Aku Terima Kegagalan Resolusi 2015 Ini dengan....


Sebenarnya, inti dari resolusiku di tahun 2015 yang sebentar lagi akan berakhir ini adalah dapat menghadirkan rasa bangga di hati ibu dan bapak. Meskipun aku hanya sebagai ibu rumah tangga. Bukan sebagai seorang wanita karier sukses sebagaimana harapan bapak juga ibuk yang ditujukan padaku si anak pertama.

Sudah bukan hal yang dianggap tabu lagi dibicarakan *emangnya silet bahwasanya memegang status anak pertama itu, benar benar, tak semudah membalikkan telapak tangan. Berat. Lebih berat dari  berat badanmu ? *melengos. Iyah. Beraaattt. Karena, tugas si anak pertama tak hanya memberi contoh yang baik untuk adik-adiknya akan tetapi juga anak pertamalah yang diharapkan dapat merengkuh sukses, dan menjadi sosok yang dibanggakan keluarga. Dan dua hal itu, menurut bapak dan ibuk hanya bisa diraih dengan menjadi seorang wanita karier. Bukan sebagai ibu rumah tangga.

Sekilas ada ekspresi kecewa yang tertangkap di wajah bapak ibuk saat aku mengatakan hal itu. Lalu apa yang aku rasakan saat menangkap ekspresi seperti itu ?. Kalian tau ?. Rasanyaaaa...hhhhh...PERIH *aku tak sanggup. Kejadian itulah, yang berlangsung kira kira 1.5 tahun yang lalu, membuatku di awal tahun 2015, memantabkan hati untuk memburu prestasi demi mengobati rasa kecewa di hati bapak juga ibuk terhadap pilihanku. I will do it Yeaahhh.

Untuk mewujudkan resolusi tersebut, aku pun mengikuti buanyak perlombaan. Baik yang diadakan oleh brand ternama, sebuah lembaga maupun kawan kawan yang berkecimpung di dunia blogger. Sayangnya dari sekian buanyak lomba yang aku ikuti, hanya ada beberapa yang nyantol. Jika dibuat sebuah perbandingan, maka bisa ditulis seperi ini, 50 : 1. 50 ikut lomba, 1 kali jebret. Tentu saja yang 1 itu menjadi tak terlihat oleh bapak juga ibuk. Padahal, dapet 1 aja, bagiku, rasanya sudah seperti dikedipin aliando *ting.



Berdasarkan perbandingan tersebut, kalian pasti bisa menyimpulkan bahwa resolusiku di tahun 2015 ini bisa dibilang gagal. Failed. Menyedihkan bukan ? *sroott* *usap umbel pakek daster*.

Bukan hanya sedih. Lebih dari itu. Nih, bagian sini nih. Dompet maksudnya ?. Bukaaann. bukan ituuu. Tapi yang ini nih, Hati. Perih rasanya, saat merasa diri tak mampu membuat ibuk bapak bahagia nan bangga terhadapku.

Tapi..apalah daya. Tak ada kalung waktu hermione di leherku, juga tak ada mesin waktu doraemon di laci bumbu dapurku. Jadi yaaa...aku terima kegagalan ini dengan...... Linangan Air Liur, Ups, Air Mata maksudnya.

Setelah aku menerima kegagalanku itu dengan lapang dada, aku pun mulai bisa meraba raba apa penyebab utama kegagalanku tersebut. Dannnnn....Penyebabnya adalaaaaahhhhh...karena aku terlalu membabi buta, terlalu ambisius.

Lalu apakah resolusi tahun 2015 yang telah gagal ini akan dikandangkan begitu saja ? Ow..tentu tidaakk. Malah aku berniat untuk memasukkannya ke resolusiku di tahun 2016. Cuma, tidak memakai cara yang aku lakukan di tahun 2015 ini donk ya. Jurus Serudak Seruduk, ikut ini ikut itu, tanpa pertimbangan yang matang terlebih dahulu.



Iyup, ikut lomba pun harus dipertimbangkan matang matang. Begitu juga dengan mengirim karya ke media massa ini atau penerbit yang itu. Semua harus dipertimbangkan. Mana yang sekiranya lomba yang temanya aku kuasai, mana media massa atau penerbit yang cocok untuk karya yang aku buat, serta apakah aku happy mengerjakan itu semua ?. Jangan jangan malah jadi uring uringan bahkan malah jatuh sakit hanya karena ingin mengikuti lomba yang itu. Duuhh, aku nggak mau begitu lagi. Aku mau ikut lomba, buat karya, yang aku banget, yang aku happy ngerjainnya.

Aku harap, resolusiku yang gagal terwujud di tahun 2015 ini, dapat menjadi pelajaran, pengalaman, dan pengantar tercapainya resolusiku di tahun 2016 mendatang. Amin. Semoga, semoga, semoga aku bisa menghadirkan serta melihat raut bahagia nan bangga di wajah ibuk dan bapak. Amin. Mohon bantuan doanya ya teman teman *prok prok prok*. Yak, Makasih yaaaa. Kalian memang baek. :D

Giveaway Tinta Perak 


Definisi Cantik yang Katanya Aku Banget

Kalau kata Afgan, gadis yang berhasil mengalihkan dunianya adalah yang begini nih :

Baiknya putihnya bidadariku
Cantiknya hiasi hari-hariku

Nah kalau kata si ayah, gadis yang berhasil mengalihkan perhatiannya dari berita berita yang berkaitan dengan ham dan tenaga kerja adalah gadis yang begini nih :



*eyak.

Iya, kata si ayah, aku adalah satu satunya gadis yang berhasil membuat perasaan si ayah dagdigdug kembang kuncup lagi. Setelah sekian lama ia nggak merasakan perasaan itu. Karena terlalu fokus berorganisasi, demo, orasi, dan "hidup buruh".

Awalnya, aku tidak terlalu respect gitu mendengar pernyataan si ayah. Aku pikir itu hanya gombyal gombyal pacul saja. Tapi saat aku mengenalnya lebih jauh, penilaianku tersebut sirna begitu saja. Karena akhirnya aku tau, bahwa si ayah bukanlah tipe tipe cowok yang suka bilang "bapak kamu tukang ledeng ya ? atau tukang sayur ya ?", bukaan. Ia bukan tipe seperti itu.

Kenyataan tersebut tentu saja membuat hati aku berbunga bunga donk ya. Namun di antara bunga bunga tersebut, terselip sebuah tanya, apa yang membuat si ayah menaruh rasa kepadaku ?. Sementara di sekitarnya, banyak teman teman wanitanya, yang jauh lebih cantik dari aku. Why me ?. dan jawaban si ayah adalah.....

Karena kamu baik, sederhana, nggak neko neko, dan kelihatan lebih smart dari yang lain. *uhuuuyy*.

Jujur, aku sedikit keberatan dengan alasan tersebut. Kenapa harus ada kata 'kelihatan' sih. Mbog ya nggak usah pakek kata itu gitu loh.

Tapi, entah kenapa, rasanya belum cukup puas gitu mendengar alasan yang diungkapkan si ayah. Masa' sih dia kecantol sama aku gara gara sifatku doank, Masa' nggak ada unsur cantik atau unsur fisik gitu yang membuat ia kecantol sama aku ?. Ah daripada masa' masa' masa' lalu mateng trus gosong, aku memutuskan untuk menanyakan hal tersebut kepada si ayah. Dan jawaban si ayah adalah.....

Iya, mas memilih kamu karena kamu cantik...cantik kepribadianmu. Pertimbangan soal penampilan luarmu, itu nomor sekian. *glodak*.
Bagi mas, cantik fisik itu hanya sekedar enak di pandang mata saja. Akan tetapi cantik sebenarnya adalah cantik yang dapat menentramkan jiwa, cantik yang dapat menghadirkan rasa nyaman, serta cantik yang dapat mengundang kebahagiaan. Begitu.

Lalu .....
Tanyaku lagi...

"kenapa nggak nyarik wanita yang cantik dua duanya ?. hem ?. kenapa akhirnya memilih aku yang hanya cantik kepribadiannya saja, tapi penampilan luarnya nomor sekian ? kenapa ? ".

Dan jawaban si ayah adalah .....

"capek nyari lagi, seadanya aja lah". *kejet kejet*.

Jadi ya begitulah cantik menurut si ayah. Salah satu kaum adam di muka bumi ini yang berpendapat bahwa cantik itu tidak melulu soal kulit putih, gitar spanyol, dan rambut lurus. Tidak. Namun cantik itu selalu soal kepribadian yang baik dan mampu menghadirkan kebahagiaan bagi siapa saja yang berada di dekatnya. Cantik itu suka menolong. Cantik itu suka berbagi. Dan cantik itu dapat memberi manfaat untuk orang lain. Itulah definisi cantik yang aku banget menurut si ayah yang merupakan salah satu kaum adam di muka bumi ini. *bukan kaum ada yang paling sexy ? bukan* *oke fix, kita impas yah*.
***





Tulisan untuk Ibu dari Anak Pertama

Ibuku itu, orangnya cool. Nggak ekspresif. Waktu aku dapet peringkat 1 di SD, ekspresi ibu datar datar saja. Aku cemberut mbetutut bin ngambek juga ekspresi ibu biasa aja. Tampat makanku diludahin plus barang barangku dicuri sama temen sekelasku waktu SD juga ekspresi ibu biasa aja. Tau tau, besoknya ibu langsung nongol gitu aja di ruang guru.

Ibu juga hemat kata-kata. Hampir setiap hari kalimatnya itu itu aja. Dan yang paling sering itu kalau nggak "makan seadanya" yaaa "hati-hati". Ada sih kata yang lain, seperti "ayo". Kata itu keluar biasanya saat tengah malam aku bangunin ibu minta anter ke belakang. Tanpa babibubebo, ibu langsung bilang "ayo".

Ibu itu tegasnya polll. Kalau sudah begini ya begini. Nggak bakal bisa dibelokin jadi begitu. Aku pernah nyobak belokin aturan yang ibu buat. Eee malah dapet zonk alias mules. Aturan ibu yang aku langgar itu adalah setelah pulang sekolah, makan nasi dulu jangan makan yang lain. Nah itu aku balik jadi makan rujak manis dulu baru makan nasi. Makan nasi pun cuma sedikit karena perut sudah terisi rujak manis.

Ibu itu pemegang teguh budaya timur. Kalau ibu lihat aku memakai seragam smp nggak rapi gitu seperti lengan bajunya aku lipet dikit atau bajunya aku keluarin dikit biar keliatan gaul gitu, pasti langsung dikomentarin begini sama ibu "nggak usah berangkat sekolah kalok kayak gitu?".

Ibu itu....SEGALANYA. Iya segalanya.

Apa yang dulu terasa berat menurutku, karena harus begini begini dan tak boleh begitu begitu. Ternyata adalah yang terbaik untukku.

Apa yang dulu ibu terapkan padaku, soal kesederhanaan, soal disiplin terutama disiplin makan, menanamkan budaya timur padaku, mencontohkan sikap tegas kepadaku, serta mencontohkan untuk sedikit bicara dan lebih banyak bertindak, benar benar membantuku dalam menjalani hidup.

Dan apa yang telah ibu lakukan untukku, hhhhh, iya, semua itu, sedikitpun belum bisa aku membalasnya. Bahkan secuil pun belum bisa.

Sebagai anak pertama ibu dan bapak, aku benar benar belum bisa mempersembahkan apapun buat mereka. Terutama ibu. Aku belum bisa mewujudkan harapan yang diam-diam ibu gantungkan padaku, si anak pertama. Untuk menjadi seorang wanita karier yang sukses. Iya, itu belum bisa aku wujudkan. Karena atas kehendak suami juga pilihanku sendiri yang lebih memilih untuk menjadi seorang ibu rumah tangga.

Pasti ibu tahu bahwa aku harus menuruti kehendak suami. Ibu paham akan hal itu. Oleh sebab itu, ia memilih memendam harapannya dalam dalam serta mungkin menahan rasa tak nyaman saat teman temannya sibuk membanggakan anak-anak mereka masing masing. Memikirkan hal itu, rasanyaaaa,....hhhhh....

Yang pasti, saat ini, keinginan untuk menghadirkan rasa bangga di hati ibu, masih tersimpan jelas di hati ini. Dan masih tetap aku usahakan. Aku tetap berkarier. Namun bukan berkarier sebagaimana sudut pandang yang berlaku pada umumnya, tapi berkarier dari sudut pandang yang lain dan tentu saja belum familiar di desa tanah kelahiranku.

Untuk saat ini, aku hanya bisa berdo'a, semoga Allah senantiasa menjaga ibu juga bapak dari hal hal yang tidak baik. Serta tetap terus berbakti kepada ibu juga bapak. Semoga usaha ini dapat segera menuai hasil sehingga aku bisa segera melihat raut wajah bahagia serta senyum penuh kebanggaan di wajah ibu. amin.

***
“Tulisan ini diikutsertakan dalam GA Sejuta Kisah Ibu"

Facebook  Twitter  Google+ Yahoo