Tidak pernah terlintas sedikitpun di dalam benak pria berbadan kurus itu untuk melanjutkan pendidikan lagi setelah ia lulus STM. Ia hanya berpikir bahwa setelah lulus STM, ia akan mencari kerja lalu membantu ekonomi keluarga. Sudah. Itu saja.
Dan niat itu pun ia wujudkan. Begitu lulus STM ia pun segera mencari pekerjaan dan dapat. Ya ia mendapat pekerjaan sebagai karyawan salah satu restoran cepat saji terkemuka di negeri ini.
Alhamdulillah gaji sebagai karyawan restoran cepat saji yang selalu ramai pengunjung ini benar benar membuatnya mampu membantu ekonomi keluarga. Membantu membayar uang sekolah adiknya yang nomor 1 (SMA), 2 (MTs) dan 3 (SD). Membantu memperbaiki rumah orang tuanya. Yang semula terbuat dari bedek atau anyaman bambu menjadi rumah yang terbuat dari bata. Serta beberapa hal kecil lainnya.
Namun roda kehidupan selalu berputar bukan ?. Dan 4 tahun lamanya posisi roda kehidupan pria berbadan kurus itu berada di atas. Di atas ..... di atas ....... lalu perlahan berputar ke bawah lalu berhenti di kata PHK. Ya ia di PHK.
Ia sempat luntang lantung. Jadi pengangguran. Hingga akhirnya ia mengikuti sepupunya pergi ke ibu kota untuk berjualan nasi goreng keliling di area kampus kampus yang ada di Ibu kota. Sungguh berbanding jauh dengan kehidupan sebelumnya. Akan tetapi masa masa inilah yang mengantarkannya bertemu dengan seseorang. Seseorang yang berhasil mencerahkan dan membangkitkan gairahnya untuk melanjutkan pendidikan lagi. Untuk kuliah.
Gayung bersambut. Orang tuanya pun menyetujui keinginannya untuk kuliah lagi. Namun hanya menyetujui. Ragu untuk dapat sepenuhnya membiayai. Pendapatan warung klontong merangkap warung kopi tak terlalu banyak. Para pembeli banyak yg berhutang. Dan mereka baru membayar kalau sudah ada uang. Jadi hasil warung hanya cukup untuk makan, dan sisanya dibelanjakan barang-barang untuk mengisi warung lagi. Istilah kecenya, uang muter. Meskipun begitu ia tetap nekat mendaftar kuliah di salah satu universitas swasta di kota tempat tinggalnya.
Setelah ia nekat mendaftar dan mulai mengikuti perkuliahan, ia masih berusaha bagaimana cara menghasilkan uang untuk bekal kuliah. Ia sempat menjadi pengasong juga pernah ikut ngamen. Namun tidak terlalu lama, karena akhirnya ia menemukan solusi untuk masalah keuangannya. Dan solusinya adalah membuka warung kopi lesehan. Tidak memerlukan modal yang begitu banyak. Tidak mudah 'basi'. Bisa menghasilkan pundi pundi yang lumayan.
Sekali lagi gayung bersambut. Orang tua mendukung idenya. Mereka akan membantu menyuplai bubuk kopi maupun kopi sachetnya. Dan pria berbadan kurus itu tinggal memikirkan gerobak warkopnya saja. Kenapa harus memakai gerobak ?, karena gerobak tersebut nantinya tidak hanya dipakai untuk menaruh perlengkapan warung namun juga dipakai untuk meletakkan produk yang dijual.
Jadwal membayar spp pun semakin dekat. Sementara ia belum juga bisa menghasilkan uang untuk membayar spp. Resah tentu saja ?. Ia pun mengutarakan kegundahannya tersebut kepada salah satu dosennya juga soal idenya ingin membuka warung kopi. Dan sungguh tak terduga. Siapa sangka bahwa dosen tersebut ternyata juga sedang menjual gerobak miliknya. Dosen itu pun menawarkan gerobaknya kepada pria berbadan kurus. Tentu saja dengan harga miring dan boleh dibayar kalau sudah ada uang.
kira kira seperti inilah gerobak kopinya |
Kopi sudah, gerobak juga sudah. Tinggal cari lokasi. Tidak membutuhkan waktu lama, karena ia sudah menemukan lokasi yang sangat strategis. Yakni di depan kampus.
Bahan yang akan dijual sudah siap, gerobak juga sudah ada, tempat juga sudah beres, maka langkah selanjutnya yakni membuat warung kopi tersebut. Dan begitu warung kopi tersebut dibuka, alhamdulillah, mendapat sambutan baik. Terutama oleh teman teman kuliahnya. Namun meskipun begitu, ia ingin warung kopinya tak hanya ramai di awal awal saja. Tapi seterusnya.
malam hari utk warkop, siang hari dipakai para pedagang es degan |
Oleh sebab itu, ia sudah menyiapkan beberapa strategi. Strategi yang ia rumuskan berdasarkan pengalamannya saat menjadi karyawan di restoran cepat saji terkemuka itu juga pengalamannya saat menjual nasi goreng keliling. Apa saja strateginya :
● Mempertahankan kualitas rasa kopi yang ia jual yakni kopi hijau dari tulungagung dan kopi hitam. Ia berprinsip untuk tidak mencari keuntungan lebih dengan cara mengubah perbandingan kopi dan air. Atau mencampurkan biji kopi dengan beras lalu diubah menjadi bubuk kopi. Tidak akan begitu.
● Memperhatikan saran pelanggan. Seperti menyarankannya untuk menjual gorengan juga mie instan. Dan itu ia lakukan.
● Tidak membuat pelanggan lama menunggu. Oleh sebab itu, ia mempekerjakan satu orang lagi untuk membantunya.
Dengan strategi tersebut juga didukung dengan lokasi yang strategis berhasil membuat warung kopinya selalu ramai. Kalau sudah begitu, kotak tempat menyimpan uang pun bisa segera penuh. Rata-rata penghasilan bersih (sudah dikurangi dengan membayar orang yang rewang juga membayar kopi bubuk, kopi sachet juga mie instan ke orang tuanya) yang ia dapatkan sekitar 60 hingga 50 rb/hari. Di tahun 2004 uang sebesar itu bisa dibilang cukup banyak. Jadi 1 bulan ia bisa menghasilkan pundi-pundi sebesar 1jt-1.8jt rupiah. Uang tersebut bisa ia pakai untuk membayar cicilan gerobak, menabung untuk membayar spp, memberi uang saku untuk adik2nya, terkadang juga bisa membantu teman kuliahnya yang sedang kesulitan dana, serta memenuhi biaya hidupnya selama kuliah. Bahkan ia juga bisa membeli motor megapro sendiri.
meja peninggalan warkop |
Sekarang, pria berbadan kurus itu sudah berhasil menggapai mimpinya untuk berkecimpung di dunia pendidikan, menjadi guru juga menjadi seorang dosen. Lalu siapakah nama pria berbadan kurus yang kini sudah tak lagi kurus itu ?. Ia adalah pemilik nama chakim yang ada di belakang namaku, Inda Chakim. Iya dia adalah si ayah ken. Salah satu sosok yang menginspirasiku juga si kecil ken nantinya. Inspirasi untuk tak pernah menyerah menggapai cita-cita. Dan salah satu cara untuk mencapai cita cita adalah dengan berwirausaha.
***
“Tulisan ini diikutkan dalam Giveaway Semua Tentang Wirausaha yang diselenggarakan oleh Suzie Icus dan Siswa Wirausaha”.
Sebuah perjuangan panjang yang berbuah manis ya Mbak :)
ReplyDeleteAdik saya waktu awal kerja juga hanya lulusan STM, jatuh bangun hidup di Jakarta. Sekarang sudah jadi arsitek di perusahaan kontraktor di Tangerang :).
Membaca kisah Pak Chakim, saya jadi ingat mahasiswa IAIN Jogja yang di tahun 90-an mencoba untuk berjualan kopi. Sukses. Warung kopinya selalu ramai. Sebagaimana Pak Chakim, saya juga mencari rezeki, di antaranya dari berwirausaha.
ReplyDeleteWah, inspirasi banget ini bapaknya ken hahaha :))
ReplyDeleteKalau gue lebih sering parttimenya jadi pelayan restoran sih mbak, lebih fleksibel buat anak-anak kuliah hehehe
inspiratif. semoga sukses sekeluarga ya mbak Inda :)
ReplyDeletesangat menginspirasi Mbak :)
ReplyDeleteInspiratif...gambaran seorang pejuang tangguh, pejuang kehidupan .. :)
ReplyDeleteAyah Ken inspiratif ya, tak pantang menyerah. Bisa nyisihin pelan2 uangnya waaah
ReplyDeleteperjuangan yg luar biasa hingga berbuar manis :) sukses slalu buat ayah ken, ken, dan mbak :D
ReplyDeleteSemoga selalu diberikan kemudahan dalam usahanya ;)
ReplyDeletesemoga Allah mudahkan mendapat rizki yg halal dan thoyyib, amiin
ReplyDeleteAyahnya ken hebaat, inspiratif sekali!
ReplyDeleteaw.. sweet :)
ReplyDeletekeren ayan Ken.. semoga nular juga ya ke Ken
makasih ya mb udah sharing:)