Tulisan untuk Ibu dari Anak Pertama

Ibuku itu, orangnya cool. Nggak ekspresif. Waktu aku dapet peringkat 1 di SD, ekspresi ibu datar datar saja. Aku cemberut mbetutut bin ngambek juga ekspresi ibu biasa aja. Tampat makanku diludahin plus barang barangku dicuri sama temen sekelasku waktu SD juga ekspresi ibu biasa aja. Tau tau, besoknya ibu langsung nongol gitu aja di ruang guru.

Ibu juga hemat kata-kata. Hampir setiap hari kalimatnya itu itu aja. Dan yang paling sering itu kalau nggak "makan seadanya" yaaa "hati-hati". Ada sih kata yang lain, seperti "ayo". Kata itu keluar biasanya saat tengah malam aku bangunin ibu minta anter ke belakang. Tanpa babibubebo, ibu langsung bilang "ayo".

Ibu itu tegasnya polll. Kalau sudah begini ya begini. Nggak bakal bisa dibelokin jadi begitu. Aku pernah nyobak belokin aturan yang ibu buat. Eee malah dapet zonk alias mules. Aturan ibu yang aku langgar itu adalah setelah pulang sekolah, makan nasi dulu jangan makan yang lain. Nah itu aku balik jadi makan rujak manis dulu baru makan nasi. Makan nasi pun cuma sedikit karena perut sudah terisi rujak manis.

Ibu itu pemegang teguh budaya timur. Kalau ibu lihat aku memakai seragam smp nggak rapi gitu seperti lengan bajunya aku lipet dikit atau bajunya aku keluarin dikit biar keliatan gaul gitu, pasti langsung dikomentarin begini sama ibu "nggak usah berangkat sekolah kalok kayak gitu?".

Ibu itu....SEGALANYA. Iya segalanya.

Apa yang dulu terasa berat menurutku, karena harus begini begini dan tak boleh begitu begitu. Ternyata adalah yang terbaik untukku.

Apa yang dulu ibu terapkan padaku, soal kesederhanaan, soal disiplin terutama disiplin makan, menanamkan budaya timur padaku, mencontohkan sikap tegas kepadaku, serta mencontohkan untuk sedikit bicara dan lebih banyak bertindak, benar benar membantuku dalam menjalani hidup.

Dan apa yang telah ibu lakukan untukku, hhhhh, iya, semua itu, sedikitpun belum bisa aku membalasnya. Bahkan secuil pun belum bisa.

Sebagai anak pertama ibu dan bapak, aku benar benar belum bisa mempersembahkan apapun buat mereka. Terutama ibu. Aku belum bisa mewujudkan harapan yang diam-diam ibu gantungkan padaku, si anak pertama. Untuk menjadi seorang wanita karier yang sukses. Iya, itu belum bisa aku wujudkan. Karena atas kehendak suami juga pilihanku sendiri yang lebih memilih untuk menjadi seorang ibu rumah tangga.

Pasti ibu tahu bahwa aku harus menuruti kehendak suami. Ibu paham akan hal itu. Oleh sebab itu, ia memilih memendam harapannya dalam dalam serta mungkin menahan rasa tak nyaman saat teman temannya sibuk membanggakan anak-anak mereka masing masing. Memikirkan hal itu, rasanyaaaa,....hhhhh....

Yang pasti, saat ini, keinginan untuk menghadirkan rasa bangga di hati ibu, masih tersimpan jelas di hati ini. Dan masih tetap aku usahakan. Aku tetap berkarier. Namun bukan berkarier sebagaimana sudut pandang yang berlaku pada umumnya, tapi berkarier dari sudut pandang yang lain dan tentu saja belum familiar di desa tanah kelahiranku.

Untuk saat ini, aku hanya bisa berdo'a, semoga Allah senantiasa menjaga ibu juga bapak dari hal hal yang tidak baik. Serta tetap terus berbakti kepada ibu juga bapak. Semoga usaha ini dapat segera menuai hasil sehingga aku bisa segera melihat raut wajah bahagia serta senyum penuh kebanggaan di wajah ibu. amin.

***
“Tulisan ini diikutsertakan dalam GA Sejuta Kisah Ibu"

Beli Tiket Kereta Api di Indomaret Dapet Teh Celup

Beli Tiket Kereta Api di Indomaret Dapet Teh Celup ~ Waktu kuliah dulu, aku tuh hobi banget ngelihatin kalender plus ngapalin tanggal merah. Iya, ngapalin tanggal merah. Apalagi kalau ada tanggal merah yang deket-deketan. Beuugghh. Bakal langsung nyatoltoltol dah di kepala. Aku kadang heran sendiri gitu, koq bisa bisanya urusan tanggal merah begini cepet banget nyantolnya. Mbog ya kalkulus atau matematika diskrit gitu yang cepet nempel di kepala. Hadeeehh.

Sekarang masih tetep gitu sih. Masih suka mantengin kalender. Apalagi akhir tahun begini. Tambah intens. Buat apa sih ?. Buat nentuin kapan saatnya berburu diskonan akhir tahun di mini market sekitar rumah plus nentuin kapan saat yang tepat untuk cus liburan akhir tahun. Dan akhir tahun 2015 ini aku and my gank (si ayah+si ken), memutuskan untuk liburan ke Bali. Ahayyy.. eikeh pulkam cyiinn. Senengnyoooo diriku auwooooo. *mamak mulai lufa diri*.

Sebenarnya rencana ini bukan rencana yang kami buat jauh jauh hari. Melainkan rencana yang spontanitas aja. Keluar begitu saja dari mulut si ayah. Kata si ayah, kebetulan, liburan tahun baru ini selain memang berbarengan dengan libur semester sekolah, juga berbarengan dengan libur di kampus. *sip, kalian kompak, tengkiu sekolah tengkiu kampus*.

Nah karena aku sudah hafal tanggal merah, aku pun ngusulin untuk berangkat sekitar tanggal 24 sore. Karena sebelum tgl 24 itu, si ayah masih ngampus.

Binggo. Si ayah setuju, aku pun langsung berburu tiket. Perburuan pertama tertuju pada agen bus gunung harta trayek Kediri - Denpasar dan hasilnya, di tanggal tanggal 18, 19, 20, 21, 22 dst... nggak ada tempat duduk di bagian depan. Sementara kami ingin dapat tempat duduk bagian depan. Selain karena tempat duduknya lebih luas, ken jadi lebih anteng karena bisa lihat pemandangan langsung.

Gagal naik bus, kami beralih ke....naik kereta api tut tut tuuutttt bruut. ups. sorry. hehe. Aku pun langsung cus ke akun PT. KAI, untuk nge-cek ada nggaknya kereta menuju banyuwangi yang mampir dulu di stasiun Jombang. Dan ulala beibeh. Ternyata ado cyiin. Tanpa tunggu nanti nanti, aku pun mengatakan perihal tersebut kepada si ayah. Ayah pun langsung mengiyakan untuk naik kereta api saja. Kata si ayah : "sekalian ngenalin ken sama kereta api". Mbog ya, kenalan sama siapa gitu, ee malah kenalan sama benda mati. Capek deh, *elunya aja mak yang kagak ngerti maksud si ayah*. Hehe. Ayah juga mengatakan, nanti sepulang sekolah ia akan segera membeli tiket di Indomaret. Biar nggak kehabisan.

Namun karena sepulang sekolah hujan turun deras banget, walhasil si ayah memutuskan untuk beli tiket waktu malam saja sekalian ngajak ken jalan jalan lihat lampu jalan. Emaknye ?. Ya ikut donk. Emaknye kan suka ngintil. Yuk.

Malam tiba, kami cus ke indomaret. Sebelum memesan, kami menanyakan ke si mbak indomaret terlebih dahulu tanggal keberangkatan kereta api yang masih lowong. Dan lagi lagi di tanggal 20, 21, 22, dst..sudah pada penuh. Yang masih lowong sekitar tanggal 18, 17, dst. Akhirnya, si ayah pun mengiyakan.

Proses pembelian tiket di indomaret ini aku rasa cukup mudah yah. Setelah memilih jadwal keberangkatan, si mbak pun akan melakukan pemesanan. Kami diminta untuk menunjukkan nomor ktp, dan nama sesuai ktp juga. Selesai. Gitu aja ?. Bayarnya ?. Serahkan sama...,dia dia dia. Alias si ayah.
O ya, kami juga dikenakan tambahan biaya sebesar Rp. 7.500,. Juga dapat bonus teh celup seharga Rp. 5.200,. Lumayan kan ?. Bisa buat ngeteh ngeteh cantik mah ini di kereta nanti. Sambil lihat pemandangan. Asoy deh kaya'nya *langsung bayangin*.

Jadi nih, yang tiba tiba punya hasrat ingin liburan akhir tahun seperi diriku nih, segera pesan tiket sekarang yak. Keburu kehabisan nanti. Buruaaannn.

Perjalanan Mendeteksi Kecerdasan Kinestetik Si Kecil

Perjalanan Mendeteksi Kecerdasan Kinestetik Si Kecil ~ Kalau dipikir-pikir, si kecil ken sudah menunjukkan kecerdasannya yang paling dominan sejak ia lahir. Kata perawat yang merawat ken selama aku masih dalam masa penyembuhan setelah caesar, saat dimandikan, digantikan bajunya dan sebagainya, si ken nggak bisa diem anteng gitu. Kaki tangan gerak gerak terus. Aku pikir mbak perawat tersebut yaa mungkin hanya sekedar memuji gitu *emangnya marcell*. Jadi aku nanggepinnya biasa aja. Manggut manggut aja.
Dan apa yang dikatakan si mbak perawat ternyata bener. Ken bener bener nggak bisa diem. Apalagi waktu dimandiin. Beuugghhh. Kayak jentik nyamuk. Plecat plecet gitu. Oleh sebab itu, urusan memandikan si kecil ken aku serahkan sepenuhnya kepada ahlinya yaitu si ayah. *Loh*.


Iya, si ayah lebih jago dan handal dalam urusan memandikan hingga menggendong si ken. Aku malah diajarin si ayah gimana cara gendong ken yang bener. Kebalik kan ?. Biasanya suami yang takut kalau gendong bayi, ee ini malah si istri yang takut. Hadeehhh. *wanita macam apa aku inih*.

Aku mulai berani memandikan si ken saat ia berusia 4 bulan. Meskipun ken sudah menunjukkan keaktifannya yang luar biasa, tetep aja aku nggak punya pikiran kalau apa yang ken tunjukkan tersebut adalah kecerdasannya yang paling dominan. Aku pikir bayi bayi yang lain juga begitu. Aktif seperti ken gitu.

Pikiran bahwa keaktifan si ken sama dengan bayi bayi lain terus aku pelihara. Dan mulai berubah saat aku dan si ken diajak si ayah silaturahim ke rumah temannya. Nah kebetulan temen si ayah memiliki anak laki laki yang seumuran ken. Dan, jeng jeng jeng, ternyata anak temen si ayah nggak se aktif ken. Si ken udah merangkak ke sana kemari, sementara anak temen si ayah cuma duduk manis sambil ngelihatin tingkah si ken. Dari sini pikiranku mulai terbuka bahwa keaktifan ken tidak sama dengan keaktifan bayi yang lain. Tapi tetep, aku belum sadar bahwa ini merupakan kecerdasan dominan si ken. Gemes kan, koq nggak sadar2 gitu yah. Iyak, aku memang payah. *hiks*.



Keaktifan ken semakin bertambah saat dia mulai bisa berjalan lalu berlari. Begitu handal berlari, ken malah nggak mau diajak jalan santai. Maunya lari terus. *lari dari si manda mandi kembang lek dis*. Sementara aku, yang ngikutin dia, sudah megap megap ngos ngosan. *kibas kibas bendera putih* *manda mandi kembang nyerah*.

Diajak ke kondangan juga begitu. Ada aja tingkahnya. Nggak mau duduk diem. Maunya ngiterin kursi para undangan. Dan walhasil, dandanan aku yang semula cihuy berubah jadi kayak badut. Bedak hilang kesapu keringat. Jadi blonteng blonteng. Semua itu terjadi karena aku ngikutin tuh bocah. Hari itu, aku gagal tampil keceeehh sodara sodaraaa.

Diajak kemana aja, pasti ken nggak bisa diem. Dan sudah banyak orang yang dibuat kewalahan oleh tingkah si ken. Jadi ken nggak pernah aku titipin ke siapa pun. Cukup aku saja yang merasakan kemaknyonyoran menghadapi tingkah si ken.

Keaktifan ken yang luar biasa ini sempat membuatku menduga bahwa ken adalah anak yang hiperaktif. Dugaanku ini tentu saja ada dasarnya karena dari sekian anak seumuran ken yang aku temui, rata rata, keaktifannya tidak seperti ken. Anak anak tersebut bergerak sebagaimana biasa. Orang tuanya jalan, si anak juga ikut jalan biasa. Orang tuanya duduk, si anak juga ikut duduk, atau kadang juga main ayunan di kaki orang tuanya. Sementara si ken, aku jalan, dia lari. Aku duduk, dia manjat kursi. Aku tiduran, dia malah jadiin aku kuda kudaan. Si ken pikir, emaknye ini kuda lumping kali yak?, bukaaan, yang bener emakmu ini kuda nil. Hadehh.



Tapi dugaanku itu langsung dibantah si ayah. Kata si ayah, ken bukan anak hiperaktif akan tetapi hanya aktif saja. Aku pun mengaminkan pernyataan si ayah tersebut. Meksipun begitu aku tetap memikirkan soal keaktifan ken ini. Gelisah cyiinn.

Kegelisahanku sedikit teralihkan, saat aku menyadari si ken belum mencapai satu tahapan perkembangannya yakni belum mulai bermain kosakata di usia 18 bulan.


Saat itulah aku mulai mencari dan menelesuri lalu mendaki gunung melewati lembah, halah, informasi soal 'apa penyebab anak terlambat bicara'. Dan salah satu penyebabnya adalah bisa karena si kecil merupakan anak kinestetik.

Yup, aku pikir begitu. Ken benar benar memenuhi tanda tanda anak kinestetik seperti :
Tidak bisa diam berlama-lama ? iyup, betul sekali.
Rentang perhatian pendek ?. Ho oh. Sulit rasanya menahan si ken untuk mau memperhatikan sebentar sajs apa yang sedang aku atau si ayah jelaskan.
Memiliki kapasitas energi yang tinggi ?. Iya, ken juga begitu. Aku sudah tepar, dia masih kayal kayal.
Memiliki ketrampilan olah tubuh yang baik ?. Ken ahli banget jungkir balik. Bahkan dalam posisi berlari lalu langsung jungkir balik pun dia bisa. Dia juga handal dalam memanjat. Suka ikutan nari breakdance dan sebagainya. Iyup, si ken anak kinestetik.


Andai saja aku sadar dari awal bahwa apa yang ditunjukkan ken melalui keaktifannya yang luar biasa itu merupakan tanda tanda kecerdasan dominan yang dimilikinya, mungkin aku tidak akan menganggap bahwa si ken adalah anak hiperaktif, aku juga tidak akan mengeluh saat si ken beraksi ini itu dan mungkin si ken juga tidak akan terlambat bicara plus tidak dianggap orang nggak bisa bicara karena aku bisa melatih kemampuan bicara si ken menggunakan kecerdasan kinestetik yang amat dikuasai dan disukainya itu.


Ya begitulah, namanya juga polisi india, si govinda selalu datang belakangan kan ?. Begitu juga dengan penyesalan, *halah*. Tapi aku nggak mau donk berlarut larut dalam penyesalan. Jadi aku pun segera memantabkan diri untuk meningkatkan dan mengarahkan kecerdasan kinestetik ken serta terus melatih dan meningkatkan kemampuan bicara ken. Pe Er masih banyak. Semangaaaatttt menatap masa depaaaan.

Facebook  Twitter  Google+ Yahoo