Santri dan Keberagaman



Itu adalah foto aku waktu masih jadi santri. 12 tahun yang lalu *waduh ketahuan. Gimana ?. Unyu banget kan aku ? *sodorin kantong kresek. Iya, gini gini aku juga pernah jadi santri lho. Masih nggak percaya ? tanya aja sama Ustadz Maulana. Jama'aaahh..ooo.,jama'ah..Alhamdu..lillaaahh. .Hehe.

Ada banyak moment berharga yang terjadi saat aku masih jadi santri yang manis lucu imut bin amit amit. Ada manis juga pahit. Apapun itu, semua memberikan kesan dan kenangan mendalam hingga saat ini *aseg.

Saat nyantri, aku tak hanya belajar mengaji atau ilmu duniawi *aseglagi, tapi juga belajar tentang keberagaman. Beragam bahasa, budaya, sikap, sifat, dan pemikiran. Ada yang begini, ada yang begitu. Ada yang punya itu, ada yang punya ini. Ada yang berpendapat begini, ada juga yang begitu. Berwarna.

Selama 3 tahun aku menjadi santri. Alhamdulillah. Hampir tak pernah mengalami yang namanya perang dingin dikarenakan beda pemahaman, beda pendapat, atau beda adat budaya yang berlaku dan lain sebagainya. Terutama dengan teman asrama atau teman sekolah. Sesekali, ada sih sedikit percikan. Namun tidak terlalu berarti. Bagi kami, waktu itu, selama tidak melenceng saja dari ajaran Islam yang berlaku pada umumnya, tak masalah. Ajaran Islam yang berlaku pada umumnya itu seperti soal sholat wajib sebanyak 5 waktu dan lain sebagainya. Seperti itu.

Iya, kami benar benar menghargai yang namanya keberagaman. Tidak terlalu memusingkan beberapa perbedaan di antara kami. Kami lebih fokus kepada persoalan yang harus kami hadapi. Persoalan yang sama yang pasti dialami oleh para santri. Rindu orang tua, berusaha mandiri, bosan melanda, disapa sakit hingga kiriman tinggal sak ndulit.

Jika rindu datang dan bosan melanda, maka kami akan saling menghibur. Jika sakit, kami juga akan saling menjaga. Lalu jika kiriman sudah menipis maka kami akan saling berbagi. Indah bukan ?. Ho oh.

Jujur, rindu sekali dengan masa masa seperti itu. Rindu merasakan keberagaman yang serukun. Rindu melihat hal yang demikian terjadi di negeri ini.

Harapanku, di Hari Santri ini, bahkan di hari hari yang lain. Tidak ada lagi yang mengkotak kotakkan pemahaman hingga berujung pada perang dingin. Tidak ada lagi yang demikian. Semua memiliki pendapat masing masing dan tentu saja ada acuannya. Jadi berusahalah, sekuat tenaga, untuk berhenti menyalah nyalahkan sesuatu dan menganggap diri paling benar. Sudah. Berhenti ya.

Mari kita fokus ke masalah bersama. Soal negeri ini. Ya soal negeri ini. Sebelum negeri ini jatuh terpuruk. So, para santri, ayo, ayo kita bertindak !.














Arti dan Cerita di Balik Nama Ken


Jauh sebelum aku melahirkan, aku sudah berencana memberikan nama untuk calon bayiku dengan nama Ken yang dalam bahasa Jepang, memiliki arti seorang anak laki-laki yang sehat kuat tangguh.

Keinginanku tersebut tidak muncul 'makbedundug' begitu saja. Tentu saja ada hal yang melatarbelakangi keinginanku itu yakni aku ingin di kehamilanku yang kedua, janin yang ada di dalam rahimku tumbuh dan berkembang dengan baik dan sehat. Aku tidak ingin kehilangan calon bayiku lagi seperti pada kehamilanku yang pertama. Iya, di kehamilan pertama, aku mengalami keguguran. Innalillahi wainna ilaihi roji'un.

Lalu kenapa nama nama bayi yang dipilih adalah ken ?. Sementara masih banyak nama lain yang juga bermakna sehat bukan ?. Iyup, benar sekali. Masih banyak nama lain yang memiliki makna sehat. Tapi lagi lagi, ada alasan di balik itu semua.

Apa alasannya ? Alasannya adalah sebab kandunganku lemah, bisa dibilang begitu. Dikehamilanku yang kedua, aku juga hampir kehilangan janinku kembali.   Aku mengalami pendarahan. Tapi alhamdulillah terselamatkan dengan bantuan penambahan hormon yang dimasukkan lewat vagina. Setelah kejadian itu, dokter memintaku untuk bedrest, tidak mengendarai motor atau bepergian jauh dulu, dan berhubungan suami istri. Untuk menghindari terjadinya pendarahan lagi.

Oleh sebab itulah aku ingin janin yang ada di rahimku, tidak hanya tumbuh dan berkembang dengan baik dan sehat saja, melainkan juga ia harus kuat dan tangguh. Dan nama Ken memiliki makna demikian, sehat kuat dan tangguh. 

Alhamdulillah wa Syukurillah. Setelah sekian lama penantian, akhirnya lahirlah si kecil ken. Sesuai dengan harapan dan do'aku, dan sesuai dengan makna dari nama Ken, sehat kuat tangguh. Alhamdulillah. Si ken lahir dengan berat 4 kg dan panjang 50 cm. Sehat ginuk ginuk. 


9 hari kemudian, 'udel' atau pusar ken sudah putus yang berarti bahwa saatnya memberikan nama sekaligus tasyakuran. Jadi sebelum acara tasyakuran berlangsung, aku kembali berselancar di pantai mbah google terlebih dahulu. Untuk memastikan arti nama ken.

Luar biasa, alhamdulillah, aku pun tak henti-hentinya mengucapkan kata amin. Kenapa?. Karna ternyata nama ken memiliki banyak arti yang kesemua artinya memiliki makna yang apik.

Ken dalam bahasa inggris artinya pengetahuan atau orang yang suka dengan ilmu pengetahuan.







Sedangkan Ken menurut ahli sejarah negeri kita ini memiliki arti orang yang baik dan dihormati karena keahliannya, dan memaksimalkan potensi dirinya. Amin amin Ya Robbal 'alamin. 

Duhai Ken anakku sayang, semoga engkau selalu dalam lindunganNya ya nak, jadi anak sholeh, sehat kuat tangguh, juga pantang menyerah, penuh semangat, berpengetahuan dan memiliki keahlian. Amin.. 
***




Self Reward ala Bukan IRT Biasa

Andai saja di baris profesi yang ada di KTP maupun SIM bisa ditulis begini "profesi : sailormoon *halah, maksudku bisa ditulis begini "Profesi : Bukan Ibu Rumah Tangga Biasa", pasti sudah aku tulis begitu. Sungguh. Bukan karena ingin tampil beda, meskipun iya sih, sedikit, tapi karena itulah yang tengah aku lakukan dan aku tekuni. Menjadi bukan ibu rumah tangga biasa.

Tepatnya, sejak si kecil ken lahir, aku membulatkan tekad untuk berusaha menjadi bukan ibu rumah tangga biasa. Seorang ibu rumah tangga yang tidak hanya mampu mengurus keluarga dan rumah, melainkan juga mampu out of the box *aseg.

Nah untuk menjadi bukan irt biasa, aku melakukan beberapa hal yang jarang dilakukan oleh para irt biasa. Khususnya irt yang tinggal di sekitar tempat tinggalku, antara lain sebagai berikut :

Berusaha memenuhi kebutuhan gizi si kecil dan suami.
Iya, aku benar benar mengusahakan hal ini lho. Terutama untuk si kecil. Menu menu masakan yang aku buat sebagian besar pasti mempertimbangkan gizi untuk si kecil. Seperti menu sayur bayam yang kaya akan vitamin dan mineral serta menu ceker ayam kampung yang memiliki kandungan kalsium di dalamnya. Begitu juga dengan camilan yang aku buat, tetap mempertimbangkan gizi untuk si kecil. Seperti camilan roti gulung pisang atau nugget wortel plus ayam.



Memperhatikan kesehatan si kecil dan suami.
Setelah memperhatikan gizi, kemudian aku mengajak suami untuk mengenalkan lalu membiasakan si kecil dengan gaya hidup sehat. Dan alhamdulillah suami menyambut ajakanku tersebut.


Gaya hidup sehat yang kami kenalkan kepada si kecil belum terlalu mendalam sih. Kami baru membiasakan si kecil untuk suka mengkonsumsi air putih, suka buah buahan, tidak mengkonsumsi makanan ringan, dan membiasakan sikat gigi.



Memperhatikan dan memberikan stimulus untuk tumbuh kembang si kecil.
Ini juga aku lakukan lho. Informasinya tentu saja bersumber dari buku pink posyandu atau buku kesehatan ibu dan anak, bidan posyandu, dan mbah google. Kalau informasi dari yang sudah berpengalaman sih menurutku kurang bisa dijadikan acuan ya. Karena pengalaman orang kan beda-beda.


Stimulus yang aku berikan juga macam-macam. Ada stimulus untuk melatih motorik si kecil, stimulus untuk melatih kecerdasan visualnya, kecerdasan spasial, dan lain sebagainya. Dari sekian banyak stimulus yang aku berikan kepada si kecil, ada satu stimulus yang membuat aku sedikit kewalahan. Karena benar-benar butuh kesabaran. Stimulus itu adalah stimulus untuk melatih kecerdasan linguistik si kecil. Iya, si ken memang agak terlambat bicara.

Menjaga kebersihan si kecil dan rumah.
Jujur, melakukan hal ini susah banget. Karena begitu selesai aku bersihkan juga rapikan, dalam hitungan menit, sudah dihambur hamburkan si kecil lagi. Makbyor. Jadi, biasanya aku membersihkan rumah saat si kecil tidur siang dan malam.


Berusaha membantu keuangan rumah tangga.
Caranya adalah dengan berhemat. Ada beberapa penghematan yang aku lakukan. 
Pertama, menghemat pemakaian listrik. Selain mematikan listrik di siang hari, dan menggunakan listrik seperlunya di malam hari, aku juga tidak menyetrika baju lho. (baca : baju rapi tanpa disetrika). Kecuali untuk bahan kain tertentu. Kedua, menghemat air. Ketiga, memasak sendiri. Ke empat, daur ulang barang bekas agar bisa digunakan kembali. (baca : sarung bantal dari kaos bekas, keset dari kaos bekas, dll).


Membantu dan juga berbagi kepada keluarga, sahabat, tetangga, dan masyarakat luas.
Aku juga berusaha bisa membantu orang-orang. Berusaha semampuku. Jika tidak mampu berbuat sesuatu, minimal aku bisa membantu mendo'akan agar mendapatkan solusi atau yang terbaik lah yah.


Begitu juga dengan berbagi. Berbagi sepunyanya. Punya rejeki makanan lebih, apalagi yang harus dilakukan kalau bukan untuk dibagi. Punya pemahaman lebih, apalagi yang harus dikerjakan kalau bukan untuk dibagi juga. Iya kan ?. Iya donk. Karena, berbagi itu indah. Jama'ah..oooo..jama'ah. Alhamdu..lillaaaaahhh. Hehe.

Mungkin terlihat mustahil bisa melakukan itu semua. Tapi bisa lho. Beneran. Ya meskipun harus dilalui dengan kerja keras. Meskipun harus berlumuran keringat karena harus mengerjakan beberapa hal dalam waktu bersamaan. Meskipun mata panda keluar sebab menyiapkan camilan atau alat bahan untuk menstimulus si kecil. Dan meskipun kalah cantik dari Suzy kekasih Lee Min Ho. Alhamdulillah dan insyaAllah aku berhasil menjadi bukan irt biasa. Yuhuuuuu *lalu berenang di empang.

Keberhasilan tersebut tentu saja tidak aku raih sendiri. Ada udang *ups, ada suami di balik keberhasilanku itu. Iya, suami menerima dan benar-benar mewujudkan self reward yang aku ajukan padanya. Bukan hanya satu tapi banyak, hahaaayyy.

Nah berikut ini daftar self reward yang aku ajukan ke suami dan disetujui *yeay :
1. Tidak memasak saat hari libur.
Ada dua pilihan untuk suami. Masak atau beli. Kalau suami memilih masak sendiri, maka menu masakan bebas. Tapi kalau beli, maka menu makanan yang dibeli harus sesuai dengan pilihanku *mantab.
Masak masaakkkk

2. Momong si ken di malam hari.
Bagi tugas momong. Aku mulai pagi hingga sore hari, sementara suami setelahnya. Bukan hanya menemani bermain, tapi juga segala sesuatu yang dilakukan ken, seperti menyuapinya, dan mengajak untuk melakukan ritual wajib sebelum tidur (sikat gigi, buang air kecil, cuci kaki dan tangan).


3. Jalan-jalan.
Biasanya, suami mengajak aku jalan-jalan di taman kota dekat rumah. Aku setuju donk, tapi ada syarat yang harus dipenuhi yaitu momong si ken.



4. Nonton acara televisi yang aku suka.
Si ken sudah tidur, aku bisa nonton tv donk dan bebas memilih mau nonton apa. Kecuali kalau ada pertandingan sepak bola. Alhamdulillah, suami oke-oke saja. Dia memilih untuk main game coc saja.

5. Beli pakaian yang aku suka *cihuy ulala.

Salah satunya ini, Jogger pants yang lagi ngetrend


Bagaimana ?. Asoy kan self reward yang aku dapatkan. Apalagi yang dibutuhkan irt selain istirahat, leyeh-leyeh, sambil baca buku, ngeblog, atau nonton drakor, bahkan jalan-jalan. Itu yang paling utama. Jika badan sudah segar kembali, pikiran fresh, maka berjuang untuk kemaslahatan keluarga pun sudah tak jadi masalah lagi. Akan tetapi, ada satu self reward yang tak ternilai harganya, saat melihat ini....

Facebook  Twitter  Google+ Yahoo