Beberapa waktu yang lalu, rasanya rindu sekali dengan suara rintik air hujan. Dengan aroma tanah saat tersentuh hujan dan kesegaran yang datang setelahnya. Rindu sekali.
Namun di balik rasa rindu tersebut, terselip rasa sedih. Sedih karena tak bisa menikmati rintik air hujan. Sebab biasanya, saat hujan tiba kami harus melakukan sesuatu. Membawa dan meletakkan ember di sana dan di situ juga harus mengeringkan lantai yang itu juga yang ini. Karena apa ?. Bocor dimana-mana cyiinnn. Dan bocor yang paling parah adalah bagian teras rumah. Yeayyyy *Loh.
Iya, bukan seperti bocor lagi melainkan seperti air terjun. Grojog Grojog Byor. Kalau melihat grojogan begitu, Si Ken langsung pengen mandi di situ. Dikira shower kali yak. Hadeehh. Jadi kalau hujan turun kami tak bisa memandangi hujan di teras rumah melainkan hanya di dalam rumah saja.
Alhamdulillah sebelum bulan November datang, akhirnya ibu pemilik rumah kontrakan yang kami tinggali ini bersedia memperbaiki bagian teras. Yipppiiee. Seneng. Jadi hujan kali ini, tidak seperti yang lalu, kami bisa menikmatinya di teras rumah. Sembari ngeteh dan ngobrol santai. Dan Si Ken bisa merasakan air hujan yang jatuh langsung ke telapak tangannya. Bahagia itu sederhana bukan ?.
Palingggg ga enak klo ada bagian rmh bocor dan suami lg ngantor.. punya balita pula.. serasa mau jedotin kepala ke tembok *abaikan* alhamdulillah skrg uda lega ya mbaaa
ReplyDeleteiyak, alhamdulillaaahh :)
Deletemerana tuh pas kuliah sore..pulang-pulang mati lampu rumah banjir karena bocor parah. kasur basah kuyup. hahah
ReplyDeletejiaahh..lengkaplah sudahvya mbak
DeleteYaaa Ken dipenjara, nggak bisa hujan2an
ReplyDeleteken hujan2 an sndiri mak lus, di kamar mandi, pakek selang yg dimodif jd kayak shower, hehe
DeleteAlhamdulillah, pemilik rumah akhirnya respect dengan keadaan.
ReplyDeleteiyaa, alhamdulillah bgd
DeleteHoreee udah gak bocor lagi. selamat menikmati hujan ya mak :)
ReplyDeleteyeyee..lala..lala..
Deletemakasih mak liaaa :)