Ini Waktunya

Berhenti
Ingin sekali berhenti di titik ini
Karena sudah terlalu lelah
Lelah sekali

Dari awal melangkah, aku sudah disapa duri. Kadang duri mengenai kaki, kadang malah hati. Jika kaki yang kena, sungguh tak masalah. Asal jangan hati yang kena, aku bisa hilang arah.

Aku memang sudah memperkirakan bahwa pilihanku ini akan menghadapi jalan yang terjal. Namun aku tak menyangka jalan terjal yang aku lalui ternyata disertai duri.

Meskipun berkalang sakit, pos demi pos berhasil aku lalui. Sayangnya, di pos terakhir, aku mulai kehabisan tenaga. Aku kepayahan. Sungguh kepayahan.

Aku bukan tipe orang yang gampang menyerah. Aku suka belajar. Aku suka berusaha. Tapi, kali ini beda. Aku ingin menyerah saja.

Apakah ini saatnya aku berpasrah kepadanya. Apakah ini saatnya aku memohon izin untuk bersandar padaNya.
Iya, bagiku ini saatnya.



Traveling adalah Ekspresi Self Love ala Ibu Rumah Tangga


Self love atau mencintai diri sendiri. Sekilas dua kata itu menunjukkan ego. Sekilas kelihatan hanya ingin menomor satukan diri sendiri sementara yang lainnya ngontrak alias tidak peduli dengan pendapat atau pandangan atau apapun di sekitar. Sekilas memang kelihatan seperti itu.
Source: purevibe.ca

Kenyataannya, self love adalah tentang bagaimana mencintai diri sendiri. Tentu ada berbagai macam cara untuk mengeskpresikan rasa cinta kepada diri sendiri. Ekspresi rasa cinta pada diri sendiri ini bisa berupa memberikan reward atas pencapaian yang didapatkan, atau memilih melakukan hal yang disenangi yang sesuai passion atau menerima kekurangan yang dimiliki atau mensyukuri apa yang dimiliki dan sebagainya.

Bagi aku, seorang ibu rumah tangga, makna self love adalah tentang memberi ruang maupun waktu untuk menyembuhkan rasa jenuh atau lelah yang sudah menggunung.


Suatu hal yang manusiawi bukan, jika aku, seorang ibu rumah tangga ini merasa jenuh atau lelah. Yakali robot yang nggak akan merasakan dua hal itu.

Jujur, sebagai seorang ibu rumah tangga, aku kadang lupa soal self love ini. Yang selalu aku ingat adalah misiku untuk membuat anggota keluarga bahagia. Jadi yang aku lakukan saban hari adalah berusaha membuat si kecil bahagia, hingga berusaha membuat suami nyaman di rumah sehingga penat saat ia bekerja hilang seketika, dan sebagainya.

Loh, bukannya, kebahagiaan seorang ibu adalah saat melihat anggota keluarganya bahagia?

Iya, memang demikian. Kalimat di atas benar adanya. Tapi tidak bisa dipungkiri, kadang terbersit rasa lelah dan jenuh dengan aktivitas sehari-hari yang mana senantiasa berusaha melakukan sesuatu demi membuat anggota keluarga bahagia.

Kadang kalau jenuh atau lelah tiba-tiba mampir (yang biasanya terjadi pas aku pms), maka self love yang aku lakukan berupa makan mie instan cabe 5 atau luluran atau duduk-duduk di teras rumah sambil ngopi.

Namun, adakalanya, hal yang sederhana ini, tak mampu menghapus rasa jenuh atau lelahku yang sudah kebangetan alias menggunung. Kalau sudah begini aku kudu piye? Satu-satunya pilihan adalah membicarakan soal rasa jenuh atau lelahku pada suami.

Alhamdulillah, aku beruntung, karena setiap kali aku bilang lelah atau jenuh ke suami, ia selalu menawarkan solusi yang bikin aku happy. Salah satu solusinya adalah ini.
"Ayok, kita traveling aja" kata suami.
Noh, nyenengin khaaannn.

Traveling adalah solusi untuk mengatasi rasa jenuh atau lelahku yang paling sering ditawarkan suami kepadaku. Aku yakin, suami tahu dan sadar bahwa aku memang suka traveling. Namun karena profesiku yang sekarang jadi ibu rumah tangga, membuatku mengesampingkan kesukaanku itu.

Sebenarnya dari kecil aku suka traveling. Aku selalu antusias kalau diajak bapak pergi. Meskipun aku mabuk kendaraan, tapi tak membuat keinginanku untuk tahu tempat baru meredup begitu saja.

Bagiku, traveling bukan sekedar jalan-jalan saja. Bagiku, traveling adalah penyembuh. Traveling menyembuhkan rasa lelah atau jenuh akan aktivitas sehari-hari.

Sejauh ini, kami traveling hanya di daerah-daerah yang tak jauh dari tempat tinggal kami. Namun di 2019 ini, kami sepakat untuk traveling yang jauhan, salah satunya seperti traveling ke Medan, gitu.

Kenapa Medan?
Alasannya sederhana saja. Karena kami sekeluarga penasaran sama rasa durian Medan yang terkenal enak dan bikin nagih.

Iya, sebagai keluarga pecinta durian, kami selalu antusias untuk mencoba berbagai macam durian yang ada di negeri ini. Salah satunya yakni durian medan. Meskipun namanya sama-sama durian. Tapi rasanya bisa berbeda-beda loh. Tergantung jenis durian itu sendiri.

Selama ini, setiap nonton liputan soal durian Medan di tv, aku bergumam dalam hati:"Ya Allah pengen deh bisa makan durian medan" Gumamku sambil menelan ludah *hahay.

Nah salah satu tempat yang populer yang menyediakan durian Medan adalah warung Durian Ucok.


Selain durian, ada kuliner khas Medan yang ingin aku coba juga. Namanya Kari Bihun Tabona.


Dah, dari foto di atas saja, berhasil bikin aku lap iler donk yak. Kuahnya kelihatan ngaldu dan kental banget. Ada potongan bebek atau daging atau ayamnya pula. Mantab.

Sajian ini bisa dibilang lain dari yang lain. Karena pada umumnya, teman makan kuah kari adalah ketupat atau nasi. Tapi kalau sajian kari khas Medan ini bertemankan bihun.

Trus ada lagi, kuliner Medan yang aku mau. Namanya Lontong Kak Lin.


Lontong Kak Lin ini adalah lontong khas Medan. Tentu aku penasaran. Cemana sih rasanya? Kuahnya gimana? Apa bedanya sama lontong-lontong lain yang pernah aku makan. Tapi kalau lihat dari tampilannya, kuahnya, topingnya, Lontong khas Medan ini sepertinya lain dari sajian lontong lainnya.

Setelah kuliner Lontong Kak Lin, kayaknya enak menikmati yang seger-seger seperti Es Pokat Kocok Simpang Glugur. Aku penasaran banget loh sama es alpukat simpang glugur ini. Reviewnya para traveler nih, di sini, antrinya panjang sepanjang jalan kenangan *asek. Jadi kayaknya enak banget.


Yang terakhir, aku pengen tahu rasanya kopi khas Medan di warung kopi Apek. Sebagai pecinta kopi, terutama kopi hitam, rasanya ada yang kurang kalau nggak menikmati kopi khas Medan.


Nah, itu tadi daftar kulineran Medan yang bakal aku cicipi kalau aku ke Medan.

Pengennya, kalau ke Medan, aku mau naik pesawat aja. Kalau ke Medan lewat jalur darat rasanya bakal lamaaaaaaa. *yaiyalah mamaaakk.

Di samping itu, anakku si Ken, juga kebetulan ingin naik pesawat dari kapan tahun tapi belum belum kesampaian. Dah, maapin mamak sama bapak yak.

Atas rekomendasi dari temen blogger yang juga seorang traveler, aku disarankan untuk pesan tiket pesawat ke Medan melalui aplikasi pegipegi. Karena apa?

Kata temanku itu, harga tiket pesawat yang ditawarkan di pegipegi lebih murah dari yang lainnya. Dan aku sudah membuktikan hal ini. Selisih harga tiket pesawat ke Medan antara pegipegi dengan jasa jual beli tiket pesawat lain berkisar antara 100 ribuan bahkan bisa lebih.

Untuk harga tiket pesawat yang paling murah di Medan adalah dari Maskapai Lion Air. Sementara harga tiket yang paling mahal adalah dari maskapai Garuda.



Di samping itu, pegipegi bertabur promo tiket pesawat terutama untuk yang pesan tiket pesawat lewat aplikasi pegipegi. Ada diskon tiket pesawat dan juga aneka macam diskon yang berbeda tiap bulannya.


Trus apa donk?
Ya segera bikin persiapan, terutama menyiapkan dana traveling.

Untuk soal dana traveling, aku dan suami sudah bagi tugas. Suami bagian nyiapin dana untuk beli tiket pesawat dan aku bagian nyiapian dana selama traveling di Medan.

Dah, aku jadi makin semangat nabung donk. Demi bisa mewujudkan self love ala aku. Self love ala ibu rumah tangga apalagi kalau buka traveling yiha yiha.

Nah, jadi seperti itu self love ala aku. Kalau kamu gimana, nih? Sama seperti aku atau beda. Share yak. Makasiiihhhhh

Alasan dan Kelebihan Imunisasi di Dokter Spesialis Anak di Jombang

Jadi bulan Desember 2018 lalu, Nuha, anakku yang kedua, berusia 1 bulan yang berarti sudah tiba masanya untuk imunisasi polio 1 dan BCG.

Diimunisasinya yang kedua ini, setelah sebelumnya, 1 hari setelah lahir, ia mendapatkan imunisasi HB 0 dan Vitamin K, aku ingin membawa Nuha imunisasi ke DSA saja. Karena apa?

Karena kebetulan ada beberapa hal yang ingin aku konsultasikan terkait mata  Nuha yang waktu itu memerah, tentang pencernaan Nuha dan beberapa pertanyaan printilan yang sudah aku siapkan dengan matang. Jadi ceritanya, sekali mendayung dua pulau terlampaui, gitu. Biasa, mamak-mamak, maunya pengen dapat untung banyak *hahay.

Di samping alasan yang aku sebutkan tadi, ada alasan lain nih. Alasan lain itu adalah karena aku penasaran dengan biaya imunisasi di DSA di Jombang daerah tempat tinggal aku. Mahal nggak, ya? Berapa duit? Kelebihannya apa?

Beberapa artikel yang pernah aku baca, aku cukup sering menemukan bahasan tentang biaya imunisasi bayi di DSA yang katanya sampai ratusan ribu, gitu. Tapi setelah aku pikir-pikir, wajar sih sampai segitu. Secara kan, bayar jasa untuk DSA saja, minimal 150 ribuan. Belum lagi harga vaksinnya. Jadi dengan pikiran seperti itu, aku pun memutuskan untuk menyiapkan uang sekitar 250 ribuan. Namun berubung karena ini pengalaman yang pertama bagi aku membawa si kecil imunisasi ke DSA, jadi selain bawa duit 250 ribu itu, aku juga membekali diri dengan atm suami.  Bhahahaha.

Nah, sekarang berapakah biaya imunisasi polio 1 dan BCG di DSA di Jombang?

Setelah membawa berbagai macam perlengkapan si kecil, aku pun berangkat ke DSA, langganan anakku yang pertama, yang lagi praktek di salah satu RSIA di Jombang. Karena aku datang cukup pagi, aku dapat nomor urut 8 jadi nggak bakal antri lama. Alhamdulillah.

Tiba giliranku dan si kecil Nuha. Waktu itu, sambil menyiapkan vaksin, aku pun mulai melontarkan beberapa pertanyaan yang sudah aku siapkan dari rumah. Alhamdulillah dijawab semua sama dokter. Termasuk pertanyaanku tentang mata si kecil Nuha yang memerah. Kata dokter, aku tidak perlu khawatir dengan hal tersebut dan tidak perlu diberikan apa-apa seperti salep dan sebagainya. Dibiarkan saja karena nanti akan hilang sendiri.

Oke siap laksanakan, Pak Dokter.

Nah, setelah Nuha selesai diimunisasi, aku pun langsung diarahkan menuju kasir seraya membawa selembar kertas yang berisi soal informasi jasa yang aku gunakan. Nggak perlu menunggu lama, mbak kasir menginformasikan berapa biaya yang harus aku bayar yang ternyata meleset dari perkiraan suami. Karena aku cuma bayar Biaya imunisasi polio 1 dan BCB di DSA di Jombang sebesar 200 ribuan saja.

Jujur, waktu mendengar kalimat itu dari mbak kasir. Rasanya, aku bahagia. Alhamdulillah ada sisa uang buat njajan bakso.
Gitu ya, makan teroooss.
Dah, ibu menyusui mah bebas makan. *hahay

Jadi segitu dah biaya imunisasi polio 1 dan BCG di DSA di Jombang. Tentu informasi ini nggak berlaku mutlak yak.

Dari pengalamanku yang pertama ini, ada satu kelebihan yang aku rasakan dari imunisasi di DSA dengan imunisasi di puskesmas atau posyandu. Kelebihan tersebut adalah bahwa aku bisa sambil konsultasi atau tanya-tanya soal perkembangan anak.

Oya selain di DSA, di salah satu RSIA di Jombang ini juga ada pilihan imunisasi di dokter umum. Tapi kalau di dokter umum, ada jadwal tertentu untuk jenis imunisasi tertentu. Misalkan mau imunisasi BCG dan polio maka bisa dilakukan di hari Senin. Kalau di DSA, kita bisa imunisasi saat dokternya praktek di rumah sakit tempat dokternya praktek.

Untuk jadwal imunisasi di dokter di RSIA Muslimat Jombang bisa dilihat pada gambar di bawah ini.


Nah, kalau kalian gimana nih, Mamis. Pilih imunisasi di Puskesmas/Posyandu atau di DSA?

Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

About Me

Halo Assalamu'alaikum, Aku Inda, guru tk. Aku  ibu dari dua bocil, ken dan yumna, yang suka menulis, suka kulineran, jalan-jalan...