ditunjukkan jalan rejeki yang agak besar sama Allah. Jalan yang bener-bener bisa diandalkan. Soalnya, job review sama placement, munculnya musiman. Gitu.
So sambil menunggu petunjuk dari Allah. Aku akan giat mencari jalan tersebut. #SingsingkanLenganDaster.
***
Gundah Gulana Lainnya
Gundah gulali, masih tersimpan di hati. Bulan mei, aku pun budal ndaftar sekolah lagi. Sempat terselip pernyataan di hati, apapun hasilnya, pasti aku terima. Lulus boleh, nggak lulus juga nggak masalah. Nggak masalah banget. Beneran.
Waktu itu, yang mendominasi perasaanku adalah perasaan nggak diterima, nggak lulus. Mengingat portofolioku, si ibu rumah tangga yang sudah hampir 7 tahun tidak mengecup dunia akademik ini, bisa dibilang jauh banget dari sempurna, dan aku pikir pasti kalah kece dari yang freshgraduate. La tapi gimana nanti kalau diterima ? transport buat biaya dan lain-lain gimana ? pusyiang saiya, haiyaahhh.
Sambil mencari cara untuk dapet krincing krincing recehan. Aku makin semangat nebar tulisan di sana sini. Ikut lomba ini itu, ndaftar job review lan placement delele. Dan terakhir, do'a donk, minta solusi dari Yang Maha Segalanya.
2 bulan kemudian, pengumuman mahasiswa yang diterima di kampus yang aku tuju keluar. Aku nggak berani. Nggak berani lihat pengumuman. Asli. Takut diterima. Suami pun nggak aku kasih tau. Takuuutttt. Bayangin biaya yang harus dikeluarkan untuk spp juga transport dan lain-lain bikin emerinding ebulu eromaku.
Tapi, mungkin karena memang kehendakNya, suami mendapatkan kabar dari temannya. Bahwa pengumuman sudah keluar. Bahwa aku diterima. Iya, DITERIMA. Omegod.
Seharusnya, aku gembira donk dengan kabar tersebut. Tapi ternyata nggak ? Aku makin gundah gulana merajalela.
***
Gundah Gulana Sekolah Lagi Part 2
Nyicil rumah atau sekolah lagi ?.
Gitu amat pilihannya yak. Hahaha. Iya, gitu amat yak. Mbok ya, pilihannya itu kayak di iklan yang itu tuh, Kuliah atau nikah ? kan tsakep. *uhuy*
Jauuuuhhhhhh, sebelum kera sakti terbebas dari gunung lima jari, aku sudah memikirkan hal ini. Enaknya nyicil rumah atau sekolah lagi.
Jujur, waktu itu, hati aku lebih condong ke nyicil rumah. Rumah subsidi gitu yah. Kan cicilannya nyaman banget di kantong. Jadi biar mapan gitu. Nggak jadi kontraktor lagi. Pindah sana sini lagi. Menetap. Sementara kalau sekolah lagi, nggak hanya mikir spp, tapi juga transport dan biaya lain-lain. Meskipun cuma 2 tahun, tapi biaya yang diperlukan langsung mak tiung alias melambung.
Namun sayangnya suami and the gank (keluarga), dukung aku sekolah lagi.
"Rumah bisa nanti-nanti, sekolah lagi aja dulu, nanti biayanya kita usaha sama-sama, insyaAllah ada jalan" begitu kata suami. Sebuah pernyataan yang membuatku mengurung keinginanku karena Suami lebih ridho sama ridho rhoma eh rhido sekolah lagi. Jadi aku pun meng-iyakan hal tersebut dengan perasaan gundah gulana.
La gimana nggak gundah yes, ekonomi lagi nggak stabil, sementara aku harus sekolah lagi. Koq kayaknya nggak bijaksana banget gitu keputusannya. Kan pusing pala nyisanak. ahay. Tapi yaaa, mau nggak mau kudu manut suami kan. Ridho Suami Ridho Allah. So, tentu saja pilihaku jatuh ke sekolah lagi.
Trus urusan gundah gulali sekolah lagi gimana ?
Auk ah. Gelap. :D
Akhirnya, aku putuskan perdebatan yang terjadi di akun facebook ku dengan, BLOKIR. Hahayyy.
Karena aku sadar bahwa perdebatan itu menuju ke arah yang nggak jelas. Aku mbahas itu, eee orang itu malah mbahas itu. Bahkan makin melebar. Dan buntutnya mengarah ke-ngejudge eikeh cyiinnn. Selain itu juga, aku sudah minta untuk mengakhiri perdebatan yang maknyonyor itu, ee tu orang malah nongol terus. Duuhhh ampuh dah. Lelah saya mah. Beneran. Lelah jelasinnya. Karena percuma. Tu orang sudah pakai kacamata kuda soalnya. Jadi nggak bisa melihat kanan dan kiri. Gitu. So blokir adalah langkah yang tepat. Yuhuuuu.
Perdebatan tersebut dimulai saat orang itu tidak terima dengan komentarku tentang MUI. Kata orang itu, aku nggak pantes komentar seperti itu. Karena aku bukan ulama, bukan siapa-siapa. Jujur, mendapat komentar tersebut membuatku.... SEDIH cyiiinnn. Terlebih lagi saat orang itu mulai mengkotak-kotakan Islam. Duuuhhh, nggak hanya sedih, bahkan juga prihatin, daaannn ngeri. Hhhhh....semoga deh, semoga orang itu, juga orang-orang yang memiliki pemikiran seperti itu, diberikan petunjuk oleh Allah Swt. Amin. #Pray
Komentarku atas MUI, disebabkan karena sudah dzalim terhadap buya syafii ma'arif. Koq bisa-bisanya seperti itu. Heran.
Aku mulai kenal dengan buya saat menonton acara kick andy sekitar 3 atau 2 tahun yang lalu. Dan setelah itu aku pun 'mengikuti' beliau lewat gogle, tulisan-tulisan yang beliau buat. Pengekoran puncak yaitu saat aku memperoleh buku karya buya, dengan judul Islam dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan.
Aku masih ingat apa yang dikatakan ustadzku waktu mondok dulu. Kata beliau, untuk mengukur apakah ucapan atau tulisan seseorang itu tulus dari hati. Maka biasanya akan terasa di hati pembaca. Dan aku pun mengalami hal itu saat membaca buku buya. Bagi aku, membaca buku karya buya, laksana bertemu oase di tengah padang pasir. Membaca buku karya buya membuat rasa rinduku kepada pemikiran almarhum gusdur sedikit terobati. #RinduGusdur.
Nah dari point point di atas membuatku melontarkan kata seperti itu di tautan yang aku share. Tentang pendapat gusmus terhadap mui yang dengan mantabnya menjudge buya seperti itu. Duuhh na'udzubillah.
Artikel yang aku share itu lebih kepada kasus yang dihadapi buya. Bukan kasus koh ahok yes. Aku nggak ikut ikut soal koh ahok. Toh sudah banyak yang hendle kan ? Sudah diurusi oleh kapolri. Tinggal nunggu proses hukumnya aja.
Tapi, dari perdebatan yang gejong itu, ada beberapa pelajaran yang dapat aku petik. Yakni :
Pertama, Aku jadi tahu bahwa, masih ada yang tidak begitu paham dengan "kebesan dalam berpendapat, saling menghormati dan menghargai perdebatan pendapat".
Kedua, aku jadi tahu bahwa banyak yang masih memakai "kaca mata kuda".
Ketiga, tidak suka membaca. Apalagi jika disuruh membaca artikel artikel dari sudut pandang lain.
Keempat, asal komentar tanpa berusaha mencari informasi yang sebenarnya terlebih dahulu.
Kelima, mudah membagi orang ke dalam kotak-kotak.
Keenam, mudah ngejudge
Ketujuh, mudah tersulut emosi
Kedelapan, susah menerima perbedaan
Kesembilan, traffic medsosku cepet naik. Hahayyy.
kesepuluh, aku jadi tahu tentang kemampuanku dalam menghadapi orang-orang yang nggak jelas. Namun kata suami mah, aku belum siap seperti itu. #Glodak. Belum bener bener mampu bertahan dalam segi mental. #Glodak. Tapi iya sih, ada benernya, secara hati aku kan selembut bidadari. #MintaDidulitUpil . Jadi harus digembleng lagi dan lagi.
Nah dari point-point di atas, aku punya semburat rencana yang nangkring di hati. Yang jelas semburat tersebut lebih kepada semburat mengikuti langkah almarhum gusdur, buya syafi'i, gus mus, din syamsudin, dan sebagainya. Yang senantiasa menggembar gemborkan tentang Islam rahmatallil'alamin. Islam yang penuh rahmat lan kasih sayang di negeri ini.
Assalamu’alaikum, Dear, Mombeb. Apa kabar? Aku do’akan semoga kamu selalu dalam kondisi sehat dan bahagia aamiin ya robbal’alamiin. Doa...