Showing posts with label Kreasi. Show all posts
Showing posts with label Kreasi. Show all posts

Membuat Miniatur Gedung dari Kardus Jajan Kondangan

Semua bulan itu baik. Namun untuk melangsungkan pernikahan maka dipilihlah bulan terbaik dari yang baik. Seperti bulan syawal, dzulhijjah, rabiul awal, atau bulan rajab yang baru berakhir beberapa hari lalu. Oleh sebab itu, tak heran jika bulan-bulan tersebut banyak bertebaran undangan pernikahan di rumah. Dan tak heran juga kalau bulan-bulan itu, dompet rasanya cepet sekali menipis. Makpisss. Wkwkwkwk.

Seperti bulan rajab kemarin. Dalam satu hari, aku dan si ayah ken bisa bowo alias mendatangi 2 hingga 3 tempat resepsi pernikahan loh. Jadi abis dari sini, langsung pergi ke situ. Tanpa ganti baju dulu. Capcipcup cusss. Urusan bau keti, belakangan lah yah. Yang penting kondangan cepet selesai. Hahaha.

Pulang dari kondangan, otomatis kami membawa penghuni baru donk ke rumah. Apakah itu ? kardus jajan atau kardus suvenir. Wahahayyyyy.Pokoknya nih, kalau sudah musim nikah tiba. Nggak hanya undangan nikahan saja yang bertebaran di rumah. Tapi juga kardus-kardus kotak jajan dari kondangan juga numpuk puk di rumah.

Si ayah, yang orangnya bersihan, sudah gatel banget pengen buang tuh tumpukan kardus jajan ke tempat sampah. Tapi nggak aku bolehin donk. Karena...... eman cuy. Tuh kardus masih cakep-cakep rupanya. Mulus. Aseli. Eman kan kalau nggak dimanfaatin dulu.

Pemanfaatan paling sip dan mudah yaaaa, dijadiin mainan buat si ken. Mainan yang belum ia punya atau mainan yang belum pernah ia mainkan.  Yaitu miniatur gedung-gedung atau bangunan yang ada di kota-kota besar.

Alat bahan yang dibutuhkan untuk membuat miniatur tersebut cuma kardus sama spidol plus selotip. Dan cara membuatnya yaitu kita tinggal merapatkan tutup dengan badan kardus menggunakan isolasi. Lalu gambar kotak-kotak atau garis-garis di bagian belakang kardus. Sudah. Jadi deh.

Alhamdulillah. Ken excited banget loh lihat mainan ini. Dia pun segera menata kota kecil versinya.

Duh senengnya hatiku melihat si ken mau memainkan mainan yang aku buat. Dan lebih bahagianya lagi, isi dompet pun aman terkendali. wkwkwkwk.

Kalau begini mah, nggak usah beli lego ya ken. Nggak ada lego, kardus bekas jajan kondangan pun jadi. Hahahayyyyy.

Menstimulasi Kognitif Anak dengan Permainan Simsalabim Jadi Apa ?

Usia 0-6 tahun dikatakan sebagai masa golden age si kecil. Saat itu tumbuh kembang si kecil melesat begitu cepat. Imitasi yang mereka lakukan pun diibaratkan lebih canggih dari mesin foto copy tercanggih. Cepat, dan sama persis. Oleh sebab itu, para orangtua berusaha untuk tidak menyia-nyiakan masa golden age si kecil ini.

Salah satu bentuk usaha orangtua adalah dengan menstimulasi kognitif si kecil. Seperti mengenal angka, huruf abjad, dan hijaiyah. Serta mencoba memberikan pemahaman jika ini maka begitu atau yang seperti ini ini ini namanya itu dan lain sebagainya.

Banyak orang yang kurang setuju dengan menstimulasi unsur kognitif pada si kecil sejak usia dini. Dengan alasan belum waktunya si kecil untuk mendapatkan stimulus seperti itu. Dan lebih baik masa golden age si kecil dilalui dengan bermain. Lalu bagaimana jika seperti ini, Lebih baik masa golden age si kecil dilalui dengan bermain sambil belajar ?.

Pemberian bold pada kata bermain tersebut merupakan hal yang menjadi prioritas. Bukan belajar yang menjadi prioritas utama. Sebab jika belajar menjadi prioritas utama maka selanjutnya yang ingin diketahui adalah hasil dari kegiatan belajar itu sendiri. Seperti bisa melakukan ini atau bisa me,baca itu. Kemudian apabila sudah berbicara hasil maka akan ada strategi-strategi tertentu untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Bahkan bisa saja aalah satu strategi tersebut berupa memberikan hukuman pada si kecil. Oleh sebab itu, yang menjadi prioritas adalah bermain. Yang mana hasil dari bermain adalah perasaan bahagia.

Saat ini mencari ide permainan untuk menstimulasi kognitif si kecil sudah semakin mudah dan banyak pilihan. Mulai dari yang manual sampai permainan yang canggih sekalipun sudah tersedia. Tinggal disesuaikan dengan tumbuh kembang si kecil saja.

Salah satu permainanan manual yang dapat digunakan untuk menstimulasi kognitif si kecil dalam mengenal huruf abjad adalah permainan Simsalabim Jadi Apa. Sekilas, apabila dilihat dari nama permainannya saja, memang nampak seperti permainan sulap. Namun sebenarnya ini hanya kertas putih yang dioles lem. Olesan lem tersebut dibentuk seperti huruf-huruf abjad. Kemudian taburkan kertas bekas yang sudah digunting kecil-kecil di atas olesan lem tersebut. Angkat kertas. Dan SIMSALABIM keluarlah huruf Abjad. Lalu si kecil akan bersorak kegirangan.

Meskipun sederhana, permainan ini berhasil membuat si kecil menjadi antusias dan senang. Apalagi saat ia menaburkan potongan-potongan kertas di atas kertas yang sudah diberi lem. Proses menstimulasi kognitif si kecil menjadi terasa menyenangkan.

Jadi, perhatikan baik-baik masa golden age si kecil. Berikan stimulus dengan cara yang menyenangkan. Yakni bermain sambil belajar.

Mainan Untuk Si Kecil : Tidak Selalu Harus Menarik Ciamik Lucu

Mainan merupakan salah satu pendukung dalam menstimulasi si kecil. Sebab stimulasi dengan menggunakan mainan akan membuat si kecil nampak antusias dalam mengikuti tahapan stimulasi yang kita buat. Dan hasilnya bisa dibilang cukup baik. Selain itu waktu yang dihabiskan untuk menstimulasi pun tidak terlalu lama. Lebih mudah dan efektif lah ya. Oleh sebab itu, aku memasukkan mainan ke dalam list belanja bulanan *Ceileeee guayaaa. Ralat. Maksudku 3 bulanan ding.

Namun, kadang, sebelum jangka waktu 3 bulan berakhir si ken nampak sedikit jenuh dengan mainan yang ia punya. Ditandai dengan tatapan nanar ke arah tumpukan mainannya. Atau tidak terlihatnya chemistry antara si ken dan mainannya. *Aih chemistry.

Kadang, rasa kasihan merangsek hati saat si ken melihat rak mainan di minimarket yang tengah kami kunjungi lalu berkata : "kita api tutut mah" atau "mau boya mah" atau "yang kecil mah" dan sebagainya. Mencelos rasanya begitu melihat ekspresi sendu di wajahnya saat aku mengingatkan kesepakatan yang kami buat atau saat aku menolak membelikannya mainan.

Ealah mak, udeh kayak emak tiri aja dikau. Iyak hooh.

Tapi mau bagaimana lagi. Ini juga demi pelajaran hidup untuk si ken juga aku. Untuk selalu teguh memegang komitmen yang telah dibuat. MERDEKA.

Maka dari itu, sambil menunggu 3 bulan berlalu. Aku membuatkan mainan untuk si kecil ken. Mainannya sederhana sih. Cuma mainan yang terbuat dari barang bekas aja. Seperti kardus susu atau kertas yang tidak terpakai. Nah berubung kali ini aku tengah gencar menstimulasi kecerdasan linguistiknya. Maka mainan yang aku buat adalah Kartu Huruf Abjad.

Awalnya aku sangsi. Ragu gitu. Kira-kira mau nggak ya si ken memainkan mainan yang aku buat. Jangan-jangan ngelihat mainannya aja dia ogah. Sebab nggak menarik. Nggak cakep. Bondo nekat. Akhirnya aku coba untuk menawarkan tumpukan kartu abjad tersebut kepada si ken.

Kesan pertama. Si ken nggak berkutik melihat tumpukan kartu huruf di depannya. Karena aku ngerasa si ken nggak tertarik. Maka tawaran mainan tersebut aku lanjutkan ke cara memainkannya yakni berlomba (cepet-cepetan) mencari huruf. Contohnya seperti ini :

Aku tebarkan kartu huruf tersebut ke lantai lalu berkata :
"Cari huruf N yuk, ayoooo, huruf N nya mana yaaaa, mana mana mana".

"Ni diaaaa" seru si ken bahagia.

Alhamdulillah. Legaaaahhhhhhh. Ke-sangsi-anku soal apakah si ken mau memainkan mainan dari barang bekas yang aku buat ternyata terbantahkan. Hurraaayyyy. Faktanya si ken nampak enjoy memainkan kartu-kartu huruf dari kardus bekas susu morinaga. Yang polos bledes. Tanpa warna. Tengkiu ya ken. Terima kasih banyak.

Dari sini, persepsiku soal mainan untuk si kecil harus menarik ciamik lucu agar si kecil suka memainkannya menjadi berubah. Ternyata mainan untuk si kecil tidak selalu harus begitu. Mainan sederhana juga bisa menarik perhatiannya. Asalkan cara memainkannya dibuat lebih seru.

Kalau kalian gimana ? Pernah bikinin mainan untuk si kecil juga kan ? Share dimari yak. Kali aja nanti bisa aku praktekin. Hehe. Sebelum dan sesudahnya terima kasiiihhhhh.

Aksi Ibu Rumah Tangga Menjaga Lingkungan Hidup

Senang rasanya saat mengetahui masih banyak orang di negeri ini yang peduli dengan lingkungan hidup. Yaaa, meskipun masih lebih banyak yang tidak peduli sih. Tapi aku optimis, suatu saat nanti, negeri ini akan didominasi oleh orang-orang yang sadar dan peduli akan kelestarian  lingkungan hidup.

Rasa optimisku ini tentu saja ada dasarnya. Dasarnya adalah Orang-orang yang peduli lingkungan hidup tersebut yang tergabung dalam suatu komunitas, lembaga atau secara individu, nampak begitu bersemangat dan gencar  mengenalkan, menularkan, dan mengajak masyarakat untuk sadar serta turut menjaga dan melestarikan lingkungan.

Cara mereka, orang-orang yang peduli lingkungan hidup, mengemas ajakan tersebut pun sangat apik. Seperti mengadakan kegiatan jalan sehat yang diakhiri dengan menanam seribu pohon. Atau mengadakan lomba mendaur ulang barang bekas, atau seperti yang dilakukan oleh blogger kece mas Bowo Susilo ini, yang mengadakan giveaway bertemakan lingkungan hidup di blognya.

Salut banget dengan semangat mereka. Semangat yang berhasil membuat sekian orang tergerak untuk melakukan hal yang sama. Salah satunya adalah aku.

Sebagai seorang ibu rumah tangga, aku pun juga ingin turut serta menjaga lingkungan hidup sekitarku. Dan caraku adalah :

Menghemat penggunaan listrik.
Selain mematikan listrik di siang hari dan memakai listrik seperlunya saja, aku juga tidak menyetrika bajuku maupun baju orang rumah. Aku lebih memilih untuk merapikan baju pada saat proses pengeringan, penjemuran hingga saat baju-baju tersebut dilipat lalu dimasukkan ke dalam lemari.









Mencuci tanpa deterjen.
Aku mengganti deterjen dengan laundry ball yang komponen di dalamnya tidak mengandung bahan kimia. Dengan begitu, tidak akan merusak ekosistem air.




Daur ulang barang bekas.
Ada beberapa barang bekas yang aku ubah menjadi barang yang bisa digunakan lagi di rumah. Seperti dasterku yang sudah bolong dimana-mana dan kolor si ayah yang begitu dipakai langsung melorot alias sudah molor. Dua benda tersebut aku ubah menjadi keset kaki.



Ada juga kaos yang sudah tidak terpakai, karena sudah mbrudul atau molor, aku ubah menjadi tas untuk belanja, atau sarung bantal.





Sementara botol-botol bekas minyak telon, bedak, hingga bekas air mineral, aku ubah menjadi mainan untuk si kecil ken.




Menularkan kecintaan akan lingkungan hidup kepada anggota keluarga.
Dan fokus utamaku saat ini adalah menularkan hal tersebut kepada si kecil ken. Dengan cara :
1. Mengajak si kecil ken membereskan atau meletakkan mainan yang sudah selesai ia mainkan pada tempatnya. Hal ini sebagai langkah awal untuk membiasakan si ken meletakkan sesuatu tepat pada tempatnya. Salah satunya yakni membuang sampah pada tempatnya.



2. Mengenalkan pemandangan pemandangan indah kepada si kecil ken. Pemandangan indah yang makin tampak mempesona sebab bersih. Tak ada sampah dimana-mana.



Itulah beberapa aksi yang bisa aku lakukan, sebagai ibu rumah tangga. Mungkin tak seberapa, bahkan mungkin tak terlihat hasilnya secara signifikan. Daripada apa yang dilakukan oleh mereka yang aku sebutkan di atas tadi. Yang berhasil menggebrak nurani untuk turut beraksi menjaga lingkungan hidup. Salut untuk mereka dan semoga mereka tetap bersemangat menjaga lingkungan hidup serta semangat menularkan rasa peduli akan lingkungan hidup kepada seluruh warga negeri ini. Amin.

***

Bermain Membuat Rumah Boneka

Kalian sudah nonton film toy story 3 kan ?. Itu tu yang ada adegan barbie ketemu dengan ken. Kalian lihat rumah si ken, beuugghh, kece ya rumahnya. Rasanya aku pengen nginep di situ. Sayangnya yang ditawarin si ken cuma si barbie aja. Sementara, aku, mrs. Potato Head nggak ditawarin si ken sama sekali. Eikeh Syedih. *halah. Hehe.



Seneng banget rasanya melihat rumah boneka seperti itu. Keren. Pasti seneng banget deh ya yang bisa punya rumah boneka seperti itu. Pasti donk. La wong aku dulu punya rumah boneka dari kardus saja rasanya sudah senang banget. Iya, waktu aku kecil dulu tuh, aku suka main boneka dari kertas sama kakak sepupu aku. Untuk membuat permainan ini lebih seru, kami pun membuat rumah untuk  boneka kertas kami. Tentu saja rumah bonekanya tidak seperti rumah barbie atau ken. La wong bahan bahan yang kami gunakan untuk membuat rumah boneka tersebut hanya aneka kardus kardus bekas wadah pasta gigi,bekas bungkus rokok, hingga kardus bekas korek api. 

Bahan bahan tersebut kami kumpulkan satu persatu. Kadang kami mendapatkannya berserakan di depan warung klontong. Atau kadang juga kami menemukannya di jalan jalan saat kami tengah bermain. Pokoknya mah dulu kalau lihat kardus bekas rasanya kayak makan coki coki se-renteng gitu. Seneng banget.

Kalau sudah banyak, kardus-kardus tersebut akan kami atur, berjajar-jajar, membentuk kotak atau persegi panjang besar. Nah di dalam kotak tersebut akan ada kotak-kotak kecil lagi yang akan menjadi kamar tidur, kamar mandi, ruang nonton tv, tempat pesta dan lain sebagainya. Komplit dah. Hehe.

Kurang lebih seperti ini rumah boneka kertas yg aku buat dulu

Kalau sudah main ini, aku dan kakak sepupu aku suka lupa waktu dah. Saking asyiknya. Kadang kalau kami sudah suka banget sama rumah yang kami buat, rasanya eman gitu mau dibongkar. Tapi tetap harus kami bongkar, kalau nggak, bisa dimarahin ibuk. 

Sederhana namun tetap menyenangkan. Kalau sekarang mah mau membuat rumah atau bangunan apa gitu sudah nggak pakai kardus bekas lagi melainkan pakai lego beneran atau lego kw. Kaya' si ken nih, membuat bentuk bentuk bangun ruang pakek lego kw. Hihihi. Tentu saja yang seperti ini lebih cakep, lebih keren, lebih variatif, dan pasti akan membuat anak menjadi lebih kreatif. Tapi nih kalau dipikir-pikir, rumah boneka yang aku buat pakek kardus itu hampir sama dengan sketsa desain desain para arsitek. Ya nggak ?. Cuma ya lebih kece-an punya mereka donk. Jauh. Daripada punya anak desa bin anak kebon yang manis kinyis kinyis seperti aku ini. Hehe.

Membangun rumah versi anak masa kini

***

Aneka Mainan dari Botol Kemasan

Aku lagi suka koleksi sesuatu nih.. sesuatu yang ada dihatimu..sesuatu yang ada dihatiku *malah menyonyo. Hehe. Iya aku lagi suka koleksi. Bukan koleksi tas, apalagi koleksi brondong manis *oh no*. Tapi koleksi botol kemasan minyak telon, bedak, sampho, sabun, dan lain sebagainya. What ?.. Koleksi botol. Ho oh. Botol plastik.

Hampir di seluruh sudut rumah, ada yang namanya botol plastik. Bertebaran dimana-mana. Dan jumlahnya pun terus bertambah. Sebagian botol plastik itu aku kasih ke tukang loak, dan sisanya aku jadikan sebagai mainan buat si ken.

Kalau botol bekas bedak, aku ubah jadi mobil-mobilan. Kemudian, botol minyak telon aku ubah jadi perahu kincir. Dan botol kemasan air mineral aku ubah jadi jam pasir ala ala syalala.

Alhamdulillah, ken mau memainkan mainan yang sangat amat sederhana ini. Seneng rasanya. Beneran. Terima kasih ya nak. Emakmu ini jadi brebes mili, hahayyyy.

Yang pengen bikin bikin juga. Memanfaatkan kembali barang yang tidak terpakai. Langsung cus dimari aja yak. Yuhuuuu, Terima kasiiihhh.

Membuat Perahu Kincir dari Botol Kemasan Minyak Telon
Membuat Jam Pasir Ala ala Ulala
Membuat Mobil-mobilan dari Botol Kemasan Bedak



I Can So Are You

Rasanya senang sekali saat melihat lalu dapat menikmati air sebersih ini. Tidak hanya sedap dipandang mata, akan tetapi juga dapat mengundang ketenangan di jiwa. Tenang, tenang, dan tenang. Benar-benar dapat merelaksasi jiwa.

Kadang terlintas dibenak saya, berandai-andai, andaikan saja, air sebersih itu, juga dapat dijumpai di sungai yang berada di desa tempat tinggal saya. Pasti akan terasa menyenangkan. Namun faktanya air sungai yang melewati desa saya tidak sebersih air yang ada di foto tersebut. Tidak. Melainkan sebaliknya. Kotor, dan sampah dimana-mana.

Saya benar-benar merasa prihatin, dan menyayangkan kondisi sungai di desa saya yang nampak kotor dan tercemar tersebut. Dan ternyata, kondisi sungai yang seperti ini tidak hanya dapat dijumpai di desa tempat tinggal saya saja atau di beberapa tempat lainnya, melainkan sebagian besar sungai di Indonesia sudah berada dalam kondisi tercemar berat.


Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya mengatakan, 75% sungai di Indonesia sudah tercemar. Penyebab tercemarnya air sungai tersebut tentu saja karena limbah. Baik itu limbah industri maupun limbah domestik. Dan sumbangsih paling besar di antara dua limbah tersebut adalah limbah domestik. Tepatnya 60% sungai tercemar karena limbah domestik. Iya, limbah domestik seperti sampah kresek, plastik, pospak, dan lain sebagainya.


Jujur, saya sempat kaget dengan fakta tersebut, karena biasanya limbah yang mencemari sungai berasal dari limbah industri. Dan sekarang malah limbah domestik yang mendominasi. Kalau ada sungai yang tercemar karena limbah yang berasal dari sebuah industri maka sudah pasti industri tersebut harus mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya. Nah bagaimana kalau yang mencemari sungai berasal dari limbah domestik ?. Siapa yang harus dimintai pertanggung jawaban?. Siapa ?. Jawabannya adalah kita. Seluruh masyarakat Indonesia. 

Salah seorang tokoh lingkungan hidup Guru Besar FEUI Prof. Emil Salim dalam diskusi kelestarian air dan lingkungan yang diadakan oleh PT. Aqua Group mengatakan bahwa : "Kita semua adalah bagian dari masyarakat yang memiliki peran dalam melestarikan air dan lingkungan. Misalnya pemerinyah mengatur kebijakan, masyarakat merawat, akademisi menyediakan teknoogi manajemen lingkungan, media memotivasi gerakan pelestarian sedangkan lsm mengorganisir pemberdayaan masyarakat. Kita tidak bisa menyerahkan tanggung jawab kepada satu pihak saja karena masalah air adalah masalah kita bersama ".

Sepakat dengan apa yang dikatakan oleh Prof. Emil bahwa masalah air adalah masalah kita bersama. Jadi ayo kita segera bertindak. Lakukan apa yang bisa kita lakukan kemudian memaksimalkannya. 

Sebagai seorang ibu rumah tangga, tentu saja saya tidak mau ketinggalan dengan misi ini. Saya akan melakukan apa yang bisa saya lakukan. Bukan hanya merawat kelestarian air dan lingkungan tapi saya juga melakukan beberapa improvisasi. 

Ide improvisasi ini sendiri saya peroleh saat membaca beberapa blogpost kawan-kawan blogger saat berkunjung ke pabrik Aqua. Tepatnya saat bulan Ramadhan tahun lalu. Di dalam blogpost tersebut tidak hanya membahas tentang proses produksi Aqua melainkan juga tentang program CSR Aqua yakni pemberdayaan masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik Aqua. Pemberdayaan masyarakat tersebut berupa memberikan edukasi tentang bagaimana mengolah sampah menjadi barang berharga dan bisa digunakan kembali. Salut buat Aqua.



Terinspirasi dari hal tersebut, maka saya pun mencoba untuk mengolah sampah sendiri. Kalau sampah organik biasanya saya jadikan makanan ayam atau disimpan di sebuah tong untuk selanjutnya diproses menjadi pupuk organik. Sedangkan sampah an organik biasanya akan saya recycle. Jika ada yang tidak bisa saya recycle maka biasanya akan saya bawa ke tukang loak atau ke bank sampah yang ada di dekat tempat tinggal saya.

Sampah an organik yang paling banyak di rumah saya adalah plastik kresek, pakaian yang sudah tak layak pakai, dan bekas kemasan bedak minyak telon atau sampo. Untuk plastik kresek saya mengolahnya menjadi pot bunga beserta bunganya dan menjadi tali rapiah kw tapi tak kalah kuat dengan tali rapiah asli.




Kemudian pakaian yang sudah tak layak pakai (sebab robek sana sini) atau sudah tak muat, saya mengubahnya menjadi penampung pipis untuk popok celana si kecil, sarung celana, tas hobo, dan keset. 



Lalu bekas kemasan saya olah menjadi mainan buat si kecil ken. Mainan perahu kincir, jam pasir yang terbuat dari botol plastik dan beras yang telah diwarnai serta membuat mobil-mobilan dan lain sebagainya.




Itu baru improvisasi pertama. Nah sekarang berlanjut ke improvisasi kedua yakni dengan menggunakan barang hasil daur ulang dalam kegiatan sehari-hari. Baik saat di dalam rumah maupun di luar rumah. Sebagai bentuk sosialisasi sederhana hasil daur ulang yang saya buat kepada keluarga dan orang-orang sekitar saya.

Selanjutnya improvisasi yang terakhir yakni tebar dan berusaha menularkan semangat untuk menjaga kelestarian air dan lingkungan kepada orang banyak lewat blog saya yang ini dan blog saya yang satunya lagi khusus membahas tentang mengolah sampah menjadi barang berguna. Dan tentu saja juga lewat facebook, twitter atau google+ dan sebentar lagi akan saya sebarkan juga lewat instagram. Jika ada yang bertanya mengapa memakai kata sebentar lagi ?. Maka dengan sedikit malu-malu saya akan menjawab karena saya baru punya instagram. Hehe.




Jadi hanya itulah yang bisa saya lakukan dan saya maksimalkan untuk ikut bersama-sama menjaga kelestarian air dan lingkungan. Sederhana memang. Tapi saya berharap, apa yang saya lakukan ini, bisa sedikit membantu mereka-mereka yang memilih untuk bertindak lebih besar dalam usaha menjaga kelestarian air dan lingkungan. Amin.

Nah bagaimana dengan kalian ?. Kalian mau turut serta menjalankan misi untuk menjaga kelestarian air dan lingkungan juga kan ?. Jangan mau kalah sama ibu rumah tangga seperti saya ini donk yak.

So, tunggu apa lagi. Ayo kita beraksi kawan. Bergotong royong, bahu membahu dan bersama-sama menjaga kelestarian air dan lingkungan. Kerahkan dan maksimalkan kemampuan. Apa yang bisa dilakukan, lakukanlah dan maksimalkanlah. Karena ini, menjaga kelestarian air dan lingkungan ini adalah tanggung jawab kita bersama dan hanya bisa dilakukan bersama-sama. 

Referensi :
http://m.antaranews.com/berita/506102/emil-salim-menjaga-kelestarian-air-tanggung-jawab-bersama
http://m.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/03/24/n2xa7z-75-persen-sungai-di-indonesia-tercemar-berat

Membuat Buku Mini Untuk Si Kecil

Beberapa tahun yang lalu, sebelum aku berperan sebagai Shehrazat dari Hongkong, bukan dari Turki, aku terkena yang namanya sindrom newmom. Parnoan, harus begini begini begitu, pakai teori parenting yang ini atau yang itu, dan selalu siwer saat mata menangkap sesuatu yang unik, lucu, dan bagus untuk pertumbuhan si kecil. Jika sudah siwer begitu, apalagi membaca keterangan "baik untuk tumbang si kecil", aku pasti kalaf, kemudian langsung beli beli dan beli.

Salah satu yang aku beli tanpa berpikir panjang kali lebar adalah buku bantal kumpulan do'a sehari-hari. Maksud aku membeli buku bantal tersebut adalah untuk memperkenalkan ken tentang do'a do'a sehari-hari sejak dini. Seberapa dini ?. Nah itu yang tidak aku pikirkan sama sekali. Aku membeli buku bantal tersebut saat Si Ken masih berusia 5/6 bln. Dodol banget kan ?.

Alhamdulillah, setelah terkena cambuk cemeti amarrosulinya sembara *emangnya emak lampir, kedodolan tersebut tidak berlangsung lama. Aku sadar bahwa belum waktunya Ken menggunakan buku bantal tersebut. Karena seharusnya buku yang digunakan Si Ken adalah buku yang berisi tentang gambar tumbuh tumbuhan dan hewan-hewan disekitarnya, anggota tubuh, dan alat alat rumah tangga disekitarnya juga.

Langkah selanjutnya adalah, aku segera membuat buku kecil untuk si ken. Bukan buku bantal. Tapi buku mini sederhana saja yang aku buat dari barang bekas. Cara membuatnya juga cukup mudah.

Pertama, siapkan bahan dan alat.
Kemasan kardus pewangi baju.
Kertas bekas
Tali hias berwarna emas
Gunting
Plong-plongan (alat untuk melubangi kertas)

Kedua, Cara membuat
Gunting kardus kemasan pewangi baju Gunting kertas bekas sesuai dengan kardus pewangi
Beri lubang kemasan kardus pewangi baju
Beri juga lubang kertas-kertas bekas yang sudah digunting dan sesuaikan lubang dengan lubang yang ada di kemasan kardus pewangi baju tersebut.
Satukan antara kertas bekas dengan kardus kemasan tersebut
Rapikan
Setelah itu masukkan tali hias berwarna emas ke dalam lubang lubang tersebut. Ikat di kedua ujungnya. Selesai

Buku mini untuk si kecil ken pun sudah jadi. Selanjutnya tinggal diisi saja. Karena ken lagi semangat mengenal huruf dan nama-nama buah, jadi buku tersebut aku isi dengan huruf abjad dan gambar buah buahan yang biasa ia konsumsi. Alhamdulillah. Buku tersebut diterima dengan baik oleh Si Kecil Ken. Yippiiiieeee *lalu joget sambal lado. 

Keset dari Pakaian Bekas

Kalian tau keset kan?. Itu tu yg bentuknya persegi, trs ada pita di dalamnya kalau dimasukin ke tape jd keluar suara begini 'jatuh bangun aku, mengejaarrrmuuuu..'.

Iya yang itu, keset, untuk lap kaki yang basah atau berdebu itu tuh. Tau kan yak ?. Sip sip. Nah ceritanya nih, ayah ken lagi suka sukanya nyervis motor sendiri di rumah. Entah kenapa tiba tiba begitu, karena biasanya si ayah jarang nyervis sendiri, pasti dibawa ke bengkel. Apa mungkin karena ngerasa udah bisa sendiri, atau karena domfet syedyang tuifis tuifisnya ?. Ah mungkin karena yg pertama. Karena tak nampak tanda tanda dompet si ayah tipis.

Tutorial membuat keset dari pakaian bekas tanpa dijahit ada di sini.

Salah satu tanda dompet si ayah tipis adalah tak ada lembaran duit di kantong kantong bajunya. La ini selama aku nyuci masih sering nemu duit di kantong ayah yang akhirnya beralih ke kantongku. Ya begitulah, suka khilaf kalau lihat duit di kantong si ayah.

Kegiatan baru si ayah ini berdampak pada lantai rumah yang sering disapa oli. Iya oli. Walhasil lantai jadi berminyak nan licin serta lengket pula. Tapi aku tak perlu khawatir soal ini. Karena pasti langsung dibersihkan ayah. Dilap. Dilap pakai bajunya, atau kaosnya, atau kolornya. Tentu saja yang sudah tak layak pakai. Udah robek dimana mana. Udah molor banget. Si karet sudah hilang ke elastisannya. Jadi begitu nyampek panggul langsung terjun bebas. Akibatnya, lap atau keset dari pakaian bekas numpuk puk puk.

Berawal dari terbersitnya rasa malu *aseg, kepada para tamu yang membersihkan kaki mereka dengan keset yang masih berupa kaos  (bahkan kolor juga pernah) atau baju, akhirnya aku memutuskan untuk menjadikan pakaian bekas tersebut menjadi keset beneran, bukan lagi keset yang masih berupa kaos or baju bahkan kolor. Bukan.

Langkah awal tentu saja browsing di mbah google, namun sayang hasil pencarian lebih banyak ttg tutorial membuat keset dari kain perca dengan mesih jahit. Meskipun begitu, aku masih semangat berselancar di mbah google.

Hingga akhirnya aku bertemu dengan tutorial membuat keset dari pakaian bekas dengan cara dianyam. Sayangnya lagi, ada alat yang tak kumiliki *alasaaannn, padahal males beli keluar. Hehe. Maksa nyobak, ternyata gagal.

Namun semangat belum pudar, karena mendapat support langsung dari rasa malu kalau ada tamu. Aku pun coba coba coba dan ting. Ketemu. Si ayah sempet sangsi. Melihat bentuk awal yang masih abstrak. Tapi tetap aku lanjutkan saja sambil bergumam dalam hati 'lihat saja nanti ayah, akan kutunjukkan padamu, keset karyaku, hiaaattt ciat ciat ciat' *malah tarung.

Dan semangatku berbuah manis, setelah kurang lebih 1 bulan pengerjaan karena sibuk syuting film ganteng ganteng srikaya, akhirnya keset karyaku jadi juga. Nggak abstrak. Bener bener terlihat seperi kaset. Bukan lagi kaos, atau baju, atau daster, atau kolor ijoe. Beneran. Swer deh. Kalian nggak percaya ?. Nih aku tunjukin penampakannya ya. Lumayan deh pokoknya, daripada beli. *emabelit, emak2 labil nan medit. 



Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

Jauh dari Nyaman

Kapan nyaman itu datang? Rasanya, saban hari seperti dikejar-kejar Ayo selesaikan A Yang B belum siap nih C belum rampung Bergegas deh Cepet...