Tapi untung saja hanya ada mama di rumah. Pyuuuhh... Saya pun memanggil mama. Tanpa basa basi, begitu melihat mama, pria itu memperkenalkan dirinya sebagai teman saya. Ia juga mengatakan tujuannya kesini kepada mama yakni untuk mengantarkan saya pulang. Setelah itu, ia pun berpamitan kepada mama dan saya. Nah sementara mama asyik memperhatikan kepergian pria itu, saya bergegas kabur menuju kamar untuk menghindari pertanyaan dari mama dan, tentu saja untuk merenungi kejadian yang berlangsung begitu cepat hari ini. kejadian yang berhasil membuat hati saya kembali berdesir dan berdendang cepat. degdeg..degdeg..degdeg..
Jujur, saya senang sekali mendapat perlakuan mengesankan seperti itu. Merasa istimewa dan merasa dihargai serta dihormati betul olehnya. Jarang kan bisa bertemu dengan pribadi seperti ini. Langka. Inilah salah satu penyebab hati saya makin berdendang kencang bak bunyi jam lonceng masjid, NONG NONG NONG, saat menghabiskan waktu bersamanya.
Ah, saya tidak boleh terhanyut lebih lama dalam ke-nong-nongan ini *halah. Saya harus menanyakan kepadanya apa maksud perbuatan yang ia lakukan selama ini kepada saya ?. Takut dibilang kegeeran itu urusan belakangan. Yang penting harus jelas.
Hari hari berlalu. Ia kembali menghilang. Tak juga menghubungi saya atau menemui saya. Ingin sebenarnya saya yang menghubunginya lebih dulu. Namun karena jaim saya lebih besar dari sanggulnya bunda yati pesek, jadi saya urung melakukannya. Meskipun saya ini geeran tapi rasa jaim tetap harus dipertahankan. Hidup jaim bwahahaha.
Dan akhirnya, yang saya tunggu tunggu datang juga, pria itu tiba-tiba muncul di depan rumah saya. Seneng donk ?. Sudah pasti. Tapi misi tetap harus dijalankan.
"Maaf ya, beberapa hari ini aku nggak ngasih kabar ke kamu karena aku harus pergi ke suatu tempat, tempat peristirahatan terakhir orang yang berharga bagiku" ungkapnya. Ekspresi wajahnya pun nampak sendu. Melihat ekspresi begitu membuat saya mengurungkan niat untuk menanyakan perihal apa maksud perlakuannya itu kepada saya. Dan memilih untuk mendengarkan kisah pilunya. Sebab ditinggalkan oleh papinya.
"Tujuanku pergi ke tempat tersebut adalah untuk meminta izin dan restunya atas keinginanku untuk menikahi seseorang yang istimewa di hatiku" ungkapnya lagi seraya menatap saya lembut. Sementara saya, meleleh dibuatnya.
"Selesai aku mengatakan hal itu, angin berdesir begitu lembut. Bagiku, itu adalah pertanda bahwa dia menyetujui keinginanku ini. Keinginan untuk menikah tahun ini. Pasti begitu. Karena seseorang yang istimewa dihatiku ini memiliki pribadi yang sama dengannya, tatapan mata yang sama, senyum yang sama, hampir semuanya sama". Tatapannya semakin lekat memandang saya. Senang tapi juga sedikit merasa aneh. Masak sih senyum, tatapan mata, bahkan hampir semua diri saya, sama dengan almarhum papinya. Masak gitu ?. Saya tampan donk jadinya. Ah mungkin maksudnya saya adalah papinya versi wanita. aaarrggghhh...makin nggak jelassss. tau ah.
"Setelah mendapatkan restu darinya, aku lalu mengutarakan keinginanku kepada papi dan mami serta anggota keluargaku yang lain dan mereka segera menyetujuinya, terlebih lagi saat mereka tahu bahwa kaulah gadis yang akan mereka lamar untukku" katanya lagi. Dan saya ? terharuuuuu. Tapi tapi tadi dia bilang minta izin ke papinya juga kan ?. Berarti bukan papinya yang meninggal donk ?. Aduuhh..dodol amat sih saya, papinya masih ada gitu, eee dikira sudah tiada.
"Kamu adalah gadis yang berhasil membuat hari hariku menyenangkan kembali sejak mia pergi meninggalkanku untuk selamanya menjelang hari pertunangan kami ".
Ooooo..jadi makam yang ia kunjungi adalah makam tunangannya dulu toh.
Kirain...
"Kamu berhasil membuat aku terpana pada pandangan pertama. Terpana karena kamu begitu mirip dengan mia".
Deg.
Perasaan saya mulai tidak enak.
"Tatapan matamu, senyummu, sama dengan mia".
Makin tak enak.
"Bahkan kepribadianmu pun, juga baik seperti mia".
Semakin bertambah tak enak
"Oleh sebab itu, aku ingin sekali mempercepat peresmian hubungan kita, sebab aku tak ingin kehilangan miaku untuk yang kedua kalinya".
"Maaf, aku..... "
"Ada apa may ?"
"Aku mules. Sudah diujung tanduk nih. Sebentar lagi mau keluar, eh aduh..sepertinya sudah ada yang keluar nih. aduh. udah kamu pulang aja ya" ucap saya seraya memasang wajah mringis dan bertingkah layaknya orang yang sedang kebelet buang air besar. Pakek pegang pantat ?. tentu saja. Sengaja. Biar dia ilfeel dan berhenti menaruh rasa pada saya. Hiiiii..takut.
***
Duuuuh . ga hepi ending niih.. Huhu..
ReplyDeleteKece juga nih tulisannya. Sip ah :)
ReplyDeleteEndingnya lucu Mbak ����
ReplyDeleteYaaah...endingnya bikin galau nih...hihi
ReplyDeletelagiii baper kalau baca giniaan
ReplyDeleteyak disamain sama mantan, sakitttttt
ReplyDeleteKyaaa endingnya :D
ReplyDeletetakuuuttt... hahaha
ReplyDeletewaaaaaaaahhhh aku lagi ngedraft ni hihiii
ReplyDeleteyahh ga jadian
ReplyDeleteJadi di banding2kan disama2kan dengan mantan nya dulu ??????? HMMMMMMM OGAH jadi bayang2
ReplyDelete