![]() |
Kaki sebelah kanan ibu yang bengkak |
Selalu dapat
menemukan seberkas hikmah di setiap cobaan, ujian, dan musibah.
H+3, setelah
lebaran, ibu terkena musibah, jatuh di
sekolah, habis ngajar. Tak bisa menjejakkan kaki, tak bisa jalan. Namanya ibu ,
tidak mau terlalu menyusahkan anaknya. Akhirnya ibu merangkak atau berjalan
lutut saat mau ke kamar mandi, ke kamar tidur, nonton televisi. Kakinya hitam lebam. Juga ada bagian kulit yang
terkelupas, hingga terlihat kulit ari. Kemerahannya. Setiap luka dibersihkan,
beberapa kali, saya mendapati ibu, mengusap matanya.
2 hari kemudian, saya
serta suami juga si kecil, balik ke jawa. Seharusnya.
"Ndak apa
apa, kita nunggu ibu enak an dulu, nanti
saya izin" kata suami. Alhamdulillah, punya suami baik . Namun saya sempat
menangkap ekspresi berat di wajahnya.
Sebenarnya ibu bapak sudah
memberiku izin untuk balik ke jawa.
"Ibu tidak apa-apa, paling beberapa hari lagi juga sudah
bisa jalan sedikit, ada bapak mu juga adekmu yang bantu ibu " kata ibu , bapak
mengangguk. Adek diam saja. Tapi saya menolak untuk pulang. Kenapa?
Pertama, bapak kerja.
Kedua, adek juga kerja.
Ketiga, adekku
satu-satunya ini sebenarnya baik , hanya moody saja, kalau lagi mood,
ia rajin bantu ibu , bersih-bersih rumah dan itu berlaku sebaliknya.
Karena 3 hal itu,
yang membuat saya berat meninggalkan ibu. Sedangkan ibu benar-benar butuh fokus perawatan luka serta
batinnya. Menurutku, jika batinnya bahagia, sembuh pun akan segera tiba.
Saya melakukan
pekerjaan rumah, memasak untuk orang tua,
suami, dan si kecil. Mereka memiliki menu sendiri. Lalu membersihkan rumah yang
lumayan luas.
Merawat ibu, juga
memperhatikan si kecil. Untuk tugas
terakhir ini, beberapa hal dibantu suami.
3 hal itu, cukup
menguras tenaga. Bahkan suami membelikanku suplemen. Agar tak mudah jatuh
sakit. Itu untuk menjaga kesehatan jasmani. Lalu bagaimana dengan menjaga
kesehatan batinku?, tak jarang mendapat sedikit kritik tentang masakan yang
begini lah, kurang ini, dibuatkan ini itu, atau tolong ambilkan ini, itu, atau
belum lagi saat kesabaran saya diuji dengan tingkah si kecil. Rasanya ingin meledak
saja.
Tapi saya tahan
sekuat tenaga. Kadang-kadang suami jd kena pelampiasan amarah. Tapi alhamdulillah,
ia paham. Ia tak marah. Cuma didiamkan saja alias cuek.
Terkadang sambil
menyapu, mencuci baju, atau mengepel. Saya mencoba untuk mengingatkan diri agar tetap bersabar. tetap
bersyukur, bahwa Allah memberikan saya
kesempatan untuk merawat ibu , membantu bapak , juga adek. Ini ladang pahala,
jika saya ikhlas tentunya. Saya berusaha untuk itu.
Itulah hikmah yang
saya dapat dari musibah kecil yang terjadi pada ibu.
Sedangkan hikmah untuk
ibu, mungkin, Allah menyuruh ibu untuk beristirahat, setelah banyak waktu yang ia
habiskan untuk mengurus keluarga, juga
muridnya di sekolah dasar. Ini juga moment terhapusnya dosa ibu , ada hadist yang mengatakan
apabila sakit lalu ikhlas maka akan terhapus dosanya.
“Tidaklah seorang
muslim tertusuk duri atau sesuatu hal yang lebih berat dari itu melainkan diangkat
derajatnya serta dihapuskan dosa karenanya.
"HR.muslim.
Itu yang saya katakan pada ibu .
Ada satu lagi.
Kali ini, saya merasa
secara nyata dan langsung (Biasanya harus pakek merenung dulu, berpikir dulu,
maklum loading lama, hehe), bahwa kasih sayang Allah begitu nyata untuk saya serta keluarga kecil saya.
Ternyata minggu-minggu
ini, bmkg setempat menginformasikan akan terjadinya cuaca buruk, angin kencang,
gelombang cukup tinggi.
Alhamdulillah, Allah
melindungi kami sekeluarga. Jujur saja, saya
mabuk laut kalau menghadapi angin kencang gelombang tinggi. Suami juga, cuma
dia tahan sekuat tenaga. Agar tak muntah seperti saya.
Begitulah. Berusaha
untuk menemukan hikmah dibalik cobaan, ujian, musibah. Karna hidup tak lepas
dari itu.
Usaha itu, akan
membuat kita tetap semangat, tegar, dan hidup akan terasa bermakna, dan
bahagia. Hingga di usia 60 tahun nanti, atau lebih. Amin semoga kita
dianugerahkan oleh tuhan, umur panjang yang manfaat. Amin lagi.
Sumber :
http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/publications/MI/MI/2014/08/05/articlehtmls/Gelombang-Tinggi-Pelayaran-Lumpuh-05082014008016.shtml