Tradisi Lebaran di Kampung Muslim Jembrana Bali


 
Assalamu'alaikuum

Alhamdulillah, tahun ini, tepatnya 1440 H, aku bisa mudik ke Bali. Tahun lalu nggak bisa, karena jatah buat mudik dipakai untuk dana jaga-jaga saat lahiran. Yup, tahun lalu aku sedang hamil tua. Tepatnya berapa bulan aku lupa. Hehe.

Selain itu, alasan aku nggak mudik tahun lalu adalah karena ada kepercayaan yang terkenal di tempat tinggal aku. Bahwa kalau orang lagi hamil, tidak diperbolehkan nyebrang laut. Karena takut bayi yang ada di dalam kandungan hilang seketika. Gitu. 

Kalau aku sih, nggak percaya soal itu. Hanya saja beberapa anggota keluargaku yang di Bali percaya akan hal itu. Jadi ya udahlah. Aku ngikutin aja. 

Kadang, nggak habis pikir, sama kepercayaan kepercayaan orang zaman dulu yang rata-rata hampir berbau mistik gitu. Tapi katanya sih pernah kejadian kayak gitu. Entahlah. Wallohua'lam. 

Nah sekarang aku bisa mudik. Bersama dengan 1 anggota baru. Si bayi Nuha Alesha. Senang sekali. Aku bisa ngenalin Nuha sama tradisi lebaran di sini. 

Sebagai salah satu kampung muslim yang ada di Bali, tentu memiliki tradisi lebaran yang dirindui dan juga mungkin berbeda dari daerah lainnya. Ada beberapa tradisi lebaran yang dijumpai di kampung tanah kelahiranku ini. Tradisi tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Lomba takbir
Meskipun kami di sini adalah minoritas. Namun kami tetap bisa melakukan tradisi lebaran di sini seperti lomba takbir ini. Bahkan malah dibantu dari segi keamanan. Baik dijaga oleh linmas setempat, polisi, hingga pecalang juga turut serta.

Lomba takbir ini salah satu tradisi yang dinanti oleh warga sini. Kalau ada yang mau ikut lomba, mereka pun mempersiapkannya jauh jauh hari. Karena penilaiannya juga meliputi kekompakan mengumandangkan takbir, hingga penampilan grup takbir. 

2. Silaturahim ke orang-orang sepuh yang ada di kampung
Pada umumnya, setelah sholat 'ied, kita silaturahim ke rumah-rumah tetangga. Nah kalau di sini, nggak hanya ke rumah tetangga, melainkan juga silaturahim ke rumah para sesepuh.

3. Hidangan tape uli hingga dodol khas kampung sini
Pada umumnya, hidangan lebaran berupa opor ketupat sambal goreng hati. Nah kalau di sini, hidangan lebarannya berupa tape uli, dodol khas sini, dan sebagainya. 

Jadi itulah sedikit tradisi yang ada di tanah kelahiranku ini, di salah satu kampung muslim di Bali. 

Jajanan Lebaran yang Selalu Ada di Rumah



Assalamu'alaikuuummm

Beberapa hari yang lalu, ada kabar duka. Telah berpulang Ibu Ani yudhoyono istri presiden ke-6 Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Ikut sedih dengan berita duka ini. Karena aku pikir dan yakin kalau beliau akan sembuh segera setelah kondisi beliau dinyatakan membaik hingga beliau diizinkan untuk pergi jalan jalan sebentar didampingi bapak SBY dan mbak Annisa menantu beliau. Namun, rupanya, Allah berkehendak lain. Semoga beliau husnul khatimah aamiin. 

Tak hanya sedih dengan kepergian salah satu orang yang Inspiratif yakni ibu Ani. Aku juga memperhatikan kondisi bapak SBY yang nampaknya rapuh banget. Mata beliau yang sembab. Kalimat-kalimat yang diucapkan beliau sendu banget. Do'aku, semoga beliau diberikan ketabahan kesabaran kekuatan sama Allah dalam menghadapi kesedihan ini. 

Moment duka ini benar benar menyita penuh perhatian aku. Asli. Yang sebelumnya sudah mulai rempong ngurusin persiapan lebaran. Jadi benar benar teralihkan. Nggak tahu, rasanya, ikut kehilangan. 

Berubung sekarang sudah mendingan, seiring melihat bapak SBY yang mulai menunjukkan ketegarannya, keikhlasannnya, aku pun kembali fokus ke persiapan lebaran. *hahay. 

Dari semua persiapan lebaran, seperti bersih-bersih rumah, angpao lebaran, dan sebagainya, yang paling utama dipersiapkan adalah jajanan lebaran. Yakali tamu datang nggak ada jajan. Kan nggak enak. Apalagi kalau tamu jauh yang datang. Jadi double double nggak enak. 

Seperti biasanya, aku hampir nggak pernah bikin jajan lebaran sendiri. Jadi semuanya beli. Pengen sih bikin sendiri, tapi resiko gagalnya mah tinggi dan waktu luang juga nggak banyak karena sambil momong anak dan bayi tanpa art ataupun nanny. Jadi ya udah beli aja. 

Jajan lebaran yang aku beli biasanya jajan kesukaan orang rumah, jajan request orang rumah. Karena kalau beli jajan request orang rumah, pasti nggak ada yang namanya jajan lebaran nggak abis, gitu. Jadi pasti semuanya abis. Tapi resikonya ya gitu. Cepet banget abisnya. 

Untuk memperlambat terjadinya toples jajanan lebaran yang cepet kering kerontang, maka aku biasanya meletakkannya di tempat khusus. Lalu pas hari H baru dah aku keluarkan biar nggak cepet abis gitu. 

Resep Jajanan Ramadan Khas Kampung Muslim di Bali



Assalamu'alaikuummm

Lebaran tinggal menghitung hari, yak. Sebagian sedih, sebagian hati aku gembira. Sedih karena mikir masih ada kesempatan ketemu ramadan lagi atau nggak? Lalu sebagian gembira karena bisa ketemu kumpul kumpul silaturahim sama keluarga dan orang-orang terdekat.  Saling bertukar kabar, cerita-cerita, dan ada yang tanya-tanya juga. Bagian yang tanya-tanya ini, kalau bisa diskip aku skip ajalah. Soalnya kadang pertanyaan yang dilontarkan bikin ngelus dada. *hahay. 
Dah, pertanyaan-pertanyaan yang bikin ngelus dada, menyikapinya dengan, abaikan saja. 

Oya, alhamdulillah, hari-hari menjelang lebaran ini, aku sudah di kampung halaman, lho. Kebetulan anak sama suami juga sudah libur lebih awal jadi kami bisa mudik lebih awal. Alhamdulillah. 

Enaknya kalau pulang lebih awal gini, kami masih bisa mencicipi kuliner ramadan khas kampung tempat tinggal aku. Karena biasanya menjelang hari raya, para penjual kuliner sudah banyak yang tutup. Aku sendiri pernah tanya ke salah satu penjual makanan khas ramadan langganan aku. Jawaban beliau waktu aku tanya kenapa tutup lebih awal adalah seperti:"Lempeh an saye, nak sebulan full tu medagang,  biar boleh ape istirahat sambil nungguk i lebaran". 

Dan aku pun mengangguk tanda setuju dengan alasan si ibu penjual. Mungkin kalau aku di posisi si ibu, juga akan melakukan hal yang sama. Tapi di sisi lain, ada rasa nggak rela juga sih, kalau si ibu penjual makanan ramadan libur duluan, libur cepet gitu. Soalnya apa? La diriku berarti berburu lagi penjual makanan yang sesuai selera keluarga. *wakwaw.

Kenapa nggak masak aja, Mak? Dah, sudah dari jauh-jauh hari, sebelum mudik sudah aku niatin, kalau pas mudik aku mau wisata kulineran aja. Gitu. *hahay. Tapi kalau dalam keadaan begini, para penjual kuliner ramadan langganan aku sudah pada tutup, ya mau gimana lagi. Solusi satu-satunya memang masak sendiri. 

Seperti yang aku lakukan kemarin. Bareng ibuk, aku bikin jajanan khas ramadan sendiri. Karena, yang jual udah tutup. Ini adalah salah satu jajanan ramadan yang selalu ada dan dicari pembeli. Namanya Jajan Kopyor.  

Aku jentrengin resep jajanan ramadan kopyor versi kampung muslim di Jembrana Bali. Kali aja kalian mau bikin sendiri. 

Resep Jajan Kopyor
Bahan
Roti tawar
Santan
Susu cair (optional)
Gula pasir
Nangka
Bihun bakso
Mutiara
Daun pisang
Lidi/semat

Cara membuat
Potong dadu nangka
Rebus mutiara
Rendam bihun
Campurkan santan dan gula pasir (banyaknya sesuai selera)
Didihkan santan dan gula pasir
Siapkan daun pisang, letakkan roti tawar terlebih dahulu, kemudian bihun nangka, dan mutiara. 
Tuang santan ke dalamnya. 
Bungkus campuran bahan tersebut.
Terakhir, kukus sampai sekiranya daun pisang berubah warna.
Selesai. 
Siap disajikan.


Cara bikinnya sebenernya simple. Cuma akunya aja yang males. Hahaha.

Nah, kalau di tempat tinggal kalian gimana, nih? Share cerita ya manteman. Sekalian resepnya juga boleh. Hehe.  Matur nuwuunnn. 
Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

Postingan Populer