Saat Si Cewek Pria Berubah

Sebagai anak gadis, seharusnya aku berpenampilan layaknya gadis. Dilihat dari arah manapun, tetap nampak gadis menik menik. Seharusnya begitu, tapi mau bagaimana lg kalau penampakan aku dulu begini. Dari belakang kelihatan laki, dari depan.... ???. tebak hayoooo..Dari depan nampak seperti Kajol Wahahaaaa...Bohong besaarrrrr.

Pernah ya, waktu aku masih smp, saat rumah sedang direnovasi, Pak tukang yang memperbaiki rumah bertanya begini kepada bapak : "Yang kemarin itu putranya ya pak, saya pikir anaknya bapak cewek semua?".  Mendengar cerita bapak soal hal itu membuatku merasaaaa....aaakkkkkk....biasa saja. Ya wajarlah pak tukang mengira demikian, la wong pada saat itu rambutku dipotong cepak sama bapak ditambah lagi kaos kedodoran yang aku kenakan serta dilengkapi dengan celana kolor mirip punya bapak.

Kejadian demikian tak hanya terjadi di rumah loohh. Di tanah rantau juga begitu. Iya beneran. Salah satunya di kelas teater SMA dulu. Waktu itu, para anggota baru diminta memainkan sebuah cerita untuk melihat kemampuan akting masing-masing. Bebas memilih kelompok dan cerita. Namun tidak bebas memilih peran. Dan kalian tau aku mendapat peran sebagai siapa ?. Sebagai bapak cinderella. Ya Alloh tolong *nyebut ala mpok atik. Begitu juga saat melakukan pertunjukan teater di acara perpisahan kakak kelas, lagi-lagi dengan sangat mantab aku dinobatkan sebagai seorang musafir yang kelaparan dan kehausan dengan baju compang camping dan berjambang panjang. Sayang waktu itu aku tak berhasil mendokumentasikannya. Karena dilarang membawa kamera apalagi hp. Maklum pondok gitu loh.


Konon katanya ibuk, waktu ibuk hamil aku, bapak ngidam anak laki-laki. Eee ternyata keluarnya cewek. Jadi ibuk apalagi bapak, tak kaget dengan hal tersebut.

Lain kakak lain adek. Adekku kebalikanku. Cewek banget. Dari ujung rambut sampek ujung kaki bayangannya. Dia tidak hanya menjabat sebagai adekku satu satunya tapi juga sebagai kritikus pedasku. Namun sayangnya kritikan pedasnya akan penampilanku mendal jauh sejauh jauhnya jauh.


Akan tetapi, saat aku hendak menikah kritikan pedasnya benar-benar merasuk di jiwa dan ragaku *aseg. Yaiyalah siapa juga yang mau tampil kumus-kumus seperti mak lampir di acara pernikahan sendiri. Ogyah. So aku pun manut dengan apa yang dikatakan adek. Lagipula sarannya juga tidak neko-neko. Cukup melakukan perawatan di rumah saja.

Perawatan di rumah ala adek aku cukup mudah koq :
1. Luluran.
Membersihkan bolot alias daki di badan. Seingatku dulu kami memakai lulur bali apa gitu namanya, lupa, ada scrubnya, jadi bisa membantu menghilangkan kotoran. Baunya juga wangi. 
2. Masker.
Adek memakaikanku masker yang terbuat dari bahan alami khas tempat tinggal kami, Negara Bali, yang disebut dengan boreh. Pakai ini rasanya adeemmm. 
3. Rambut.
Ya di rawat seperti biasa, cuma ditambah dengan menggunakan creambath juga vitamin rambut. Sudah. Selesai. Sederhana kan.


Sampai saat ini, apa yang diajarkan adek masih aku praktekkan karena ada hasilnya. Wajahku jadi mulus *lihat foto di bawah, abaikan mata melotot tu orang. Bolot juga melipir, kulit halus pula. Meskipun tidak rutin. Tapi lumayanlah daripada dulu. Trus karena lulur bali sudah habis, dan belum dikirimin lagi sama adek, jadi aku memilih untuk libur luluran dulu. Lalu untuk masker, tidak memakai boreh juga bisa. Diganti dengan tomat atau mentimun. "Jangan lupa juga taruh mentimun di area mata mbak, biar mata pandanya nggak terlalu kelihatan, jelek tauk" begitu katanya. Dan aku hanya bisa bilang "ho oh".

Masker tomat, masker selesai, tomat dimakan hehe
Ya begitulah, aku, seorang cewek yang dikira cowok, seorang cewek yang cuek soal penampilan, seorang cewek yang senyumnya menawan..makasih ya..*nyelipin pujian berhasil, akhirnya tertular juga dengan adekku. Tertular untuk lebih memperhatikan dan merawat diri sendiri. Tengkiu adek.
***

Keset dari Pakaian Bekas

Kalian tau keset kan?. Itu tu yg bentuknya persegi, trs ada pita di dalamnya kalau dimasukin ke tape jd keluar suara begini 'jatuh bangun aku, mengejaarrrmuuuu..'.

Iya yang itu, keset, untuk lap kaki yang basah atau berdebu itu tuh. Tau kan yak ?. Sip sip. Nah ceritanya nih, ayah ken lagi suka sukanya nyervis motor sendiri di rumah. Entah kenapa tiba tiba begitu, karena biasanya si ayah jarang nyervis sendiri, pasti dibawa ke bengkel. Apa mungkin karena ngerasa udah bisa sendiri, atau karena domfet syedyang tuifis tuifisnya ?. Ah mungkin karena yg pertama. Karena tak nampak tanda tanda dompet si ayah tipis.

Tutorial membuat keset dari pakaian bekas tanpa dijahit ada di sini.

Salah satu tanda dompet si ayah tipis adalah tak ada lembaran duit di kantong kantong bajunya. La ini selama aku nyuci masih sering nemu duit di kantong ayah yang akhirnya beralih ke kantongku. Ya begitulah, suka khilaf kalau lihat duit di kantong si ayah.

Kegiatan baru si ayah ini berdampak pada lantai rumah yang sering disapa oli. Iya oli. Walhasil lantai jadi berminyak nan licin serta lengket pula. Tapi aku tak perlu khawatir soal ini. Karena pasti langsung dibersihkan ayah. Dilap. Dilap pakai bajunya, atau kaosnya, atau kolornya. Tentu saja yang sudah tak layak pakai. Udah robek dimana mana. Udah molor banget. Si karet sudah hilang ke elastisannya. Jadi begitu nyampek panggul langsung terjun bebas. Akibatnya, lap atau keset dari pakaian bekas numpuk puk puk.

Berawal dari terbersitnya rasa malu *aseg, kepada para tamu yang membersihkan kaki mereka dengan keset yang masih berupa kaos  (bahkan kolor juga pernah) atau baju, akhirnya aku memutuskan untuk menjadikan pakaian bekas tersebut menjadi keset beneran, bukan lagi keset yang masih berupa kaos or baju bahkan kolor. Bukan.

Langkah awal tentu saja browsing di mbah google, namun sayang hasil pencarian lebih banyak ttg tutorial membuat keset dari kain perca dengan mesih jahit. Meskipun begitu, aku masih semangat berselancar di mbah google.

Hingga akhirnya aku bertemu dengan tutorial membuat keset dari pakaian bekas dengan cara dianyam. Sayangnya lagi, ada alat yang tak kumiliki *alasaaannn, padahal males beli keluar. Hehe. Maksa nyobak, ternyata gagal.

Namun semangat belum pudar, karena mendapat support langsung dari rasa malu kalau ada tamu. Aku pun coba coba coba dan ting. Ketemu. Si ayah sempet sangsi. Melihat bentuk awal yang masih abstrak. Tapi tetap aku lanjutkan saja sambil bergumam dalam hati 'lihat saja nanti ayah, akan kutunjukkan padamu, keset karyaku, hiaaattt ciat ciat ciat' *malah tarung.

Dan semangatku berbuah manis, setelah kurang lebih 1 bulan pengerjaan karena sibuk syuting film ganteng ganteng srikaya, akhirnya keset karyaku jadi juga. Nggak abstrak. Bener bener terlihat seperi kaset. Bukan lagi kaos, atau baju, atau daster, atau kolor ijoe. Beneran. Swer deh. Kalian nggak percaya ?. Nih aku tunjukin penampakannya ya. Lumayan deh pokoknya, daripada beli. *emabelit, emak2 labil nan medit. 



Kehabisan Pulsa Disaat Yang Tidak Tepat

Sebagai anak rantau, libur semester adalah hari yang aku tunggu tunggu. Dengan datangnya libur semester, saat pulang kampung pun tiba. Bisa melepas rindu kepada keluarga, nonton tv sepuasnya, bisa tidur berlama-lama, dan satu lagi perbaikan gizi eikeh donk ya..ahaaayyyy. Maklum, di tanah rantau aku jarang makan yang bergizi, lebih sering makan beling *emang kuda lumping, maksudnya makan yang instan, terutama mie.

Oleh sebab itu aku sangat antusias menyambut libur semester. Akan tetapi sayangnya rasa antusiasku ini tidak aku imbangi dengan prepare sebaik mungkin. Berbekal tas ransel yang hanya berisi laptop, hp beserta chargernya, headset, dompet, air mineral, aku berangkat pulang ke Bali. Dandanan pun begitu saja. Hanya celana, kaos oblong, jilbab instan, sandal jepit. Bagiku saat itu yang penting segera berburu tiket bus malam yang terjangkau dan memiliki fasilitas yang baik *maunyaaa, lalu berangkat, dan tiba di rumah.

Pukul 02.00 WITA, aku menginjakkan kaki di Bali, tepatnya di depan hotel Jimbarwana Jembrana. Aku pun segera merogoh ransel untuk mengambil hp. Menghubungi bapak. Minta jemput. Karena tak ada transportasi di jam segitu. Kemudian tombol hijau kupencet, kudekatkan hp di telinga dan tak perlu menunggu lama, terdengarlah suara 'maaf pulsa anda tidak cukup untuk melakukan panggilan ini'. Glodak. Seketika itu, bayangan kasur serta guling kesayangan menjadi hilang begitu saja. Hadeeehhh.

Salah siapa tidak melakukan persiapan terlebih dahulu hem ?. Salah diri sendiri donk ya. Dan resikonya adalah aku harus berjalan sendirian, di tengah malam buta, sepi, ke pangkalan ojek yang jaraknya lumayan jauh sambil berharap ada tukang ojek 'beneran' di situ. Tak cukup sampai di situ, mulut pun tak berhenti melantunkan do'a yang kata orang tua dulu ampuh menghalau dari kejaran anjing liar. Sebab saat itu, beberapa kali aku berpapasan dengan anjing liar yang melihatku dengan tatapan setajam silet. Sereemmm.

20 menit kemudian, aku tiba di pangkalan ojek. Syukur alhamdulillah ada dua ojek yang standby di situ. Dan senengnya lagi, kaki pak ojek itu 'napak' di tanah. Hehe. Setelah melakukan tawar menawar harga yang dimenangkan oleh pak ojek dan aku juga tak keberatan, melihat pekerjaan yang mereka lakukan di tengah malam buta begini, kami lalu meluncur ke rumah. Sepanjang perjalanan, kembali, aku terbayang bayang kasur serta bantal guling kesayangan.

Tiba di rumah, aku segera menggedor pintu, namun tak ada yang menjawab. Ku gedor lagi, sedikt lebih keras, tetap tak nampak tanda-tanda kehidupan. Aku pernah mengalami hal ini dan solusinya adalah miscall-miscall orang rumah. Tapi karena pulsa ku koid *syukurin*, aku pun hanya bisa ....... menggedor pintu saja. Dan beberapa menit kemudian tanda-tanda kehidupan pun muncul. Lampu menyala. Pintu terbuka diikuti dengan suara berat yang berkata "Koq nggak nelpon bapak ?". Hadeehhh.

Ingin rasanya menjawab pertanyaan bapak, tapi lelah sudah menggunung jadi aku memilih untuk segera membersihkan badan, lalu terjun bebas di kasur kesayangan.

Hhhhh. Perjalanan yang biasanya berjalan mulus dan lancar jaya, jadi penuh rasa-rasa. Ada lelah, ada takut dikejar anjing, takut ketemu hantu, nggak enak blas. Gara-gara kehabisan pulsa elektrik.

Setelah kejadian itu, kalau mau pulang kampung, aku selalu melakukan persiapan terlebih dahulu seperti :
  1. Beli pulsa elektrik. Belinya dimana ?. Tentu saja di tempat yang menjual pulsa murah donk pastinya. Karena sebagai mahasiswa rantau harus memegang teguh asas hemat hemat dan hemat. 
  2. Baterai hp harus full 
  3. Air mineral
  4. Camilan
  5. Uang pas
  6. Minyak kayu putih
  7. Jaket dan lain sebagainya.
Nah, kalau kalian pernah mengalami hal seperti aku nggak ?. Kehabisan pulsa di saat kondisi dan waktu yang tidak tepat begitu ?. Atau mungkin saat travelliing, misalnya travelling ke Jakarta. Tiba-tiba kehabisan pulsa. Eh tapi kalau kehabisan pulsa di Jakarta gampang donk ya. Secara tu kota nggak sama dengan daerahku, hampir nggak pernah sepi dan pasti tempat yang menjual pulsa murah Jakarta atau pulsa elektrik Jakarta juga banyak kan ?. Bagaimana ? Pernah mengalami hal seperti itu ?. Cerita-cerita di sini yuk. Yuk yak yuuukkk.
Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

21 Hari Kembali Muda Tanpa Ditunda Pakai Age Revival Theraskin

Mombeb, sejak aku menjadi guru, aku amat peduli dengan penampilan mulai dari wajah hingga pakaian. Sebab penampilan merupakan salah satu car...