Jangan Belajar Parenting Kalau.... ~ Patut disyukuri bahwa sekarang kita hidup di zaman canggih seperti ini. Dimana informasi pun dapat begitu mudah kita dapatkan. Tinggal klak klik klak klik lalu JEBRET.
Parenting adalah satu informasi yang amat cepat bisa kita dapatkan. Iyup, ada begitu banyak artikel yang membahas tentang ini. Mulai dari artikel parenting yang dimulai sejak si kecil masih dalam kandungan hingga usia remaja. Buanyak. Dan begitu beragam. Mengingat pakar parenting pun membludak.
Berbanding lurus. Kemudahan mendapatkan informasi parenting membuat sebagian orang juga mudah untuk mengiyakan bahkan ada juga yang langsung mempraktekkannya. Tanpa menimbang-nimbang terlebih dahulu. Apakah parenting dengan cara seperti ini cocok dipraktekkan untuk buah hati yang memiliki karakter seperti ini ? Dengan kondisi seperti ini, apakah bisa mengikuti parenting yang begini ? Dan sebagainya.
Penting untuk menyaring ilmu parenting yang diperoleh dengan mudah nan instan tersebut. Sebab bahasan-bahasan tulisan parenting tersebut cenderung bersifat umu,. Tidak mendetail. Tidak ada petunjuk jelas tentang kapan cara parenting yang itu bisa diterapkan kepada si kecil. Karakter anak yang seperti apa yang bisa dididik dengan cara parenting seperti ini dan sebagainya.
Mempraktekkan ilmu parenting jangan asal coba-coba, dirasa-rasa. Karena, ini tidak sama dengan mempraktekan resep masakan, yang bisa dicoba-coba, dirasa-rasa. Jika ada rasa yang tak nyaman di lidah tinggal ditambah bumbu ini atau itu. Sudah. Rasa pun akan berubah. Tidak sama. Membangun karakter anak itu tidak mudah, dan berlaku juga sebaliknya. Untuk mengubahnya juga tidak gampang. Maka jangan sampai kita salah membangun karakter anak kita hanya karena asal mencoba coba ilmu parenting yang kita baca dari google, medsos, atau mungkin dari blog ini. Yaaaakali aja ada yang baca soal parenting di blog ini. Hahayy.
Bukannya tidak boleh. Paling tidak bekali diri dengan pengetahuan tentang perkembangan anak juga. Baik itu perkembangan dalam segi kognitif, fisik, psikis anak. Kenali anak kita terlebih dahulu. Seperi apa karakter mereka, bagaimana gaya belajar mereka, apa kecerdasan dominan yang mereka miliki, dan apa yang perlu distimulus lagi. Ingat, setiap anak itu unik.
Dengan berbekal itu, maka kita bisa menyaring dengan baik mana ilmu parenting yang bisa kita praktekkan kepada buah hati kita. Dan dengan melakukan hal itu juga, alih-alih menerima penolakan dari buah hati, justru malah akan mempermudah kita saat mempraktekkannya. Tak lupa untuk selalu berharap, agar Allah menuntun kita dalam menjaga amanah yang DIA titipkan pada kita. Amin amin ya robbal'alamin.
Sekarang banyak sih yang merasa pengalamannya itu yang terbaik sehingga menganggap gaya parenting orang lain salah. Padahal itu bukan hasil riset melainkan pengalaman membesarkan anaknya sendiri saja. Untuk blog parenting, biasanya aku cuma baca info praktis, misalnya info2 sekolah dsb. Sedangkan utk pilihan atau preferensi, aku skip saja supaya nggak mempengaruhi pilihanku buat anak2ku karena harus tetap sesuai dengan kondisi mereka.
ReplyDeleteSekarang ilmu parenting tersebar di mana-mana. Tinggal nge-googling aja udah ketemu banyak artikel parenting. Tapi memang kalau belajar parenting jangan ditelan mentah-mentah. Harus dicerna lagi dan disesuaikan dengan kondisi masing-masing
ReplyDeleteIya mba.. Aku anak pertama aku yang masih tlaten, malah cenderung saklek mempraktekkan ilmu parenting. Anak ke dua..nggak lagi. Enakan pake feeling aja..
ReplyDeleteHarus benar-benar selektif ya soal ilmu parenting ini, masalahnya adalah ada anak yang nggak boleh dijadikan bahan coba-coba ilmu. Kita pun nggak boleh menganut salah satu ilmu parenting gara-gara sifatnya kekinian atau dilakukan oleh publik figur.
ReplyDeletesaya pakai feeling Mba, kalo Wahyu nyaman maka ku terapkan begitupun sebaliknya. Tapi tetap memperhatikan norma yang berlaku sih :)
ReplyDelete