Membangun Perlindungan Keluarga, Jangan Menunggu Merasakan Sakit atau Jatuh Terlebih Dahulu

Hidup memang penuh kejutan. 
Kadang kejutan itu membuat bahagia, adakalanya juga membawa linangan air mata. 
Apapun itu, kita tetap harus siap menghadapi kejutan hidup bukan ? 
Ho oh.

Seharusnya memang seperti itu. Seharusnya, aku dan suami sudah siap saat tiba-tiba kejutan hidup datang menghampiri keluarga kecil kami. Bukannya malah membuat kami .....hhhh….

2 tahun yang lalu, sebuah kejutan yang berwujud cobaan ekonomi tiba-tiba datang menghampiri kami. Cobaan ekonomi yang berhasil membuat kami sempat terseok-seok.

Kalau ingat masa-masa itu, rasanya ada yang 'nyelekit' gitu di hati. Terlebih lagi saat ingat momen si kecil yang diharuskan menginap beberapa hari di rumah sakit karena demam tinggi yang beresiko step. Saat itu, aku dan suami lebih memikirkan biaya rumah sakit daripada kesehatan si kecil. Saking takutnya kami tak bisa membayar biaya tersebut, kami sampai meminta (dengan sedikit memaksa) dokter anak yang menangani si kecil untuk mengizinkan si kecil pulang. Dan akhirnya, si kecil pun diperbolehkan pulang dengan keterangan 'Pasien Pulang Paksa'. Iya, pulang paksa, karena seharusnya, si kecil masih harus menginap sehari lagi di rumah sakit. Untuk memastikan kondisinya sudah benar-benar sembuh.
Hiks.
Maaf ya, Nak.



Tapi, alhamdulillah, sekarang ekonomi kami sudah membaik. Maka dari itu, demi tetap siap siaga jika cobaan ekonomi datang menerpa lagi, aku dan suami memutuskan untuk membuat tameng alias benteng yang kami beri nama Perlindungan Keluarga.

Belajar dari Pengalaman Hidup Orang Lain

Sebenarnya, untuk membuat tameng berupa Perlindungan Keluarga, aku tidak harus menunggu mengalami jatuh, atau merasakan sakit terlebih dahulu. Mengambil hikmah atau pelajaran dari pengalaman orang lain pun bisa menjadi alasan kuat untuk segera membangun Perlindungan Keluarga.

Salah satunya seperti pengalaman hidup yang dialami oleh Ibu Pri, istri dari Ketua RT (Rukun Tetangga) tempat tinggalku. Kejutan hidup yang dialami Ibu RT lebih berat daripada yang aku dan keluarga kecilku alami. Kejutan hidup itu berupa Pak RT meninggal dunia. Iya, sang tulang punggung keluarga, 'tiang utama' rumah tangga pergi untuk selama-lamanya.

Rasa sedih teramat sangat di hati Ibu Rt itu pasti. Bahkan mungkin tak hanya rasa sedih yang menggelayuti ibu RT. Melainkan sebuah pikiran bagaimana melanjutkan tongkat estafet yang sebelumnya dipegang oleh sang tulang punggung keluarga. Namun, alhamdulillah, aku turut bahagia saat mendengar kabar bahwa ternyata Pak RT telah membuat tameng 'Perlindungan Keluarga'. Sebuah tameng yang membuat anaknya tetap bisa melanjutkan sekolah tanpa khawatir biaya. Alhamdulillah.

Dari pelajaran hidup yang dialami bu RT, serta dari apa yang telah aku alami di waktu lalu. Rasanya, tidak ada kata nanti nanti untuk membangun benteng Perlindungan Keluarga. Harus segera.

Membangun Perlindungan untuk Keluarga

Ada banyak pilihan usaha yang dapat kita lakukan untuk membangun Perlindungan bagi Keluarga. Salah satunya yaitu dengan Investasi. Investasi dalam bentuk ASURANSI. Namun, sebelum berasuransi Kita tetap harus menerapkan asas hati-hati. Harus memilih tempat yang terbukti terpercaya donk ya. Dan salah satu tempat yang memenuhi kriteria itu adalah DBS.




DBS adalah financial services group yang terkemuka di ASIA. Memiliki 280 cabang di 18 Markets. DBS berkantor pusat di Singapura. Dan saat ini Bank DBS juga sudah hadir di Cina, Asia Tenggara dan Asia Selatan. Selain itu juga, DBS memiliki beberapa penghargaan. Seperti Safest Bank Award (2016), World's Best Digital Bank (2016), Asian Bank of The Year (2015, dan masih banyak lagi yang lainnya. Nah dengan informasi seperti ini, maka tidak ada keraguan lagi untuk memilih Bank DBS sebagai tempat yang tepat untuk berasuransi bukan ? Iyup.

Penghargaannya buanyak. Ini yang terbaru.

Di DBS sendiri ada 3 pilihan asuransi untuk melindungi keluarga. Yakni Golden Protector, Prograduate, dan Family Estate Protection.

Golden Protector 
Solusi tepat dalam menghadapi kebutuhan keuangan keluarga di masa purna karya dan hari tua. Program ini, menggabungkan perencaan keuangan yang matang dan perlindungan jiwa yang pasti. Intinya, Golden Protector ini dapat membantu Kita untuk berada di puncak kemapanan hidup di usia emas.


Prograduate
Suatu program asuransi yang dikhususkan untuk membantu para orang tua dalam mempersiapkan dana pendidikan bagi si buah hati. Sejak masuk perguruan tinggi sampai anak Kita berusia 23 tahun. Jadi kalau Kita ingin dana pendidikan untuk si kecil sudah siap sedia. Maka bisa memilih jenis asuransi ini untuk melindungi mimpi atau cita-cita si kecil.


Family Estate Protection
Suatu program keuangan dalam bentuk asuransi dengan jenis pembayaran Premi Tunggal yang memberikan perlindungan jiwa seumur hidup (hingga usia 99 tahun).


Selain program Live Well di atas. Ada lagi cara melindungi keluarga yakni LIFE CONFIDENT. Life confident di sini ada dua point yakni Pro Health dan ProLife Plus. Pro Health adalah produk asuransi kesehatan perorangan hingga sampai berusia 99 tahun. Sedangkan ProLife Plus produk asuransi kesehatan keluarga.

Lengkap kan yak ? Ho oh. DBS memang lengkap. Satu bank bisa mengkatrol begitu banyak Cara Untuk Melindungi Keluarga. Perlindungan Keluarga jadi benar-benar Maksimal deh. Kalau
sudah begini, insyaAllah, tidak akan ada lagi yang namanya terseok-seok saat dihampiri oleh cobaan. Terutama saat ekonomi keluarga sedang terpuruk. Tidak ada lagi yang namanya memaksa pulang karena takut biaya rumah sakit yang mahal saat keluarga butuh menginap di rumah sakit. Tidak ada namanya gagal meraih mimpi karena terhalang biaya. Yang ada hanyalah, hidup baik-baik saja, hidup yang menenangkan, hidup yang menyenangkan, hidup yang membahagiakan dan yang paling utama adalah hidup sehat.

Nah kalau kalian gimana nih teman-teman ? Sudah membangun Perlindungan Keluarga belum ? Kalau belum, segera yak, biar nggak mengalami hal seperti aku. 

Hal-hal Gokil yang Terjadi Saat Momen Lebaran

Hai Temans.
Ada yang belum move on dari momen lebaran kah ? Khususnya mudik ? Ada. Tos dulu kita ah. Aku juga belum bisa move on dari lebaran, dari mudik, dari nastar, eh dari momen saat menghabiskan waktu sama keluarga di kampung halaman, silaturahim, jalan-jalan, kulineran. Aakkkkk..banyaaakkk.

Karena cihuynya momen lebaran plus mudik itulah yang menjadi salah satu penyebab betapa aku selalu rindu sama Ramadhan. Yang berarti kalau Ramadhan datang maka hitung mundur pulang kampung pun dimulai. Mudik mudiikkk. Yihaaaa.
Norak yes ? Yuhuuu.
Maklumlah yah, setahun pisan euy.

Nah, entah mungkin karena setahun sekali itu atau memang karena aku lemah gemulai, eh lemah ingatan jadi sering banget bikin aku ngalamin hal-hal gokil di momen lebaran. Dan hal gokil tersebut berupa serba salah.

1. Salah rumah
Setiap lebaran bapak sama ibuk selalu ngajak anak-anaknya plus mantu plus cucu untuk silaturahim. Ke tetangga yang baik sampai ke tetangga yang masak gitu. Trus ke keluarga juga. Dari yang dekat, sampai yang rumahnya jauh bin banget.

Biasanya kalau sudah tiba giliran silaturahim ke keluarga aku memilih jadi ekor saja. Soalnya suka lupa-lupa inget. Biasanya begitu. Biasanya.
Nah entah kenapa nih, lebaran kemarin, aku nggak memilih jadi ekor. Maka dengan pedenya, begitu kendaraan melandai di depan sebuah rumah, aku berjalan di depan. Tidak menunggu bapak ibuk lebih dulu. Sebagai orang-orang yang lebih paham. Jalan terus aja. Tanpa toleh-toleh langsung masuk ke rumah yang lurus dengan lokasi parkir kendaraan. Ngucap salam. Salam di jawab. Salam-salaman sama tuan rumah. Sambil bilang mohon maaf lahir batin. Lalu duduk syantiek. Noleh ke belakang sambil senyam senyum ke arah bapak ibuk serta gank. Senyuman berbalas. Terus....teruuusss senyum...terus..lalu mereka....belok.
DIENG.
SALAH RUMAH.
Ternyata rumah yang dituju berada di bagian belakang. Bukan rumah yang lurus dengan lokasi parkir kendaraan. Bukan rumah yang didalamnya ada aku. Aku yang pada akhirnya meminta maaf kepada tuan rumah karena salah rumah sambil cengar cengir. Hadeeehh.

Asli. Malu. Kalau aku bisa ngilang. Ngilang dah saat itu juga. Sesegera mungkin.

2. Salah orang
Momen lebaran juga diisi dengan menyambut tamu. Sebagian besar sih tamu bapak juga ibuk. Dan biasanya, tamu bapak dan ibuk juga kenal sama aku dan adek. Maklum, aku kan terkenal. *lalu ditoyor. Hehe.Sudah otomatis lah yah. Kenal ortu biasanya tahu juga sama anak-anaknya.

Tamu ibuk bapak juga biasanya temen-temen lama beliau atau udah nggak asing lagi lah bagi ibuk bapak juga adekku. Tapiii, tidak bagi aku.Aku, teteeeppp aja nggak inget. Kalau soal nama sih pasti inget. Yang nggak inget ituuu, wajahnya.
Payah euy.
Ho oh.

Karena aku sadar banget sama kemaknyonyoran aku ini. Walhasil kalau ada tamu, aku pasti langsung meluncur ke dalam rumah. Setelah jelas tamunya siapa, baru deh aku ikutan nyapa. Gitu amat yak. Hahay.

Namun, lebaran kali ini itu BER..BEZA. Orang rumah pada super duper sibuk momong anggota baru keluarga yang baru berusia 1 bulan alias anak adek aku. Sehingga dengan mantab mereka menganugerahi aku sebagai penyambut tamu. Sementara aku pun menerima tugas tersebut, dengan lapang dada.
Seteralah seterah.

Dampaknya sudah pasti lah yah. Aku, salah orang. Berikut salah satu kejadian itu.

Lebaran H+3. Ada tamu ke rumah. Pria dan wanita plus bocah laki-laki.
Dari kejauhan, yang wanita sudah senyum-senyum. Dan aku pun berbalas senyum. Meskipun, aku belum tau itu siapa ??.

Tamu wanita : "Ibuk ada ?".
Aku : "Ada, ibuk di dalem, masuk buk". Kataku mempersilahkan tamu wanita yang aku pikir adalah mantan murid ibuk.
Namun, Tamu wanita itu masih senyum.
Kali ini senyumnya lebar banget.
Lalu...
Aku pun ngerasa ada yang aneh dari senyuman itu.
Seperti.....
Aku :"Siapa ya ?"
Tamu wanita : "Ya Allah, ini Ncu Kep Pit, masak lupa".
TOWEWENG
Ncu kep , temen ngaji aku, temen main juga, dan masih punya hubungan keluarga.
DEH.
MALU.
Tapi, untungnya nih aku udah nyiapin jawaban buat jaga-jaga kalau aku salah orang.
Aku : "Oalaaaahhh..,,pangling aku....tambah ayu e, masuk masuk masuk".

3. Salah tanya
Seperti yang aku bilang sebelumnya, bahwa penghuni rumah tengah sibuk momong anggota baru, si baby el. Maka, aktivitas berbagi cerita tentang apa saja yang terjadi di kampung halaman jadi nggak terlaksana. Dampaknya tentu saja, aku jadi tidak paham dengan cerita orang-orang sekitar yang selanjutnya berujung pada salah tanya. Seperti kejadian berikut ini :

Aku lupa tepatnya H plus berapa. Waktu itu, tamu adek datang. Tamu wanita yang ini lumayan aku kenal dan ingat. Karena, dulu waktu masih adek sma, sering main ke rumah. Kata adek, temannya ini sudah menikah. Menikah muda. Tanpa babibubebo lagi aku pun mempersilakan tamu adekku itu masuk, sambil menunggu adekku nyamperin ke ruanh tamu, aku pun ngajak tamu tersebut ngobrol dan mengajukan beberapa pertanyaan. Salah satunya :"Eh suaminya koq nggak diajak, biasanya kan diajak ke sini?".
Tanyaku, dan disambut dengan jawaban :"Sudah pisah, Mbak".

Payah bener kan ? Kan kan kan ?.
Aku cuma berharap, kejadian serba salah yang nggak sengaja itu, dimaafkan oleh korban-korban serba salah aku. Nggak diambil hatilah. Nggak sengaja. Amin semoga.

Nah kalau kalian punya cerita gokil apa nih pas lebaran. Boleh deh di share dimarik. Monggo. Matur nuwun, :D

Tips Memilih Pengasuh untuk Merawat Bayi Ibu

Memiliki bayi yang sehat dan lucu pastinya menjadi idaman setiap keluarga. Keinginan untuk merawat serta menjaganya untuk bisa menghabiskan waktu dan melihat tumbuh kembang setiap hari pastinya sangat kuat terutama bagi Ibu sang bayi. Namun sering kali Ibu pun memiliki pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan terlalu lama atau sudah memiliki beberapa putra-putri sebelumnya sehingga memerlukan bantuan perawat bayi untuk mengurus semua keperluan bayi Ibu. Pengasuh bayi inilah yang nantinya membantu Ibu untuk mengurus bayi apabila Ibu memiliki kesibukan lain yang tidak bisa ditinggalkan.
sumber gambar : bayionline.net

Untuk itu memilih pengasuh yang merawat bayi  Ibu tak boleh sembarangan agar bayi senantiasa berada di tangan yang tepat. Untuk memilih pengasuh bayi yang terpercaya, ada beberapa opsi yang bisa Ibu lakukan sesuai dengan pilihan dan kepercayaan Ibu. Berikut ini adalah beberapa opsi yang bisa diambil dan dipertimbangkan sebelum Ibu melakukan aktifitas rutin sehingga bayi sudah memiliki pengasuh sendiri:


1.Pilihlah dari kerabat atau pengasuh keluarga terdahulu.

Terkadang bagi sang Ibu, menyerahkan anak kepada orang asing terasa sangat mengkhawatirkan. Karenanya opsi yang paling bijak adalah mengasuhkan nya kepada kerabat yang masih memiliki hubungan keluarga atau kepada pengasuh yang sudah lama atau sudah pernah mengasuh anak di keluarga Ibu sebelumnya. Dengan begitu Ibu akan merasa lebih aman karena menyerahkan pengasuhan bayi pada orang yang sudah dikenal dan dipercaya.



2.Mencari dari penyedia jasa pengasuhan bayi

Saat ini sudah banyak penyedia jasa pengasuhan bayi yang menjadi perantara Ibu pada pengasuh bayi profesional. Penyedia jasa terlebih dahulu akan membekali pengasuhnya tentang bagaimana cara mengasuh bayi yang baik dan benar sehingga para pengasuh didalamnya sudah memiliki bekal yang dibutuhkan. Ibu bisa memesan pengasuh bayi melalui penyedia jasa ini dengan garansi keamanan yang biasanya turut diberikan.


3.Menitipkan pada tetangga, keluarga atau day care setengah hari.
Jika Ibu tidak menginginkan ada orang asing yang masuk ke rumah selagi rumah dalam keadaan kosong, maka ada opsi yang bisa diambil untuk pengasuhan bayi Ibu yaitu menitipkan bayi di day care atau tetangga selama Ibu bekerja dan mengambilnya ketika Ibu pulang kerja. Opsi ini sekarang banyak dipilih masyarakat yang menginginkan penitipan bayinya hanya pada saat mereka bekerja saja. Seringkali hal ini dipilih atas dasar faktor ekonomi karena lebih hemat.


Itulah beberapa opsi yang bisa Ibu pilih untuk memberikan pengasuh yang merawat bayi selagi
Ibu bekerja dan tidak bisa mengurus bayi sendiri. Ibu bisa memilih opsi mana yang paling sesuai
dan dibutuhkan oleh bayi dan keluarga Ibu sendiri dengan mempertimbangkan pengeluaran, dan
kepercayaan. Namun jika memungkinkan maka ada baiknya Ibu merawat sendiri sang bayi sehingga tidak kehilangan moment kebersamaan.
Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

Mengenal Bedanya dari Jenis QRIS Statis dan Dinamis

sumber BCA Ketika akan melakukan pembayaran bisa dengan menggunakan smartphone tanpa perlu sedia uang tunai dan juga membawa dompet. Pembaya...