Rasanya senang sekali saat melihat lalu dapat menikmati air sebersih ini. Tidak hanya sedap dipandang mata, akan tetapi juga dapat mengundang ketenangan di jiwa. Tenang, tenang, dan tenang. Benar-benar dapat merelaksasi jiwa.
Kadang terlintas dibenak saya, berandai-andai, andaikan saja, air sebersih itu, juga dapat dijumpai di sungai yang berada di desa tempat tinggal saya. Pasti akan terasa menyenangkan. Namun faktanya air sungai yang melewati desa saya tidak sebersih air yang ada di foto tersebut. Tidak. Melainkan sebaliknya. Kotor, dan sampah dimana-mana.
Saya benar-benar merasa prihatin, dan menyayangkan kondisi sungai di desa saya yang nampak kotor dan tercemar tersebut. Dan ternyata, kondisi sungai yang seperti ini tidak hanya dapat dijumpai di desa tempat tinggal saya saja atau di beberapa tempat lainnya, melainkan sebagian besar sungai di Indonesia sudah berada dalam kondisi tercemar berat.
Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya mengatakan, 75% sungai di Indonesia sudah tercemar. Penyebab tercemarnya air sungai tersebut tentu saja karena limbah. Baik itu limbah industri maupun limbah domestik. Dan sumbangsih paling besar di antara dua limbah tersebut adalah limbah domestik. Tepatnya 60% sungai tercemar karena limbah domestik. Iya, limbah domestik seperti sampah kresek, plastik, pospak, dan lain sebagainya.
Jujur, saya sempat kaget dengan fakta tersebut, karena biasanya limbah yang mencemari sungai berasal dari limbah industri. Dan sekarang malah limbah domestik yang mendominasi. Kalau ada sungai yang tercemar karena limbah yang berasal dari sebuah industri maka sudah pasti industri tersebut harus mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya. Nah bagaimana kalau yang mencemari sungai berasal dari limbah domestik ?. Siapa yang harus dimintai pertanggung jawaban?. Siapa ?. Jawabannya adalah kita. Seluruh masyarakat Indonesia.
Salah seorang tokoh lingkungan hidup Guru Besar FEUI Prof. Emil Salim dalam diskusi kelestarian air dan lingkungan yang diadakan oleh PT. Aqua Group mengatakan bahwa : "Kita semua adalah bagian dari masyarakat yang memiliki peran dalam melestarikan air dan lingkungan. Misalnya pemerinyah mengatur kebijakan, masyarakat merawat, akademisi menyediakan teknoogi manajemen lingkungan, media memotivasi gerakan pelestarian sedangkan lsm mengorganisir pemberdayaan masyarakat. Kita tidak bisa menyerahkan tanggung jawab kepada satu pihak saja karena masalah air adalah masalah kita bersama ".
Sepakat dengan apa yang dikatakan oleh Prof. Emil bahwa masalah air adalah masalah kita bersama. Jadi ayo kita segera bertindak. Lakukan apa yang bisa kita lakukan kemudian memaksimalkannya.
Sebagai seorang ibu rumah tangga, tentu saja saya tidak mau ketinggalan dengan misi ini. Saya akan melakukan apa yang bisa saya lakukan. Bukan hanya merawat kelestarian air dan lingkungan tapi saya juga melakukan beberapa improvisasi.
Ide improvisasi ini sendiri saya peroleh saat membaca beberapa blogpost kawan-kawan blogger saat berkunjung ke pabrik Aqua. Tepatnya saat bulan Ramadhan tahun lalu. Di dalam blogpost tersebut tidak hanya membahas tentang proses produksi Aqua melainkan juga tentang program CSR Aqua yakni pemberdayaan masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik Aqua. Pemberdayaan masyarakat tersebut berupa memberikan edukasi tentang bagaimana mengolah sampah menjadi barang berharga dan bisa digunakan kembali. Salut buat Aqua.
Terinspirasi dari hal tersebut, maka saya pun mencoba untuk mengolah sampah sendiri. Kalau sampah organik biasanya saya jadikan makanan ayam atau disimpan di sebuah tong untuk selanjutnya diproses menjadi pupuk organik. Sedangkan sampah an organik biasanya akan saya recycle. Jika ada yang tidak bisa saya recycle maka biasanya akan saya bawa ke tukang loak atau ke bank sampah yang ada di dekat tempat tinggal saya.
Sampah an organik yang paling banyak di rumah saya adalah plastik kresek, pakaian yang sudah tak layak pakai, dan bekas kemasan bedak minyak telon atau sampo. Untuk plastik kresek saya mengolahnya menjadi pot bunga beserta bunganya dan menjadi tali rapiah kw tapi tak kalah kuat dengan tali rapiah asli.
Kemudian pakaian yang sudah tak layak pakai (sebab robek sana sini) atau sudah tak muat, saya mengubahnya menjadi penampung pipis untuk popok celana si kecil, sarung celana, tas hobo, dan keset.
Lalu bekas kemasan saya olah menjadi mainan buat si kecil ken. Mainan perahu kincir, jam pasir yang terbuat dari botol plastik dan beras yang telah diwarnai serta membuat mobil-mobilan dan lain sebagainya.
Itu baru improvisasi pertama. Nah sekarang berlanjut ke improvisasi kedua yakni dengan menggunakan barang hasil daur ulang dalam kegiatan sehari-hari. Baik saat di dalam rumah maupun di luar rumah. Sebagai bentuk sosialisasi sederhana hasil daur ulang yang saya buat kepada keluarga dan orang-orang sekitar saya.
Selanjutnya improvisasi yang terakhir yakni tebar dan berusaha menularkan semangat untuk menjaga kelestarian air dan lingkungan kepada orang banyak lewat blog saya yang ini dan blog saya yang satunya lagi khusus membahas tentang mengolah sampah menjadi barang berguna. Dan tentu saja juga lewat facebook, twitter atau google+ dan sebentar lagi akan saya sebarkan juga lewat instagram. Jika ada yang bertanya mengapa memakai kata sebentar lagi ?. Maka dengan sedikit malu-malu saya akan menjawab karena saya baru punya instagram. Hehe.
Jadi hanya itulah yang bisa saya lakukan dan saya maksimalkan untuk ikut bersama-sama menjaga kelestarian air dan lingkungan. Sederhana memang. Tapi saya berharap, apa yang saya lakukan ini, bisa sedikit membantu mereka-mereka yang memilih untuk bertindak lebih besar dalam usaha menjaga kelestarian air dan lingkungan. Amin.
Nah bagaimana dengan kalian ?. Kalian mau turut serta menjalankan misi untuk menjaga kelestarian air dan lingkungan juga kan ?. Jangan mau kalah sama ibu rumah tangga seperti saya ini donk yak.
So, tunggu apa lagi. Ayo kita beraksi kawan. Bergotong royong, bahu membahu dan bersama-sama menjaga kelestarian air dan lingkungan. Kerahkan dan maksimalkan kemampuan. Apa yang bisa dilakukan, lakukanlah dan maksimalkanlah. Karena ini, menjaga kelestarian air dan lingkungan ini adalah tanggung jawab kita bersama dan hanya bisa dilakukan bersama-sama.
Referensi :
http://m.antaranews.com/berita/506102/emil-salim-menjaga-kelestarian-air-tanggung-jawab-bersama
http://m.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/03/24/n2xa7z-75-persen-sungai-di-indonesia-tercemar-berat