Sore itu, beberapa jam sebelum tiba masa aku melahirkan, aku masih jalan-jalan naik motor. Bersama dengan anakku, ken, juga suami. Di tengah asyiknya jalan-jalan sore kala itu, suami usul untuk mengakhiri jalan-jalan sore dengan pergi ke rumak emak (mertua). Aku sih setuju saja, terserahlah suami mau ngajak kemana, aku ngikut aja. Ken pun kelihatan antusias waktu diberi tahu akan pergi ke rumah emak. Ken bilang: "Yeay, ke rumah emak trus ke rumah adek pinjem square hitam". Square hitam itu gawai warna hitam.
baca juga: Aplikasi Buku KIA Terbaru
Tiba di rumah emak, kami langsung ditawari makan. Kebetulan, sore itu, emak masak cukup banyak dan menu yang emak masak adalah favorit aku dan suami, yakni sambal, ikan mujaer tahu tempe dan kangkung kukus. Tawaran makan itu, tentu aku sambut dengan bahagia. Eheeemmm yammm yammm.
Pukul 9 malam, kami baru pulang ke rumah. Ken sudah ngantuk berat. Kalau ken sudah begini jangan harap deh ia mau diajak menjalani ritual sebelum tidur. Karena ken nggak bakal mau. Dan benar saja, begitu sampai rumah, ia langsung masuk kamar dan tidur. Pikirku, ya sudahlah.
1 jam kemudian, setelah aku mencuci piring dan beres-beres ruang tengah, aku pun menyusul ken, ingin langsung tidur. Karena sudah ngantuk juga. Tapi, tiba-tiba, perut aku sakit, sakit sekali. Aku pun bilang ke suami kalau kontraksi palsu datang lagi. Iya, aku pikir sakit perut yang muncul tiba-tiba juga merupakan rangkaian kontraksi palsu yang sering aku alami di hari-hari sebelumnya. Aku berpikir seperti itu karena HPL ku masih lama, dua mingguan.
Makin lama, sakit perut aku semakin intens dan berhasil membuatku tidak bisa tidur semalaman. Rentang waktu antara sakitnya pun semakin pendek. Dengan fakta begini, aku pun mulai berpikir bahwa sakit perutku itu adalah bukan kontraksi palsu. Tapi, Teman, di sisi hati aku yang lain, aku berharap ini bukan kontraksi beneran. Aku berharap tidak melahirkan di tanggal dan hari itu. Karena apa? Ada dua jadwal penting yang harus aku lakukan yakni ujian tugas akhir dan ikut tes cpns. Aku nggak mau melahirkan sebelum melakukan dua hal itu.
Saat aku mengalami kontraksi, suami setia menemani. Tapi sambil merem alias tidur. *hahay*. Tak apalah, kasihan juga kalau menuntut suami untuk ikut melek an atau tidak tidur. Kalau kurang tidur, kesehatannya tentu akan terganggu, sementara aku, di masa-masa genting seperti ini, membutuhkan bantuan suami, wara wiri dan bantu ini itu. Etapi sebelum terlelap, suami sempat browsing soal kontraksi. Ia menemukan artikel yang menuliskan tentang hal-hal yang memicu terjadinya kontraksi hingga terjadinya proses melahirkan. Kata suami:"Nih Ma, rasa pedas bisa memicu kontraksi, ini mungkin dipicu sama kamu makan sambal tadi, Ma".
Ah iya, bisa jadi. Pikirku.
Subuh, rasa sakit semakin merajai, sampai berdiri tegak untuk sholat subuh pun rasanya susah. Akhirnya, aku memutuskan untuk sholat sambil duduk saja. Meski rasa sakit kontraksi sudah makin menjadi, aku masih berharap bahwa kontraksi yang aku rasakan adalah kontraksi palsu. Aku belum mau melahirkan hari itu.
baca juga : gara-gara rumput siti fatimah
Setelah membuatkan sarapan si ken, suami memutuskan untuk mengajakku pergi ke IGD Rumah sakit ibu dan anak, tepatnya di RSIA Muslimat Jombang. Kata suami:"Buat memastikan kondisi kamu, Ma".
Okelah, aku manut.
Aku mau diajak ke IGD.
Tiba di IGD, sambil meringis, aku bilang ke resepsionis kalau aku mau periksa kandungan. Setelah itu, aku pun diminta untuk menuju ruang khusus untuk ibu bersalin tepat di sebelah IGD. Begitu masuk ruang tersebut, aku langsung diminta untuk berbaring oleh petugas kesehatan yang sepertinya adalah seorang bidan, karena setelah menanyakan beberapa hal terkait kandungan dan kontraksi yang aku rasakan, petugas kesehatan tersebut langsung memeriksa jalan lahir. Setelah memeriksa, petugas tersebut berkata: "Sudah bukaan 5".
Mendengar informasi tersebut,
Seketika itu,
Aku kaget
Suami melongo.
Kami berdua sama-sama tidak menduga, bahwa bukaan sudah sebanyak itu.
Setelah kagetku menghilang, aku mulai mengkondisikan hati dan pikiran, bahwa ini memang saatnya aku melahirkan, 2 minggu sebelum HPL. Ini sudah kehendak Allah. Jadi pikiranku soal 2 jadwal di bulan yang sama dan bagiku penting itu, aku kesampingkan dulu.
Dua jam kemudian, bukaanku bertambah dua menjadi tujuh. Waktu itu rasanya, yang ada di dalam perut sudah mau keluar gitu. Kayak nyundul nyundul gitu rasanya. Jujur ini adalah pengalamanku yang pertama. Karena waktu hamil pertama, aku hanya mandeg alias berhenti dibukaan 3 dan nggak nambah lagi. Hingga akhirnya berujung pada operasi caesar.
Namun sayangnya dibukaan yang ketujuh ini, tanpa undangan, asmaku datang merangsek masuk dan membuat aku kesulitan bernapas. Untungnya, tepat pada saat itu, dokter kandungan yang menanganiku, dr. Parmin, sudah tiba. Beliau pun menghampiriku sambil berkata; "Ayok ke ruang operasi".
baca juga: Aplikasi Buku KIA Terbaru
Tiba di rumah emak, kami langsung ditawari makan. Kebetulan, sore itu, emak masak cukup banyak dan menu yang emak masak adalah favorit aku dan suami, yakni sambal, ikan mujaer tahu tempe dan kangkung kukus. Tawaran makan itu, tentu aku sambut dengan bahagia. Eheeemmm yammm yammm.
Pukul 9 malam, kami baru pulang ke rumah. Ken sudah ngantuk berat. Kalau ken sudah begini jangan harap deh ia mau diajak menjalani ritual sebelum tidur. Karena ken nggak bakal mau. Dan benar saja, begitu sampai rumah, ia langsung masuk kamar dan tidur. Pikirku, ya sudahlah.
1 jam kemudian, setelah aku mencuci piring dan beres-beres ruang tengah, aku pun menyusul ken, ingin langsung tidur. Karena sudah ngantuk juga. Tapi, tiba-tiba, perut aku sakit, sakit sekali. Aku pun bilang ke suami kalau kontraksi palsu datang lagi. Iya, aku pikir sakit perut yang muncul tiba-tiba juga merupakan rangkaian kontraksi palsu yang sering aku alami di hari-hari sebelumnya. Aku berpikir seperti itu karena HPL ku masih lama, dua mingguan.
Makin lama, sakit perut aku semakin intens dan berhasil membuatku tidak bisa tidur semalaman. Rentang waktu antara sakitnya pun semakin pendek. Dengan fakta begini, aku pun mulai berpikir bahwa sakit perutku itu adalah bukan kontraksi palsu. Tapi, Teman, di sisi hati aku yang lain, aku berharap ini bukan kontraksi beneran. Aku berharap tidak melahirkan di tanggal dan hari itu. Karena apa? Ada dua jadwal penting yang harus aku lakukan yakni ujian tugas akhir dan ikut tes cpns. Aku nggak mau melahirkan sebelum melakukan dua hal itu.
Saat aku mengalami kontraksi, suami setia menemani. Tapi sambil merem alias tidur. *hahay*. Tak apalah, kasihan juga kalau menuntut suami untuk ikut melek an atau tidak tidur. Kalau kurang tidur, kesehatannya tentu akan terganggu, sementara aku, di masa-masa genting seperti ini, membutuhkan bantuan suami, wara wiri dan bantu ini itu. Etapi sebelum terlelap, suami sempat browsing soal kontraksi. Ia menemukan artikel yang menuliskan tentang hal-hal yang memicu terjadinya kontraksi hingga terjadinya proses melahirkan. Kata suami:"Nih Ma, rasa pedas bisa memicu kontraksi, ini mungkin dipicu sama kamu makan sambal tadi, Ma".
Ah iya, bisa jadi. Pikirku.
Subuh, rasa sakit semakin merajai, sampai berdiri tegak untuk sholat subuh pun rasanya susah. Akhirnya, aku memutuskan untuk sholat sambil duduk saja. Meski rasa sakit kontraksi sudah makin menjadi, aku masih berharap bahwa kontraksi yang aku rasakan adalah kontraksi palsu. Aku belum mau melahirkan hari itu.
baca juga : gara-gara rumput siti fatimah
Setelah membuatkan sarapan si ken, suami memutuskan untuk mengajakku pergi ke IGD Rumah sakit ibu dan anak, tepatnya di RSIA Muslimat Jombang. Kata suami:"Buat memastikan kondisi kamu, Ma".
Okelah, aku manut.
Aku mau diajak ke IGD.
Tiba di IGD, sambil meringis, aku bilang ke resepsionis kalau aku mau periksa kandungan. Setelah itu, aku pun diminta untuk menuju ruang khusus untuk ibu bersalin tepat di sebelah IGD. Begitu masuk ruang tersebut, aku langsung diminta untuk berbaring oleh petugas kesehatan yang sepertinya adalah seorang bidan, karena setelah menanyakan beberapa hal terkait kandungan dan kontraksi yang aku rasakan, petugas kesehatan tersebut langsung memeriksa jalan lahir. Setelah memeriksa, petugas tersebut berkata: "Sudah bukaan 5".
Mendengar informasi tersebut,
Seketika itu,
Aku kaget
Suami melongo.
Kami berdua sama-sama tidak menduga, bahwa bukaan sudah sebanyak itu.
Setelah kagetku menghilang, aku mulai mengkondisikan hati dan pikiran, bahwa ini memang saatnya aku melahirkan, 2 minggu sebelum HPL. Ini sudah kehendak Allah. Jadi pikiranku soal 2 jadwal di bulan yang sama dan bagiku penting itu, aku kesampingkan dulu.
Dua jam kemudian, bukaanku bertambah dua menjadi tujuh. Waktu itu rasanya, yang ada di dalam perut sudah mau keluar gitu. Kayak nyundul nyundul gitu rasanya. Jujur ini adalah pengalamanku yang pertama. Karena waktu hamil pertama, aku hanya mandeg alias berhenti dibukaan 3 dan nggak nambah lagi. Hingga akhirnya berujung pada operasi caesar.
Namun sayangnya dibukaan yang ketujuh ini, tanpa undangan, asmaku datang merangsek masuk dan membuat aku kesulitan bernapas. Untungnya, tepat pada saat itu, dokter kandungan yang menanganiku, dr. Parmin, sudah tiba. Beliau pun menghampiriku sambil berkata; "Ayok ke ruang operasi".
Baca juga: Ngobrol ASI dari A sampai Z
Memang, dari minggu-minggu pertama hamil kedua ini, beliau sudah menyarankanku untuk melahirkan secara caesar saja. Mengingat asmaku yang sering banget kambuh saat dikehamilanku yang kedua ini dan kambuhnya pun cukup parah. Aku pun setuju mengenai hal itu bahkan aku juga mengutarakan keinginanku untuk memilih melahirkan caesar di tanggal bersejarah saja yakni 10 November. Namun apalah daya, Allah sudah memilih tanggal 4 Nopember sebagai masa yang tepat bagi aku untuk melahirkan. Alhamdulillah proses melahirkan secara caesar berjalan dengan lancar.
Baca juga : Informasi biaya melahirkan secara normal dan melahirkan secara caesar di Rumah Sakit Muslimat Jombang
Oya, hampir lupa mbahas soal dana atau biaya melahirkan secara caesar di RSIA Muslimat Jombang. Aku bahas sekarang yak.
Jadi beberapa bulan sebelum melahirkan, suami sempat menanyakan ke resepsionis soal biaya operasi caesar tanpa BPJS di RSIA Muslimat Jombang. Untuk rincian lengkapnya bisa dilihat di bawah ini.
Alhamdulillah, melahirkan kali ini, aku amat terbantu dengan BPJS. Jadi nggak bayar sama sekali. Hanya mbayar biaya untuk keperluan bayi selama di rumah sakit, membeli beberapa keperluanku yang dibutuhkan saat operasi, dan mbayar biaya untuk mengelola limbah seperti jarum, kateter yang aku pakai, dan sebagainya.
Baca juga: Ikhtiar punya anak berjenis kelamin laki-laki
Ini adalah kali kedua aku melahirkan di RSIA Muslimat Jombang. Melahirkan yang pertama tanpa bpjs dan yang kedua ini dengan bpjs. Alhamdulillah tidak ada perbedaan, terutama dalam hal pelayanan baik saat aku menggunakan BPJS atau Non BPJS alias umum. Recomended dah melahirkan di RSIA Muslimat Jombang ini.
Jadi seperti itu, cerita melahirkan anak kedua di RSIA Muslimat Jombang. Semoga bermanfaat yak. Aamiin.
***
Baca juga:
Baca juga : Informasi biaya melahirkan secara normal dan melahirkan secara caesar di Rumah Sakit Muslimat Jombang
Oya, hampir lupa mbahas soal dana atau biaya melahirkan secara caesar di RSIA Muslimat Jombang. Aku bahas sekarang yak.
Jadi beberapa bulan sebelum melahirkan, suami sempat menanyakan ke resepsionis soal biaya operasi caesar tanpa BPJS di RSIA Muslimat Jombang. Untuk rincian lengkapnya bisa dilihat di bawah ini.
Alhamdulillah, melahirkan kali ini, aku amat terbantu dengan BPJS. Jadi nggak bayar sama sekali. Hanya mbayar biaya untuk keperluan bayi selama di rumah sakit, membeli beberapa keperluanku yang dibutuhkan saat operasi, dan mbayar biaya untuk mengelola limbah seperti jarum, kateter yang aku pakai, dan sebagainya.
Baca juga: Ikhtiar punya anak berjenis kelamin laki-laki
Ini adalah kali kedua aku melahirkan di RSIA Muslimat Jombang. Melahirkan yang pertama tanpa bpjs dan yang kedua ini dengan bpjs. Alhamdulillah tidak ada perbedaan, terutama dalam hal pelayanan baik saat aku menggunakan BPJS atau Non BPJS alias umum. Recomended dah melahirkan di RSIA Muslimat Jombang ini.
Jadi seperti itu, cerita melahirkan anak kedua di RSIA Muslimat Jombang. Semoga bermanfaat yak. Aamiin.
***
Baca juga: