Showing posts with label Lomba. Show all posts
Showing posts with label Lomba. Show all posts

[Cerpen] Hadiah



Hari ini aku terlambat ikut kelas mata kuliah filsafat. Bukan karena aku bangun terlalu siang melainkan karena ada demo buruh besar-besaran. 




Heran deh, perasaanku mereka demo melulu. Tuntutannya pun sama. Apalagi kalau bukan minta naik gaji. Mbok ya bersyukur sudah dapat gaji dhuwur. Banyak loh yang mendapatkan penghasilan di bawah gaji buruh tapi nggak pernah tuh demo-demo yang kadang sampai rusuh.

Duh, gara-gara demo nih, mood aku jadi berantakan. Pokoknya seumur hidup, aku enggak mau berurusan dengan yang berbau-bau demo, aktivis, atau apalah itu, aku nggak mau. 

Karena sudah jauh terlambat. Aku duduk-duduk di kantin kampus sambil baca novel Mariposa. 

"Baca novel cinta lagi?" 

Aku menoleh ke sumber suara dan Devdan berdiri tak jauh dari tempat dudukku. Seketika aku memalingkan wajah. Aku malas berurusan dengan kakak tingkat yang mau kadaluarsa. 

"Dih suka-suka aku lah, apa? Kamu mau minta tolong lagi? Ini sudah kelima kalinya loh, Kak"

"Yup, saya mau minta tolong seperti biasa"

"Ke Bu Marni?"

"Ya, tolong berikan hp ini ke Bu Marni, biar gampang kalau saya mau komunikasi ke Bu Marni, jadi saya nggak harus ke rumah Bu Marni atau minta bantuan kamu menyampaikan pesan ke Bu Marni lagi"

"Bagus deh, ya udah entar aku sampaikan ke Bu Marni"

"Makasih, ya" aku mengangguk. Dev lalu pergi. 

Bu Marni adalah tetangga 5 langkah dari kosku. Bu Marni seorang single mother dengan 1 anak perempuan. Saat ini ia sedang terbaring di rumahnya karena menderita kanker. 

Aku prihatin dengan kondisi Bu Marni. Pabrik tempatnya bekerja tidak mau memberikan hak Bu Marni berupa pesangon pensiun. Padahal Bu Marni berencana menggunakan pesangon tersebut untuk mengobati kanker yang dideritanya. 

Pokoknya kalau ingat Bu Marni, aku selalu berdo'a, semoga Allah mempermudah usahanya untuk sembuh dari sakit yang ia derita. Semangat ya, Bu Marni. 


***



Pyuuuhhhh....

Aku menghempaskan tubuhku di kasur khas anak kos. Lumayan berhasil menghilangkan rasa lelahku hari ini. Bayangkan, dua kali dalam sehari, aku terjebak macet. Lagi-lagi, karena demo. Duuhh, lama-lama aku benar-benar muak dengan demonstrasi. Pengin tak hiiihhhh.

Sebelum pulang ke kos, aku tadi sempat singgah ke rumah Bu Marni dan disambut oleh anak tunggal Bu Marni yang bernama Ika. 

"Ka, ada titipan dari Dev buat Ibu kamu" aku menyerahkan tas kecil ke Ika. 

"Kata Dev, biar mudah komunikasi sama Ibu" jelasku. Ika sibuk membuka tas kecil lalu mengeluarkan isi didalamnya yakni sebuah hp. 

"Kak Dev ngasih hp? enggak salah nih, Kak?" Ika nampak kaget. Aku menganggukkan kepala saat Ika menoleh padaku. Lalu ia pun kembali fokus pada hp pemberian Dev.

"Ka, aku boleh tanya, enggak?" 

"Tanya apa, Kak?" 

"Berarti boleh, ya?"

"Iya boleh"

"Emangnya ada hubungan apa antara Ibu kamu sama Devdan? atau Devdan lagi berusaha ambil hati ibu kamu biar hubungan kalian direstui, ya?" tanyaku penasaran. 

Devdan begitu getol membantu Bu Marni. Zaman sekarang mana ada yang tulus, kan? Ada, tapi ya jiaraang bianget. Jadi aku pikir enggak mungkin deh, kalau Devdan enggak ada maksud tertentu? Ya, kan? 

"Enggak ada hubungan apa-apa, Kak. Kak Dev cuma mau bantuin ibu mendapatkan pesangon." 

"Cuma itu?" tanyaku tak percaya. 

"Iya, Kak. Emmm..Kak Dev itu baik banget orangnya. Kata Ibu, beberapa teman kerja Ibu yang punya kasus sama, juga dibantu sama Kak Dev sampai berhasil mendapatkan hak mereka" jelas Ika. Ia meletakkan hp di lantai. Ia arahkan pandangan matanya ke langit-langit rumah. Aku tahu, Ika tengah menahan air matanya yang berebut keluar. 

"Ka.." panggilku samar. 

"Sebenarnya aku khawatir dengan Ibu, Kak. Makin ke sini kondisinya makin lemah. Aku takut" Ika menunduk. Sebulir air mata ku dapati jatuh dari mata Ika. 

"Ika...." aku mendekati Ika, lalu memeluk tubuh gadis yang masih duduk di kelas 2 SMA itu. 

"Sebulan lagi Ibu ulang tahun, aku enggak bisa ngasih hadiah apa-apa selain do'a, semoga dalam jangka waktu sebulan Kak Dev sudah berhasil memperjuangkan hak Ibu, jika iya, ini pasti akan jadi hadiah terindah buat Ibu"

Aku mengusap rambut panjang Ika.

"InsyaAllah, Kak Dev pasti berhasil, Ka" 


***


Setelah mendengar ucapan Ika, aku jadi memikirkan Dev berhari-hari. Pikiranku didominasi sebuah fakta bahwa Dev ternyata sosok yang suka membantu orang lain. Selama ini, aku menganggap Dev hanya laki-laki payah sebab tak bisa lulus kuliah tepat pada waktunya.

"Tapi ternyata, Devdan itu baik dan ....."

Ah sudahlah, aku harus berhenti memikirkan Dev. Toh, tak ada untungnya buat aku memikirkan si Devdan kakak tingkat yang mau kadaluarsa itu, bukan?

Demi mengalihkan pikiranku akan Devdan, aku pun pergi ke toko buku. Namun di tengah perjalanan, lagi, aku bertemu dengan orang-orang yang akan demo. Ish ish ish, demo lagi, lagi-lagi demo, nggak bosan apa ya mereka? Gara-gara mereka nih, aku tidak bisa mempercepat laju motorku karena di sisi jalan yang aku lewati nyaris dipenuhi para pendemo itu. Mana cuaca tengah panas-panasnya lagi. Apa aku berhenti dulu sampai para pendemo ini pergi? Ah iya, begitu sajalah.

Aku melayangkan pandangan mencari tempat teduh. Sayangnya, bukan tempat teduh yang kujumpai melainkan seseorang yang sepertinya mirip Devdan. 




Tapi sepertinya tidak mungkin itu Devdan. Lawong penampilan Dev itu rapi, tidak seperti penampilan sosok yang mirip Dev. Sosok mirip Dev ini memakai jeans belel, kaos, kemeja sebagai outer, serta membawa megaphone. 

"Hannah?" 

Tapi, suara itu, suara Dev. Berarti sosok yang mirip Dev itu tak lain adalah Dev. Ya itu Dev, Devdan. 

"Kamu mau kemana?" tanya Dev yang sudah berdiri di depan motorku. 

"Saya butuh bantuan kamu, Han"

"Apa lagi?"

"Tolong kamu ke Bu Marni, saya hubungi hpnya nggak bisa-bisa"

"Aku nggak janji, Kak" 

"Maksud kamu?"

"Dah ya, aku pergi" 


***


Gila, gila, gila, gila, sudah 2 hari ini pikiranku penuh Devdan. Berapa kali pun aku berusaha menghapus pikiranku, sebanyak kali itu juga ingatan soal Devdan kembali hadir dipikiran. 

Aku kenapa, ya? Ah enggak mungkin, enggak mungkin aku suka sama dia, kan? Ya memang sih, memikirkan dia saja sudah bikin aku deg-deg an. Tapi kalau ingat dia seorang aktivis, rasanya aku jadi enggan. 




Aku melangkah gontai ke kelas. Rupanya kelas masih kosong. 

"Han, saya cari kamu kemana-kemana, gimana Bu Marni? Kamu sudah ke sana, kan?" tanpa diundang, Devdan masuk ke dalam kelas lalu menghampiriku. 

"Sudah, hp yang kamu kasih dijual, buat biaya transport, makan, lain-lain selama Bu Marni berobat" terangku. Sekilas aku menangkap raut terkejut di wajah Dev. 

"Kamu nanti siang ke Bu Marni, kan?" tanya Dev..

"Enggak"

"Oooo... saya mau ke sana nanti siang, kamu nanti bisa pulang bareng saya, kos kamu dekat dengan rumah Bu Marni, kan?"

"Aku enggak ke sana"

"Emmm...ya sudah kalau gitu, aku balik dulu, ya" pamit Dev. Aku tak peduli, mauku begitu, tapi nyatanya mataku tak lepas memandangnya sampai hilang di balik pintu. Duuhh, hati sama mataku jadi enggak sinkron gini gara-gara Devdan. 

Tapi sebelum menghilang di balik pintu, ia sempat berbalik lalu melemparkan senyum ke arahku. Aku terhenyak melihat senyumnya. Gila, gila, gila, dia makin damn saja. 


***


Akhirnya aku di sini, di rumah Bu Marni bersama Dev. Ya, aku pulang bersama Dev. Dia menungguku lama, katanya. Karena aku merasa tidak enak menolak, jadi aku iyakan saja tawaran pulang bareng dengannya. Kebetulan juga aku tidak membawa motor. 




Sepanjang jalan, kami tak bicara. Aku bersyukur, sih. Dengan begini aku bisa menutupi rasa gugupku saat dibonceng dia. Eh apa? Aku gugup? enggak, enggak, enggak, enggak ada dalam kamus aku suka dengan aktivis. Enggak, aku benci aktivis, titik.

Tiba di rumah Bu Marni, Ika menyuguhkan air putih untukku dan Dev. 

"Ka, sudah kamu siapkan yang saya minta beberapa hari lalu?" tanya Dev to the point.

"Sudah, Kak. Bentar ya aku ambil" Ika berjalan masuk kamar. Tak lama ia keluar dengan map berwarna coklat. 

"Ini, Kak. Di dalamnya ada Jamsostek, slip gaji Ibu, apalagi ya, insyaAllah semuanya yang Kak Dev minta sudah ada di dalam sini" 

"Oke makasih, ya" ucap Dev sembari mengecek isi map coklat yang sudah ada ditangannya. 

"Oya, mungkin besok saya sama teman-teman organisasi akan menggalang dana untuk Bu Marni. Dana yang terkumpul nanti bisa kamu pakai untuk biaya selama menemani Ibu kamu berobat.  Do'akan dapat banyak, ya" 

"Pasti, Kak. Makasih banyak, Kak. Terima kasih sudah bantu aku dan Ibu". Kata Ika. Dev hanya tersenyum pada Ika lalu padaku. 

Ya ampuuunnn, kenapa dia harus senyum padaku lagi. Kenapaaaa? Enggak, aku enggak boleh luluh sama senyuman seorang aktivis yang demo-demo bikin susah bikin rusuh.


***


Oalaaahhh...ternyata begini ya rasanya bisa bantu orang. Perasaan senang yang aku rasakan kali ini rasanya beda banget. Apalagi waktu aku lihat ekspresi Ika saat aku menyerahkan hpku yang tidak terpakai padanya. Ika tersenyum lebar hingga nampak deretan giginya yang berbaris rapi jali.

Mungkin ini alasan Dev bantu Bu Marni. Karena ia bisa merasakan rasa senang yang unik nan luar biasa.

Duuh, coba kalau Dev bukan aktivis, mungkin aku tidak akan menahan rasaku padanya. Eh, apa-an, sih? Enggak, aku enggak punya rasa apa-apa sama Dev. Yakali aku suka sama kakak tingkat yang mau kadaluarsa plus aktivis pula. 

Sudah, ah. Waktunya aku tidur. Malam semakin dalam.


***


Kemarin itu, adalah kali pertama aku memberikan sesuatu yang bisa dibilang cukup banyak pada orang lain. Biasanya, paling banyak, yaaaa 100 ribuan. 

Aku sendiri heran mengapa aku bisa berubah sedrastis ini. Ah, sepertinya karena ada gejolak di hati aku manakala aku mengingat bagaimana perjuangan Bu Marni yang didukung Ika untuk sembuh dari kanker. Nah, begitu aku membantu Ika, rasanya gejolak itu berubah jadi sebaran bunga yang wanginya bisa menentramkan dan melegakan jiwa. 


Sekarang, aku melakukan itu lagi. Aku membantu Bu Marni lagi. Bodo amat soal keinginanku yang ingin menghadiahi diri sendiri skincare yang lagi viral saat aku ulang tahun nanti. Biarlah, Bu Marni dan Ika lebih membutuhkan uang. Lagipula aku bisa menabung lagi dari penghasilanku bekerja sebagai guru les privat. 

Aku memberikan uang itu pada Devdan di kantor organisasi buruh. Tak enak rasanya jika aku memberikan langsung pada Ika. 

Saat aku memberikan uang itu, aku sempat cerita ke Devdan kalau uang itu adalah uang tabunganku yang niatnya akan aku gunakan untuk menghadiahi diri sendiri saat hari ulang tahunku tiba nanti. Devdan tersenyum dan hatiku menghangat seketika. 

Iya, aku mulai menceritakan hal kecil tentangku padanya. Aku tahu apa yang kulakukan ini adalah tanda aku memang benar-benar menaruh rasa pada Devdan. Tapi tenang, tekadku masih bulat, aku tidak mau menjalin hubungan dengan aktivis, aku mau rasa ini berhenti berkembang. 

Sebelum aku pamit dari kantor organisasi buruh yang Devdan ikuti, ia menggamit tanganku dan membawaku duduk di kursi di bawah pohon rindang di belakang kantor.

"Terima kasih karena kamu sudah membantu Bu Marni, salah satu anggota organisasi kami. Saya dan teman-teman sudah melakukan tahap demi tahap untuk mendapatkan hak Bu Marni dan beberapa anggota yang bernasib sama. Saya dan teman-teman sudah melakukan Bipartit, namun tidak digubris oleb pabrik. Oleh sebab itu kami melakukan demonstrasi sebagai salah satu cara kami menarik perhatian pihak pabrik, masyarakat, wartawan, dan pemerintah setempat. Namun lagi-lagi, kami masih menemui jalan buntu. Kemudian kami mengajukan tripartit, pertemuan antara yang berwenang di pabrik, Disnaker dan perwakilan buruh. Saya dan teman-teman berharap di titik ini kami berhasil. Namun jika tidak, kami bertekad akan turun ke jalan dan demo lagi" 

"Lalu untuk apa kamu menjelaskan hal itu ke aku, Kak?"

"For your information" kata Dev lalu memberikan senyum manis padaku. 

"Saya tahu seperti apa penilaianmu pada saya dan teman-teman buruh. Hannah, saya jamin, penilaian kamu tentang saya itu salah. Kamu perlu tahu, aktivis, demonstrasi, tidak seperti apa yang kamu pikirkan. Kami melakukan demo karena ada pemicunya, karena ada yang kami perjuangkan. Andai saja jika pabrik memberikan hak buruh sebagaimana aturan undang-undang yang berlaku, kami tidak akan turun ke jalan" lanjut Dev panjang lebar. 

Aku paham maksud Dev. Namun yang tidak aku paham bagaimana dia bisa tahu kalau aku benci aktivis, demo, dan segala yang terkait. Soal ini aku hanya pernah cerita ke satu orang. Masa orang itu yang bilang ke Dev? Ah, enggak mungkin.

"Dih, sok tahu, sudahlah aku pergi" aku pamit. Aku lepaskan genggaman tangan Dev. Lalu beranjak melangkah. Satu langkah, dua langkah, tiga langkah, ..., sepuluh langkah, Dev tidak mengejarku rupanya. Padahal aku yakin Dev akan mengejarku karena tadi aku merasakan genggaman tangannya yang terasa lembut, hangat dan kokoh. 

Seharusnya aku sadar diri bahwa tidak mungkin Dev mengejarku dan memintaku tidak pergi. Siapa aku bagi Dev? Bukan siapa-siapa, jadi tidak seharusnya aku mengharapkan hal itu pada Dev? 

***




Hari ini, hari ulang tahunku. Keluarga, teman-teman kuliah, teman kerja, dan semuanya, sudah mengucapkan selamat ulang tahun padaku. Beberapa ada juga yang memberiku kado ulang tahun. Senang? seharusnya begitu, seharusnya aku merasa senang. Tapi entah kenapa, rasanya ada yang kurang. 

"Kak Hannah" 

Eh seperti suara Ika. Aku melongok kan kepala di jendela kamar kosku yang terletak di lantai dua. Ika nampak berdiri tepat menghadap jendela kamarku. 

"Apa, Ka?" sahutku dari Jendela.

"Temenin yuk, antar pesanan nasi" 

Ajakan Ika laksana angin segar bagi aku yang tengah dilanda rasa hampa. Pikirku, daripada aku di kamar berkubang sendu lebih baik aku terima ajakan Ika. 

"Kabar Ibu gimana?" Aku memulai percakapan di angkot yang kami tumpangi.

"Alhamdulillah, beberapa hari lalu ibu sudah menjalani operasi pengangkatan payudara, tempat kanker berada. Sekarang tinggal kemoterapi 2 sampai 3 kali trus rongsen payudara untuk memastikan sel kanker sudah tidak ada." Jelas Ika.

"Alhamdulillah, jangan lupa setelah ini kamu juga ibu mulai gaya hidup sehat ya, Ka" saranku yang direspon dengan anggukan kepala Ika. 

"Soal pesangon gimana, Ka?"

"Oiya, aku lupa cerita, alhamdulillah  pabrik akhirnya mau memberikan hak ibu penuh. Aku senang banget, Kak. Aku do'akan semoga pabrik semakin sukses." Raut bahagia tergambar jelas di wajah Ika. Aku ikut senang dengan kabar ini. 

"Ulang tahun ibu kali ini hadiahnya luar biasa banget, Kak. Hadiah itu berupa Kak Dev yang berhasil mendapatkan hak pesangon ibu, trus operasi ibu yang berhasil, dan sebagainya". Cerita Ika. 

"Trus kamu sekarang usaha makanan sama Ibu kamu?" 

"Ini kalau aku pas libur sekolah aja, Kak. Aku nggak mau Ibu capek. Aku mau Ibu di rumah, biar aku yang kerja sepulang sekolah di workshopnya Kak Dev"




"Eh, kak Dev punya workshop?"

"Punya, Kak. Kak Dev punya usaha fotografi, buka kelas sama jualan barang-barang yang berhubungan dengan dunia fotografi" jelas Ika panjang lebar. 

"Syukur, deh. Aku ikut senang, Ka" 

Kami hening. Lalu tak lama Ika meminta berhenti ke pak supir angkot. Katanya sudah sampai. 

"Ka, ini kan arah kantor organisasinya Kak Dev" 

"Iya, nasi ini pesanannya kak Dev" 

"Aku tunggu di sini aja, ya Ka"

"Sebentar aja, Kak, ngasih ini ke Kak Dev abis itu langsung pulang, mau ya kak?"

Akhirnya aku mengiyakan permintaan Ika. Kedatangan kami disambut banyak orang yang ada di kantor. Sepertinya mereka akan mengadakan pertemuan. 

"Duduk sini dulu, Kak, Kak Dev masih di sana, tuh" Ika menunjuk sebuah panggung kecil. Devdan ada di sana dengan tangan kanan memegang mikrofon. 

"Terima kasih, Ika, sudah membawa Hannah ke sini" kata Devdan sembari mengacungkan jempolnya pada Ika.  

Aku terkejut lalu menoleh ke Ika sembari mencari tahu tujuan Devdan mengatakan itu di depan orang banyak. Sayang, aku hanya menemukan ekspresi sumringah di wajah Ika. 

Duh, jangan-jangan Dev mau memberitahukan semua orang kalau aku membenci aktivis dan segala yang terkait dengan demonstrasi. Aku menggigit bibir untuk meredam rasa khawatir.

Dev turun dari panggung dengan tangan masih membawa mikrofon. Ia berjalan ke arahku dan Ika. Aku takut, takut dikeroyok. 

"Hari ini kamu ulang tahun, kan?" Tanya Dev. Aku mengangguk samar. 

"Ini hadiah buat kamu, silakan kamu buka" 

Aku mengambil sebuah kotak yang diberikan Dev padaku. 

"Bukalah" perintah Dev.

Aku membuka kotak tersebut. Begitu tahu isinya, sontak aku menutup mulut. Agar aku tidak bersorak-sorai. Di dalam kotak itu ada paket skincare yang aku damba serta sebuah kertas bertuliskan 'Maukah kamu menikah denganku, Hannah?'.

"Kak Dev, ini..." Kalimatku menggantung karena Dev mulai bicara. 

"Will you marry me, Hannah?" Kata Dev menatapku dalam. Aku pun menatapnya. Aku mencari sesuatu di tatapan mata Dev dan aku menemukannya. Sesuatu itu adalah kesungguhan. Dev serius mengatakan itu padaku. 

"Apa? Apa maksud kamu, Kak" tanyaku.

"Jawab ya atau tidak, sekarang" 

"Dih maksa, ya udah aku enggak mau"

"Koq, gitu? Tapi ya sudahlah, saya akan mundur teratur jika memang kamu menolak saya" Devdan hendak beranjak, namun ku tahan dengan menarik tangan Devdan. 

"Aku enggak mau sebelum kamu dan aku lulus kuliah" 

"Berarti kamu mau?" tanya Dev memastikan. 

"Mau, Kak" jawabku tersenyum lebar. 




Seketika riuh. Semua yang hadir bersorak. Ada yang menggoda, ada yang memberi selamat, dan ada jg yang nyinyir. Dev lalu membagikan nasi yang dibawa Ika pada orang orang yang hadir di sana. 

"Ka, makasih ya, berkat bantuan kamu, saya bisa mendapatkan ni anak" ucap Dev pada Ika. Ika meresponnya dengan anggukan kepala. Sedangkan aku diliputi seribu tanya. 

"Jadi kalian kerjasama? kamu bilang semua yang aku ceritain ke kamu, Ka?"

"Hehe...maaf  ya, Kak. Kak Dev tu yang nyuruh" 

"Ya begitulah" jawab Dev singkat sambil tersenyum.

"Koq bisa kalian kerjasama, Ka, ceritain?" 

"Minta ceritain kak Dev aja, ya Kak, biar lebih valid, terutama pas bagian kak Dev mengamati kak Hannah secara sembunyi-sembunyi sejak lama" Ika nyengir. Aku beralih menatap Devdan. 

"Iya, saya akan cerita ke kamu, tapi jangan sekarang ya, bisa panjang nih ceritanya kalau saya tuangkan di sini semua, bukan jadi cerpen malah jadi novel"

Aku mengangguk setuju. Dev benar. 

Sama seperti Bu Marni, ulang tahunku kali ini juga paling berkesan. Bagaimana tidak, hadiah yang aku dapatkan adalah dilamar oleh laki-laki yang belakangan ini begitu aku kagumi kepribadiannya, Devdan

***

Cerita ini adalah fiksi yang diikutsertakan dalam Lomba Blog Menulis Fiksi “Ulang Tahun” yang diselenggarakan oleh Komunitas Blogger Semarang Gandjel Rel.




***


Ket:

Cr. Foto IDNtimes, CNBC, liputan6

Narasumber terkait buruh: Ketua organisasi buruh SPBI. 

Narasumber terkait kanker: Anggota keluarga. 


Let's Read, Partner Ibu Hidupkan Dongeng di Rumah

 

Menghidupkan dongeng agar anak suka baca buku


Bund, beberapa waktu lalu, aku sempat resah dengan tingkah anakku yang susah banget diminta baca buku. Alasannya adaaaa aja. Kalaupun ia mau baca buku, itu pun nggak pernah mau baca lama-lama. 

"5 menit aja ya, Ma, abis itu aku main" gitu katanya. 


Pernah, aku memaksanya membaca buku dengan durasi waktu lama, eee dia malah ngambek dan walhasil nggak jadi deh baca buku. Duuuhhh... Gemas. 


Sebab Anakku Tidak Suka Baca Buku


Ini semua karena aku sih, Bund. Aku sadar diri. Anakku begitu bisa jadi (banget) karena aku nggak mengarahkannya untuk suka membaca buku. Aku nggak memberikan contoh padanya untuk rajin baca buku. Aku lebih sering pegang gawai daripada buku. Kalaupun aku pegang buku, itupun buku catatan pembukuan keuangan Kedai Makanan yang tengah aku tekuni bukan buku bacaan. Aku payah ya, Bund? Ho oh. 


Tapi, kalau aku mau usaha membuat anakku suka baca buku, rasanya, belum terlambat kan ya, Bund? Bener, nggak? 


Jadi aku mau mulai berusaha agar anakku suka baca buku, Bund. Kalaupun nggak bisa sampai ke titik suka baca buku, yaaaa minimal dia nggak ngambek lah kalau aku minta ia baca buku lama-lama, atau  langsung mau gitu kalau aku memintanya membaca buku tanpa perlu adanya imbalan-imbalan seperti imbalan boleh nonton YouTube, main game, dan sebagainya.  


Agar Anak Suka Baca Buku


Nah, langkah pertamaku untuk membuat anakku suka membaca  buku adalah dengan menghidupkan dongeng di rumah. Kenapa dongeng?


Hasil penelitian yang dilakukan oleh Erlin menunjukkan bahwa metode dongeng dapat menumbuhkan minat baca anak. Kemudian hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri dkk pada anak sekolah dasar menunjukkan metode dongeng dapat digunakan untuk meningkatkan minat baca anak sekolah dasar dimana yang awalnya hanya sebesar 25% anak yang menunjukkan minat membaca buku berubah menjadi 61% lalu meningkat sampai 100%. Nah berdasarkan dua penelitian di atas dapat dikatakan mendongeng dapat digunakan untuk menumbuhkan hingga meningkatkan minat baca anak. Ini tentu cocok dengan tujuanku yang ingin menumbuhkan minat baca anakku. 


Bund, selain karena hal di atas, dongeng juga memiliki manfaat lainnya. Salah satunya sebagai stimulus kecerdasan anak seperti yang diungkapkan Einstein yakni :

"If you want your children to be intelligent, read them fairy tales. If you want them to be more intelligent, read them more fairy tales."


Manfaat mendongeng untuk anak


Adapun caraku untuk menghidupkan dongeng di rumah adalah dengan sering mendongeng untuk anak. 


Eeemmm... tapi masalahnya bisa nggak ya aku mendongeng? Jangan-jangan aku malah dicuekin nih. Jangan-jangan anakku nggak tertarik nih. Kalau begini mah, bisa gagal donk aku mendongeng. Waduuuhhh, gimana-gimana?


Kata Kak Ariyo Zidni, dalam sindonews(dot)com, ada faktor penting yang harus diperhatikan Ibu jika ingin mendongeng yakni percaya diri dalam bercerita, variasi dalam memainkan suara, ekspresi wajah, dan gerakan tubuh secara sederhana. Kalau sudah menguasai faktor penting tersebut, maka aktivitas mendongeng untuk anak akan berhasil dengan gemilang. 


Lalu gimana yaaaa caranya agar aku bisa memiliki semua faktor penting tersebut sebelum aku mulai mendongeng? Apa ya, Bund? Ah, sepertinya aku harus menstimulasi kemampuan mendongengku dulu deh, Bund. Karena dengan melakukan ini maka aku bisa memiliki semua faktor penting dalam mendongeng. 


Cara Menstimulasi Kemampuan Mendongeng


Let's read stimulasi kemampuan mendongeng ibu


Nah, menurutku, cara menstimulasi kemampuan mendongeng yakni dengan sering-sering membaca buku cerita bergambar. Mengapa demikian?


Buku cerita bergambar dilengkapi dengan gambar-gambar yang mendeskripsikan cerita. Nah, dari sini aku bisa belajar mendeskripsikan cerita bergambar ke dalam kata-kata. 


Di buku cerita bergambar, kadang, menunjukkan ekspresi dari tokoh dalam cerita. Nah, dari sini, aku bisa belajar atau meniru ekspresi yang ada di buku cerita bergambar.


Aku juga bisa melakukan improvisasi dari melihat gambar-gambar yang ada di buku cerita bergambar. 


Trus aku yang tidak pandai merangkai kata alias suka mbulet kalau ngomong, juga bisa belajar merangkai kalimat yang mudah dipahami anak melalui buku cerita bergambar tersebut yang mana rangkaian-rangkaian kalimatnya sudah dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami anak-anak. 


Stimulasi kemampuan mendongeng ibu


Let's Read Partner Ibu Menghidupkan Dongeng di Rumah.



Let's read partner ibu menghidupkan dongeng di rumah


Jadi Bund, agar kemampuan mendongengku makin terasah aku perlu banyak membaca buku cerita bergambar. Sayangnya, di rumahku tidak banyak buku cerita bergambar, Bund. Tapi aku nggak terlalu khawatir soal ini, karena ada aplikasi Let's Read


Let's read adalah perpustakaan digital yang didalamnya berisi buku-buku cerita bergambar dengan berbagai macam pilihan tema cerita, pilihan bahasa, hingga pilihan tingkat kemampuan membaca anak. 


Let's read


Nah, dengan keunggulan yang seperti itu, rasanya tepat untuk menjadikan Let's Read sebagai Partner Ibu Menghidupkan Dongeng di Rumah. 


Jadi kalau aku ingin mendongeng misalnya tentang hujan, aku bisa mencari buku cerita bergambar tentang hujan di Let's Read. 


Kemudian, kalau aku ingin mendongeng untuk anak usia 3 tahun, aku tinggal mencari cerita bergambar di let's read untuk level 1 atau mungkin level 2 yang masih belum didominasi sama narasi. 


Lalu kalau aku ingin mendongeng pakai bahasa Inggris, aku tinggal cari cerita bergambar di let's read yang narasinya pakai bahasa Inggris. 


Asyik kan, Bund? Yup. 


Menghidupkan Dongeng di Rumah Agar Anak Suka Membaca


Menghidupkan dongeng di rumah


Nah, akhirnya aku pun mencoba mendongeng untuk anakku. Dongeng tentang hujan. 


Sebelum mendongeng, aku sudah baca buku cerita bergambar tentang hujan ini berkali-kali sampai aku hampir hafal. 


Awal mulanya mendongeng, aku sempat deg-deg an gitu, Bund. Tapi melihat anakku antusias, rasa grogiku pun berangsur-angsur hilang, Bund, alhamdulillah. Aku pun jadi semangat mendongeng. 


Bund, setelah aku mendongeng untuk anakku itu, Alhamdulillah, dia jadi minta didongengi lagi dengan cerita yang berbeda. Aku senang, Bund. Trus aku makin senang dan bersyukur manakala anakku mau mendongeng untukku. Dan aktivitas mendongeng pun hidup di rumah. Yeaaaayyyyyy....




Praktik mendongengku untuk yang pertama kali Alhamdulillah langsung berhasil, Bund. Hasilnya berupa adanya peningkatan minat baca anakku meskipun belum signifikan tapi lumayan lah tinggal ditingkatkan lagi dengan cara tetap menghidupkan dongeng di rumah.  


Bund, aku harap usahaku menghidupkan dongeng di rumah demi membuat anakku suka membaca bisa sukses dengan gemilang. Do'akan aku ya, Bund. Do'a baik akan kembali pada yang mendo'akan. Makasih banyak, Bundaaaaaaa.


So, yuk Bund, kita hidupkan lagi dongeng di rumah bersama dengan let's read. Jangan lupa instal atau unduh aplikasi let's read ya, Bund. 


Sekian cerita aku kali ini, Bund. Next, kita ketemu lagi ya, insyaAllah, di cerita-cerita lainnya. 


Stay health, Bund. 

See yaaaa.

***

Referensi:

Fitriani, Erlin. 2014. Strategi Menumbuhkan Minat Baca Anak Melalui Dongeng di TKIT Taruna Teladan Delanggu Klaten. Skripsi. UIN SUKA.

Putri et al. 2015. Pemanfaatan Teknik Mendongeng Untuk Meningkatkan Minat Baca SiswaKelas III SD Kartika IX-1 Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2014-2015. UNEJ. ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2015, I (1): 1-4.

Ade Indra Kusuma dan Firsta. 2019. Dongeng Ternyata Ampuh Tumbuhkan Minat Baca Anak.  Suara.com (diakses 5 Januari 2021)

Yohannes. 2018. 6 Manfaat Mendongeng untuk Anak. Kompas.com (diakses 5 Januari 2021)

Redaksi Koran Sindo. 2018. Mendongeng, Cara yang Baik Menanamkan Nilai dalam Keluarga. edukasi.sindonews.com (diakses 8 Januari 2021)

Gaya Parenting ala Orangtua yang Masih Punya Luka Masa Kecil Sebab Bullying

 

Stop bullying


Ada rasa tak terima, marah, juga sakit hati tiap kali aku membaca atau menonton berita tentang kasus bullying. Pun seketika berbagai macam pertanyaan menyeruak di kepalaku. Koq hal ini bisa terjadi lagi? Please, berhenti. Tolong cegah hal ini terjadi lagi. Karena dampak dari bullying bukan hal yang bisa dianggap remeh. Karena dampak bullying bisa mempengaruhi masa depan korban secara signifikan. Kata siapa?


Dr. Andre Sourander, seorang profesor psikiatri anak di Universitas Turku di Finlandia, melaporkan hasil penelitiannya bahwa anak-anak yang diintimidasi pada masa kanak-kanak memiliki peningkatan risiko gangguan depresi dan membutuhkan perawatan psikiatris di kemudian hari (Sourander et al, 2016).


Ya, seperti itulah faktanya. Seperti itulah yang aku rasakan juga. Aku, Aku si korban bullying di masa kecil. Aku merasakan dampak bullying sampai bertahun-tahun lamanya. 


Peristiwa bullying yang menimpaku itu terjadi saat aku di taman kanak-kanak dan juga saat aku di sekolah dasar. Masih ingat? Aku masih mengingatnya bahkan beberapa bentuk tindak bullying yang aku alami pun masih lekat di memori. Bullying yang menyebabkan luka di hidupku. 


Infografis data kekerasan dan bullying yang terjadi di setiap jenjang pendidikan


Luka yang aku alami sebab bullying tidak hanya fisik melainkan juga luka psikis. Sakit dari luka fisik sebab bullying bisa segera sembuh lalu hilang hanya dalam hitungan minggu, namun sakit luka psikis masih begitu terasa hingga bertahun-tahun lamanya.


Luka sebab bullying


Dampak Bullying


Luka psikis yang aku derita, secara langsung berdampak pada kepribadianku. Aku menjadi pribadi yang tertutup. Aku juga sulit bergaul terutama saat berada di lingkungan yang baru karena nyaris selalu diterkam rasa cemas setiap kali berada di lingkungan baru. Berbagai macam tanya menyeruak di kepala,  kalau aku ikut bergaul apakah aku akan diterima di lingkup pergaulan tersebut? Ataukah aku akan mengalami hal yang sama seperti dulu, menjadi bahan bully-an? Apakah mereka tipe pembully? Dan sebagainya. 

Ya, aku, secemas itu.


Dampak bullying jangka panjang dan jangka pendek


Sayangnya, dampak bullying yang masih melekat padaku itu, rasa cemas itu, masih hadir saat aku sudah menjadi seorang ibu. Seharusnya, seharusnya aku menghilangkan dampak bullying itu sebelum aku menjadi ibu. Karena dengan begitu, tidak akan tercipta gaya parenting ala orangtua yang masih punya luka masa kecil sebab bullying. Yang mana gaya parenting ini (nyaris) membahayakan anakku sendiri. Aku, (nyaris) membuat anakku dalam bahaya. 


Dampak Bullying: Gaya Parenting ala Orangtua yang Masih Punya Luka Masa Kecil Sebab Bullying. 


Ya, setelah aku menjadi seorang ibu, dampak bullying berupa rasa cemas pada hal yang terkait dengan bergaul atau bersosialisasi, tetap merajaiku. Kecemasanku ini membuatku memproteksi anakku sedemikian rupa. Aku tak pernah melepas anakku bahkan dengan sanak saudara. Aku tidak bisa menaruh percaya bahwa anakku akan baik baik saja saat bersama dengan orang selain aku. Sebab, bagiku, tempat teraman anakku adalah saat bersamaku. 



Ini semata-mata aku lakukan agar ia tidak mengalami hal yang aku alami waktu kecil. Pernah ada tetangga yang mengatakan aku lebay atau berlebihan dalam menjaga anakku sampai sampai saat main bersama temannya pun aku pantau.  


Tapi, sungguh, aku tak peduli dengan ucapan tetangga. Aku hanya menjaga agar tidak ada yang membully anakku, aku mau ia tidak memiliki luka masa kecil sepertiku, aku mau masa tumbuh kembangnya optimal tanpa terhalang oleh tindak bullying. Aku mau ia memiliki kenangan masa kecil yang membahagiakan tanpa dibayangi rasa sakit sebab perundungan. 


Puncaknya, saat anakku meminta sekolah, aku melarangnya. Aku mengatakan padanya untuk home schooling saja. Aku takut ia akan mengalami hal yang aku alami saat  berada di taman kanak-kanak. Aku, saat di taman kanak-kanak dibully oleh oknum guru yang seharusnya menjaga anak didiknya dari tindak bullying. 

Infografis pelaku kekerasan di sekolah



Faktor penyebab munculnya perilaku bullying


Beruntung, aku memiliki suami yang memiliki latar ilmu psikologi sehingga ia paham dengan kondisiku. Bahwa aku (masih) menggenggam luka masa kecil sebab bullying. Bahwa aku (masih) hidup dengan inner child. Bahwa aku belum sembuh dari dampak bullying masa kecil.  


Oleh sebab itu, Ia tidak menuruti keinginanku untuk mendekap anak kami dan menjauhkannya dari dunia luar. Ia malah mendukung anak kami pergi ke dunia luar. 


Awalnya aku menolak apa yang dilakukan suami pada anak kami. Aku takut, benar-benar takut anak kami mengalami apa yang aku alami saat kecil. Tapi, suami berhasil meyakinkanku bahwa anak kami tidak akan mengalami apa yang aku alami dulu 


"Ada, pasti ada sekolah yang baik untuk anak kita, sekolah yang tidak ada bullying di dalamnya" kata suami padaku. Aku mengangguk perlahan. Di satu sisi, ada rasa takut, cemas, dan juga rasa tidak yakin akan adanya sekolah yang nihil bullying di dalamnya. 


Lalu, suami mulai mencari sekolah.  Ia meluangkan waktu untuk melakukan survey ke beberapa sekolah taman kanak-kanak. Uniknya, ia melakukan survey saat di jam-jam istirahat. Katanya, dengan begini, ia bisa tahu seperti apa pengawasan sekolah pada anak-anak. Apakah guru ada di sekitar anak-anak saat di jam istirahat atau tidak. Karena menurut suami, bullying bisa terjadi di sekolah, salah satunya disebabkan karena lemahnya pengawasan orang dewasa dalam hal ini adalah guru sekolah.


Akhirnya usaha suami menuai hasil. Ia menemukan sekolah yang sesuai dengan keinginanku, yang aman, dan tidak ada bullying di dalamnya. Ini dapat aku lihat dari keakraban yang terjalin antara anakku dan teman-temannya juga dengan guru-guru di sekolah. Aku sendiri, saat berkunjung ke sekolah si kecil, merasa ada kehangatan di sana. 


Aku bersyukur, benar-benar bersyukur, anakku tidak mengalami apa yang aku alami saat di taman kanak-kanak. Alhamdulillahirobbil'alamiin. 


Belakangan, aku baru menyadari bahwa apa yang suami lakukan, bisa dibilang menyelamatkan anak kami dari aku, ibunya yang masih dihantui luka masa kecil. Aku tidak bisa membayangkan andai saja suami menuruti keinginanku, bisa jadi anak kami  tidak akan mengenal dunia luar. 


Menyembuhkan Luka Masa Kecil Sebab Bullying 


Lalu, bagaimana kondisiku saat ini?  Apakah dampak luka masa kecil berupa bullying itu masih ada? Masih, masih ada. Hanya saja, saat ini aku mulai berusaha menginjak pedal rem atau istilahnya berusaha mengontrol diri. Aku berusaha mempraktekkan cara-cara menyembuhkan luka masa kecil sebab bullying yang aku dapatkan di situs The Asian Parent Indonesia tentang 9 cara menyembuhkan trauma masa kecil . Karena, bagaimanapun bahkan sudah seharusnya aku memperhatikan dan berusaha menyembuhkan luka masa kecil sehingga tidak akan melakukan pengasuhan secara over protektif yang justru malah membahayakan anakku sendiri. Di situs The Asian Parents Indonesia, disebutkan efek samping pada anak yang diasuh secara over protektif yakni anak lebih mudah bergantung pada orang lain, mudah menjadi cemas, kurang dewasa, tidak pandai menyelesaikan hal-hal yang mendasar, tidak terampil bersosialisasi dan sebagainya.


Jadi, sembari menyembuhkan luka masa kecilku, aku memilih bergabung dengan suami untuk mencari formula pengasuhan atau gaya parenting yang sekiranya dapat menjauhkan si kecil dari bullying dan juga mencegahnya menjadi pelaku tindak bullying. Kami mengawalinya dengan membuka memori saat aku mengalami bullying. 


Aku sempat keberatan dengan ide dari suamiku ini. Karena rasanya menyesakkan tiap kali membahas soal luka masa kecil. Tapi, kata suami, ini juga bagian dari tahapan menyembuhkan luka masa kecilku dan juga demi si kecil, aku akhirnya mau melakukannya. 


Kami mencari penyebab aku mengalami bullying. Nah, dari situ kami membuat formula gaya parenting untuk menjauhkan si kecil dari tindak bullying dan mencegahnya menjadi pelaku bullying. 


Gaya Parenting Agar Anak Tidak Menjadi Korban Bullying dan Tidak Menjadi Pelaku Bullying


1. Demokratis

Ada 3 macam pola asuh menurut Diana Baumrind yakni pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh permisif. Dari 3 pola asuh tersebut, aku dan suami sepakat memilih pola asuh demokratif. Orangtua lain juga mungkin akan memilih hal yang sama seperti kami. 

Salah satu alasan kami memilih pola asuh demokratif adalah adanya komunikasi dua arah antara orangtua dan anak di dalam pola asuh tersebut. Ini penting bagiku. 

Aku punya alasan berpendapat seperti itu. Karena aku merasakan sendiri bagaimana rasanya jika tak ada komunikasi dua arah antara orangtua dan anak. 

Dulu, saat aku di sekolah dasar (bahkan hingga sekolah menengah pertama), bisa dibilang aku jarang berkomunikasi dengan orangtua. Aku tidak terbuka pada orangtua.  Aku nyaris tidak pernah bercerita tentang apa yang aku rasakan, apa yang aku alami, baik di sekolah atau di TPQ. Orangtuaku pun jarang bertanya. Sepanjang hari kami sibuk dengan aktivitas kami masing-masing. Hal inilah yang belakangan aku sadari sebagai sebab aku mengalami bullying berlarut-larut. 

Itulah alasanku mengatakan bahwa komunikasi dua arah itu teramat penting. Komunikasi dua arah antara orangtua dan anak secara otomatis akan membuat anak terbuka pada orangtua. Jika anak terbuka pada orangtua, anak akan menceritakan apa yang ia alami termasuk mengatakan jika ada org yang hendak atau sudah menyakiti atau melakukan tindak bullying padanya.  


2. Membuat anak percaya diri

Untuk memunculkan rasa percaya diri pada anak adalah dengan menstimulasi kelebihan yang dimiliki oleh anak. Hal ini tidak hanya akan menumbuhkan rasa percaya diri melainkan juga menumbuhkan rasa bangga pada diri sendiri. Ia juga akan merasa bahwa dirinya adalah orang yang berharga dan tidak bisa diremehkan, direndahkan, atau bahkan ditindas (bullying) sekalipun. 


3. Melatih berani

Tidak berani adalah salah satu penyebab aku mengalami bullying berlarut-larut. Ya, aku dulu tidak berani mengatakan apa yang aku alami pada orangtua ku karena khawatir akan mengalami bullying yang lebih parah dari biasanya. 

Aku juga tidak berani berkata tidak, jangan, berhenti, pada pelaku bullying. Aku memilih diam, pergi, atau bahkan menangis. 

Oleh sebab itu, aku dan suami sepakat untuk menstimulasi keberanian anak kami dengan cara memberikan ruang baginya untuk mengutarakan pendapatnya serta menghargai pendapatnya itu. Kami juga memberikan contoh padanya melalui interaksiku dengan suami. 

Sebagai tambahan, kami memberikannya buku-buku hingga video-video anak yang didalamnya terdapat adegan berani mengungkapkan pendapat, berani mengatakan yang benar, berani memperbaiki yang salah dan sebagainya.


4. Menstimulasi kemampuan bersosialisasi.

Kemampuan bersosialisasi merupakan salah satu bagian dari kecerdasan majemuk Howard Gardner atau yang juga dikenal dengan kecerdasan interpersonal. Setiap kecerdasan memerlukan stimulasi agar kecerdasan berkembang secara optimal. 



Adapun bentuk stimulasi kemampuan sosialisasi yang kami berikan seperti menstimulasi rasa empati anak, menerima keberagaman, toleransi, dan sebagainya. Lalu lawan atau kebalikan dari rasa-rasa inj, maka bisa jadi mengarah pada tindak bullying. Jika anak menemukan orang yang  tidak memiliki rasa empati, intoleran, dan sebagainya, maka ia harus waspada dengan orang tersebut. Pengetahuan ini bisa jadi alarm baginya sehingga terhindar dari tindak bullying. Hal ini juga bisa mencegah anak menjadi pelaku bullying itu sendiri.

Harapan kami, stimulasi dan pengetahuan kemampuan sosialisasi yang kami berikan dapat menjadi bekal baginya saat ia bersosialisasi di sekolah, di tempat mengaji (TPQ), saat bermain, atau dimanapun ia berada. 


5. Memberikan contoh baik pada anak

Aku tahu bagaimana rasanya dibully, oleh sebab itu aku benar-benar menjaga diri untuk tidak menjadi pembully pada anakku,  pada siapapun. Aku berharap apa yang aku lakukan ini dapat menjadi contoh bagi anakku sehingga ia tidak akan menjadi si pelaku bullying. 


Seperti itulah formula gaya parenting yang kami terapkan pada si kecil. Namun formula tersebut tidak bersifat mutlak. Kami masih terus belajar, belajar, dan belajar menjadi orangtua untuk si kecil. Salah satunya belajar di website, dan media sosial the Asian Parents Indonesia. 


The Asian Parent adalah situs terbaik di Indonesia yang membahas seputar kehamilan, bayi, tumbuh kembang anak, kesehatan anak, nutrisi anak, serta pengasuhan. Di sini aku bisa belajar banyak hal, tak hanya materi melainkan belajar dari para orangtua yang share pengalaman gaya parenting mereka. Jadi formula tersebut mungkin saja bertambah seiring pengetahuan dan pengalaman yang kami dapatkan. 


Terlepas dari itu, aku, sebagai orang yang pernah menjadi korban bullying sungguh-sungguh berharap sepenuh hati, tidak akan ada bullying lagi. Aku berharap ada tindakan nyata dari dunia pendidikan yang didukung oleh yang terkait termasuk para orangtua untuk mencegah terjadinya bullying lagi. 


Semoga dengan usaha nyata untuk mencegah terjadinya bullying yang dilakukan secara bersama-sama dapat menjadikan Indonesia bebas bullying sehingga tidak akan lagi menduduki posisi tertinggi kelima di dunia soal Murid Korban Bully yang mencapai persentase sebesar 41.1% di tahun 2018 menurut Organisation for Economic Cooperation and Development tahun 2019 (dalam katadata.co.id).


Dah, yang terakhir, mari kita berdo'a  semoga anak-anak kita senantiasa berada dalam lindunganNya dan dijauhkan dari tindak bullying, menjadi pelaku bullying atau yang menyaksikan tindakan bullying. Aamiin aamiin ya robbal'alamiin. 

***

Referensi :

KKH Darmayanti, Farida Kurniawati, Dominikus David Biondi. (2019). Bullying di Sekolah: Pengertian, dampak, pembagian dan cara menanggulanginya. Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan UPI, Vol 17, No 1.

Sourander Andre, dkk. (2016).  Association of Bullying Behavior at 8 Years of Age
and Use of Specialized Services for Psychiatric Disorders
by 29 Years of Age.
JAMA Psychiatry, 73 (2): 159-165.

Shams H, Garmaroudi G, Nedjat S. (2017). Factors Related to Bullying: A Qualitative Study of Early Adolescent Students. Iran Red Crescent Med J, 19(5):e42834, doi: 10.5812/ircmj.42834.

https://id.theasianparent.com

https://m.rri.co.id/nasional/peristiwa/765103/kpai-sepanjang-2019-153-aduan-kasus-kekerasan-di-sekolah

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/12/12/pisa-murid-korban-bully-di-indonesia-tertinggi-kelima-di-dunia


Kontemplasi Webinar IIDN dan IM3Ooredoo: Memenangi Lomba Blog

 

Kalah Lomba Blog Bertubi-tubi


Dramatis ya, subjudulnya? 

Tapi, itu fakta, sih. Itu yang memang saya alami. Kalah Lomba Blog Bertubi-tubi. Kasihan sekali. 
😅

Namun, setelah saya mengikuti kelas yang diadakan oleh IIDN juga IM3Ooredoo, kekalahan lomba blog bertubi-tubi yang saya alami itu, tidak lagi terasa menyedihkan, melainkan rasanya menjadi hal yang wajar. Lah, kok gitu?


Di kelas IIDN Sabtu lalu, mbak Widyanti Yuliandari, yang merupakan ketua IIDN sekaligus pemateri, berbagi pengalamannya mengenai apa saja yang mbak Wid lakukan dan upayakan untuk memenangi lomba blog. FYI, mbak Widya ini langganan juara lomba blog, lho.




Ternyata, usaha yang dilakukan mbak Wid dalam menggarap sebuah artikel yang akan ia ikutkan lomba blog itu benar-benar totalitas. Warbiasak Khan Main usahanyaaaaa.


Kontemplasi di Webinar Terakhir IIDN dan IM3Ooredoo: Memenangi Lomba Blog, Tahu Sebab Kalah Lomba Blog Bertubi-tubi.


Saya lalu memindai diri saya sendiri. Saya bermonolog dengan diri saya sendiri. Saya bertanya apakah saya sudah melakukan upaya seperti apa yang mbak Wid lakukan? Ataukah tidak? Mari cek, yuk.


  • Mulai dari memilih lomba yang mau diikuti. 
Tidak semua lomba blog yang mbak Wid ikuti. Rata-rata lomba blog yang diikuti tidak jauh dari niche blognya. 

Bagaimana dengan saya?
Sama, tidak semua lomba blog saya ikuti. Sadar diri, tidak menguasai materi dan bukan Niche blog juga.

  • Durasi pengerjaan lomba blog.
Setelah memilih lomba blog yang mau diikuti, mbak Wid lalu menyimpan informasi tersebut ke dalam file khusus. Ini ia lakukan agar ia tidak lupa dengan lomba blog yang ingin ia ikuti. 
Durasi waktu pengerjaan blogpost untuk lomba cukup lama bahkan ada yang mencapai 1 bulan. Kata mbak Wid, ia butuh waktu untuk 2 Minggu untuk cari ide, cari referensi, riset-riset juga. Setelah ia paham betul dengan materi, referensi-referensi, juga riset-riset sederhana yang dilakukan, baru kemudian ia jadikan tulisan. Terakhir, mbak Wid melengkapi tulisan dengan infografis dan sebagainya. Jadi SKS tidak ada dalam kamus mbak Wid. 

Bagaimana dengan saya?
Mengerjakan mendekati dateline. SKS di lomba yang ini, lomba yang itu, semuanya SKS. Wadidawlah. 😅

  • Menentukan ide tulisan yang akan diikutkan lomba blog. 
Ini unik. Jadi untuk menentukan ide tulisan, mbak Wid mencari irisan antara dirinya sendiri dan tema dari lomba blog tersebut. Namun, tak cukup sampai di sini, mbk Wid juga melakukan riset, lho, untuk menemukan ide tulisan. Risetnya pun bukan hanya di artikel-artikel yang ada di laman google, karena ini bisa membuat tulisan jadi tidak unik, kata mbak Wid. Sedangkan mbak Wid menyukai yang unik atau anti mainstream. Jadi biar unik, biar beda, mbak Wid cari referensi di jurnal ilmiah. Mantul betul nggak, tuh? Anti mainstream ini. 

Kalau saya? 
Sama, cari irisan juga antara diri sendiri dengan tema lomba blog. Tapi ya, gitu. Mainstream euy hasil tulisan saya, donk donk donk. 😅
Menengok dari cara cari ide, cara cari referensi ala mbak Wid, pantas saja tulisan saya jadi mainstream. Lawong nyari referensinya hanya di halaman 1 google. 🤣

  • Cek tulisan dan syarat ketentuan lomba blog. 
Kata mbak Wid, ia sering sekali typo. Oleh sebab itu, ia selalu mengecek kalimat di tulisan yang ia buat, di infografis, dan sebagainya. Mbak Wid juga berhati-hati soal memenuhi syarat dan ketentuan lomba blog. Tidak boleh ada yang terlewat. 

Bagaimana dengan saya?
Karena tulisan baru selesai menjelang deadline, walhasil jadi abai dengan kata-kata yang typo, tidak sesuai KBBI, dan sebagainya. Fokus perhatian pada syarat dan ketentuan yang berlaku serta sinyal internet yang kadang tak bersahabat di detik-detik deadline lomba. Ya Allah, mak endredeg rasaneee, kuatir artikelku ora katut .
😅

  • Mempromosikan tulisan yang diikutkan lomba. 
Mbak Wid memaksimalkan media sosial yang dimiliki. Setiap tulisan yang ia ikutkan lomba selalu ia share di setiap media sosial miliknya. Mbak Wid juga merespon setiap pengunjung yang meninggalkan komentar di tulisan yang ia ikutkan lomba baik di blog maupun di media sosialnya. 

Bagaimana dengan saya? 
Apalah apalah. 😅



Dah, dari poin-poin di atas, saya jadi paham mengapa selama ini saya kalah lomba blog bertubi-tubi. Lawong usahanya cuma ngunukui, cuma begitu saja. Jadi wajar kalau saya kalah lomba blog sampai bertubi-bertubi. Bertubi-tubi gigit jari, ya? Iyaaaa, hahay.


Mengoptimalkan Peluang Dunia Blog.




• Memenangkan lomba blog.

Kemudian setelah saya dapat ilmu dan pencerahan dari Webinar yang diadakan IIDN juga IM3Ooredoo lalu berkontemplasi, saya pun memutuskan untuk segera berbenah. Saya mau memperbaiki cara atau langkah-langkah yang saya lakukan saat ikut lomba blog lagi suatu hari nanti. Syukur-syukur kalau bisa seperti cara-cara yang dilakukan mbak Wid. Tapi, meskipun saya sudah melakukan langkah-langkah seperti yang dilakukan mbak Wid, saya tetap harus memasang legowo mode on. Karena apa?


• Dapat Job Nulis

Kata mbak Wid, kalaupun sudah berupaya maksimal, namun hasilnya tetap tidak menjadi pemenang, jangan baper apalagi sampai bermuram durja, legowo-lah. Toh, masih ada hal lain yang secara otomatis bisa didapatkan dengan mengikuti lomba blog, seperti traffic blog jadi meningkat, tulisan berkualitas di blog makin bertambah, isi blog tidak dipenuhi dengan suara hati seorang istri eh curahan hati seorang istri maksudnya, dan boom-nya nih, dapat mendatangkan job untuk blogger macam saya. Btw, Saya suka sekali yang bagian boom-nya ini, lho. Jadi kalau teman-teman punya job, ajak-ajak saya ya.

😍


Berbagi Informasi

Yup, ini juga termasuk mengoptimalkan dunia blogging yakni bisa berbagi informasi yang kita dapatkan kepada para pengunjung blog. 


Mulai Berusaha Mengoptimalkan Dunia Blog




• Buat Banyak Blogpost yang Berkualitas

Sekarang, saya sudah mulai mempraktekkan ilmu yang saya peroleh dari Webinar IIDN dan IM3Ooredoo. Saya mengawalinya dengan membuat blogpost-blogpost untuk update blog yang mana dalam proses pembuatan blogpost tersebut, saya menerapkan beberapa langkah yang dilakukan oleh Mbak Wid dalam membuat artikel untuk diikutkan lomba. Mengapa begitu?

Saya sadar dengan kemampuan saya sendiri. Saya merasa butuh banyak berlatih agar nantinya bisa membuat blogpost yang berkualitas.


• Menggunakan Provider Seluler yang Berkualitas

Untungnya, dalam proses latihan saya ini, saya ditemani dengan IM3Ooredoo. Ya, saya pengguna IM3Ooredoo sejak dulu kala. Lebih tepatnya sejak 2008. Alasan saya memilih memakai IM3Ooredoo dulu, karena pas di kantong mahasiswa, banyak bonus SMS juga bonus telfon. Jadi komunikasi sama orangtua juga cem-ceman (yang akhirnya jadi suami) lancar jaya, yihaaa. Kalau dihitung-hitung nih, saya menggunakan IM3Ooredoo sudah lebih dari 12 tahun dan masih terus berlanjut.


Iya, rasanya, tidak ada keinginan untuk berhenti menjadi pengguna IM3Ooredoo. Selain karena saya memang tipe-tipe setia (ahay), saya sudah merasakan banyak manfaat selama saya menggunakan IM3Ooredoo ini. Ditambah lagi, IM3Ooredoo ini suka berinovasi. Ada saja inovasinya untuk para penggunanya.


Inovasi IM3Ooredoo terbaru yakni IMPreneur.

Inovasi baru dari IM3Ooredoo yakni paket IMPreneur.
IMPreneur ini khusus yang diciptakan untuk para pelanggan IM3Ooredoo, terutama pelaku usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM (small medium enterprise/SME) di Indonesia yang ingin memberikan kemudahan komunikasi bagi karyawannya. Kemudahan tersebut berupa pemberian kuota, nelpon ke operator lain dan juga kuota bisnis kepada karyawannya. Kuota bisnis ini sendiri meliputi Instagram, Facebook, Whatsapp, Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Traveloka, Ovo, Gopay dan Dana. Nah, pemberian kuota ini bisa dibagikan hingga ke 25 orang karyawan.

Untuk paketnya sendiri terdiri dari 3 paket :
Paket Max (320 GB) dengan 300 GB kuota utama - 20 GB kuota aplikasi
Paket Pro (130 GB) dengan 120 GB kuota utama - 10 GB kuota aplikasi
Paket Fit (65 GB) dengan 60 GB kuota utama - 5 GB kuota aplikasi


Menarik, bukan? Yup. Untuk informasi yang lebih lengkap, kunjungi saja website https://indosatooredoo.com.


Saya sendiri tertarik dengan IMPreneur ini. IMPreneur ini bisa saya gunakan untuk mengoptimalkan blog saya dengan cara belajar bersama kawan-kawan blogger lainnya yang juga memiliki jalan ninja eh tujuan yang sama maksudnya. Ah, bayangannya aja seru, deh kayaknya.


Nah, itu sekilas info mengenai inovasi terbaru dari provider favorit saya.


Dah, saya merasa beruntung karena bisa belajar. Saya bisa memperoleh ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan saya di dunia bloging, secara gratis pula. Saya senang sekaligus bersyukur Alhamdulillah. Karena Allah memberikan kemudahan bagi saya untuk mendapatkan ilmu yang nantinya mungkin bisa menjadi salah satu pintu rejeki bagi saya, rejeki yang bisa membantu mewujudkan mimpi saya untuk membangun sebuah sekolah gratis yang berkualitas. Mau banget, Ya Allah.


Untuk IIDN
Akhir kata, saya berharap semoga apa yang dilakukan IIDN, yakni memberikan ilmu yang sebermanfaat ini, yang didukung oleh im3Ooredoo tentunya, tidak berhenti sampai disini. Saya berharap masih ada lagi webinar-webinar lainnya dari IIDN, lagi, lagi, lagi, dan seterusnya. Aamiin ya robbal'alamiin.

Terima kasih banyak, IIDN juga im3Ooredoo. Semoga IIDN semakin bersinar terang, layaknya sinar mentari. Sunlight like a diamond, IIDN.

***

 














Adaptasi Kebiasaan Baru, Cuci Baju Higienis Bebas Virus Covid-19



Hai, apa kabar? 
Aku do'akan semoga kamu selalu dalam kondisi sehat, dan bahagia. Aamiin. 

Emmmm, ngomong-ngomong, sudah 3 bulan lebih aku banyak berdiam diri di rumah saja. Kamu juga gitu, nggak? Aku pikir sebagian besar masyarakat juga lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Apalagi kalau bukan karena covid 19 alias virus Corona. 

Aku masih ingat moment-moment di beberapa bulan lalu, dimana virus Covid-19 belum datang menghampiri negeri ini. 

Rindu jalan-jalan sama keluarga



Rindu naik kendaraan umum
tanpa resah Corona



Rindu me time sama teman-teman

















































Dan sekarang aku tengah merindukannya. Rindu berkumpul dengan teman-teman, ngobrol haha hihi jumpalitan dempet-dempetan, tanpa rasa cemas akan covid-19. Rindu naik kendaraan umum uyel-uyelan, tanpa dilanda rasa khawatir ada covid-19. Intinya, rindu bebas beraktivitas di luar rumah tanpa resah ada virus Covid-19 yang mungkin nempel di kulit ataupun terbawa di barang atau nempel di baju yang dipakai. Rinduuuuu....

Saking rindunya, mungkin lebih dari 3000. #RinduLebih3000. Hahay 

Saat Ini, Masa Berjuang Bersama Melawan Covid-19


Tapi, rasanya, aku malu untuk memikirkan rindu akan masa sebelum Covid-19 datang ke negeri ini, jika menengok bagaimana perjuangan Nakes (dan yang terkait) menghadapi pandemi covid 19 ini. 

Rasanya, saat ini, bukan masa yang tepat untuk memupuk rindu sehingga makin tumbuh subur bahkan mengakar tangguh. Bukan, bukan masanya. Karena, saat ini, adalah masa untuk turut berjuang bersama menghadapi covid-19. Hiyat ciyat ciyat. 

Perjuangan Melawan Covid-19 ala IRT


Sebagai seorang istri juga Ibu, aku punya bentuk perjuangan sendiri yakni memastikan keluarga terhindar dari virus Covid-19. Dan alhamdulillah, perjuanganku ini terbantu dengan adanya kebijakan pemerintah berupa pelaksanaan pendidikan secara jarak jauh dan bekerja dari rumah. Jadi anak dan suami berada di rumah semua. Sayangnya, hal ini tidak berlangsung lama, karena suami sudah harus kembali bekerja di luar rumah. 


Suami pun betul-betul menerapkan adaptasi kebiasaan baru (AKB) atau yang lebih dikenal dengan new normal. Dan ini, cara yang menurut para ilmuwan atau para ahli, handal menghalau Covid-19. 

Tapi, kalau boleh jujur, rasa khawatir pada suami yang bekerja di luar rumah masih terhimpun di hati aku, terutama setelah membaca beberapa informasi mengenai penularan virus covid-19.

Virus Covid-19 Bisa Menempel di Pakaian ?


Penularan covid-19 itu sendiri dari droplet orang terjangkit. Aku baca di kompas.com, disitu dituliskan hasil penelitian dari Self, ahli MIT, bahwa partikel percikan droplet yang berukuran lebih kecil ternyata dapat terbang sejauh 2,5 meter ke arah horizontal. Kemudian untuk partikel yang lebih besar dapat mendarat sejauh 1.8 meter. Lalu untuk partikel droplet yang berukuran lebih kecil dapat bertahan di udara sampai 24 jam dan dapat menyemprot sejauh delapan meter. Waduh, jauh banget jangkauannya, euy. Tak cukup sampai di situ, bahkan bisa bertahan lama juga di udara, 24 jam. Ya ampuuun. 

Jadi bisa dibilang, dengan jarak terbang di udara sejauh 1.8 hingga 8 meter, amat sangat memungkinkan (apalagi di keramaian), droplet tersebut bisa jadi menempel pada benda-benda yang ada di sekitar, salah satunya pakaian. 

Nah loh, ini dah yang membuat aku resah setiap kali melepas suami pergi bekerja ke luar rumah. Khawatir, adanya droplet dari orang terjangkit yang tidak disengaja nempel di pakaian suami. Duuuuhh.. jangan sampai deh. 

Mesin Cuci yang Sudah Beradaptasi Dengan Kebiasaan Baru


Ah, kalau kayak gini, aku jadi mendamba bisa memiliki mesin cuci yang memiliki kemampuan tidak hanya handal membersihkan kotoran melainkan juga mampu membasmi virus-virus, atau bakteri yang mungkin nempel di pakaian.

Loh, memangnya ada mesin cuci yang memiliki kemampuan seperti itu? Ada dooonkkkk. Namanya Mesin Cuci Modena Calma WD ?

Sepintas, mesin cuci Modena Calma ini nampak seperti mesin cuci pada umumnya. Tapi begitu mengenal Fitur-fitur Mesin Cuci Modena Calma ini, (dari laman Website Modena) barulah tahu bahwa mesin cuci Modena CalmaWD 1157 ini lain dari yang lain.








1. Front Loading Dryer.

Ada beberapa keuntungan yang dapat dirasakan jika memilih atau memakai mesin cuci dengan front loading dryer. Pertama, bisa hemat penggunaan air. Kedua, hemat listrik. Ketiga, hemat penggunaan deterjen.  

2. +11 Washing Program.

Mesin cuci Modena WD ini memiliki 11 washing program antara lain cotton, auto dry, air wash, quick wash, spin, rise+spin, wool, mix, down jacket, bedding, dan drum clean. Banyak, kan? Iyup. Senang sekali, 11 macam program pencucian ini, mempermudah dalam urusan cuci mencuci pakaian anggota keluarga. Kalau pengin mencuci jaket, tinggal cemplungin ke mesin cuci lalu klik tombol jaket dan begitu seterusnya.

3. Adjustable Water Temperature.
Ini berfungsi untuk mengatur suhu air selama proses mencuci. Bisa pakai air panas, atau air dingin. 

4. Start/Pause Button. 
Tombol ini mempermudah kegiatan mencuci. Jika ingin berhenti sejenak meskipun dalam proses mencuci, kita bisa memencet tombol tersebut. 

5. Detergent Box.

Manfaat adanya kotak deterjen di mesin cuci, tentu saja mempermudah proses mencuci serta tidak membuat deterjen tumpah kemana-mana yang mengakibatkan rumah jadi kotor. 

6. Adjustable feet. 

Adanya Adjustable feet membuat mesin cuci kokoh berdiri, atau tidak mudah bergeser. 

Selain fitur-fitur di atas, Mesin Cuci Modena Calma WD ini juga memiliki beberapa fungsi tambahan yakni Child Lock yang berfungsi membuat si kecil aman dari aksi bahaya yang mungkin bisa si kecil lakukan saat berhadapan dengan mesin cuci, lalu Speed selection yang bisa membuat kita men-setting cuci cepat atau santai, kemudian ada fungsi time delay, Temperature selection, dan sebagainya..

Nah, dari fitur-fitur juga fungsi tambahan yang dimiliki oleh Mesin Cuci Modena Calma ini, maka bisa dilihat Keunggulan Mesin Cuci Modena Calma WD 1157 ini. 






















1. Memastikan Drum dalam Kondisi Steril. 

Drum adalah tempat berlangsungnya proses pencucian dan pengeringan pakaian. Jadi jika drum dalam kondisi bersih, maka pakaian pun juga ikut bersih. Hal ini berlaku sebaliknya. 

Nah, di mesin cuci Modena Calma WD 1157 ini, kita tidak perlu memikirkan soal kebersihan drum cuci dan kering. Karena mesin cuci Calma WD 1157 sudah dilengkapi Automated Drum Cleaning yang bertugas memastikan drum tempat berlangsungnya proses mencuci hingga mengeringkan dalam kondisi higienis. 

2. Dapat Melakukan Pencucian dengan Air Panas. 

Seorang ahli dermatologi Alok Vij mengatakan bahwa mencuci pakaian dengan air dan deterjen sangat efektif untuk membunuh virus Covid-19 dan mengeluarkan virus-virus tersebut dari pakaian. 

Lebih detil, seorang ahli kesehatan masyarakat Carol Winner mengatakan bahwa menggunakan air panas untuk mencuci dan memberi waktu ekstra pada pakaian untuk terpapar suhu panas setidaknya di atas 80 derajat Fahrenheit atau sekitar 26 derajat Celcius.

Nah, di Mesin Cuci Modena Calma WD 1157 ini terdapat pengaturan suhu. Jadi bisa disetting mau mencuci memakai air dingin atau air hangat. Namun untuk kondisi seperti saat ini, rasanya lebih tepat untuk mencuci pakaian menggunakan air hangat. Dah, senangnyaaaa, kalau mencuci pakai mesin cuci Modena Calma WD 1157 ini, tak perlu lagi capet-capek memasak air biar Mateng eh sampai terasa hangat atau bahkan mendidih.  

3. Dapat Melakukan Pembilasan hingga 5 Kali.
 
Proses pembilasan di Mesin Cuci Modena WD 1157 ini bisa disetting hingga lima kali cuci bilas. Tujuannya untuk memastikan tidak ada sisa deterjen yang menempel pada hasil cucian.

4. Menjaga Serabut Serat Kain

Meski melalui berkali-kali pembilasan, serabut serat kain tidak akan berubah alias terjaga. Jadi tidak ada rasa tidak nyaman akan pakaian yang dicuci menggunakan mesin cuci Modena Calma WD 115i7 ini  Hal itu diperoleh berkat Ergodrum, yaitu tabung cuci yang ramah terhadap pakaian sehingga tidak akan mempengaruhi struktur serat pada kain.

5. Ramah Lingkungan

Sebagai daerah yang terkadang mengalami yang namanya air mati atau air mengalir hanya sedikit, aku pasti akan terbantu dengan hadirnya Modena Calma WD 1157. Sebab, mesin cuci Calma WD 1157 ini memiliki kemampuan mengukur dan menyesuaikan kebutuhan air dengan muatan mesin cuci. Sehingga membuatnya lebih hemat air.

6. Kapasitas Besar.

Selain itu, mesin cuci Modena Calma WD 1157 ini memiliki kapasitas 11 kilogram. Besar, kan?

7. Mampu Mengatasi Interupsi di Tengah Proses Pencucian. 

Fitur Power-Off Memory berfungsi  mengatasi interupsi di tengah-tengah proses pencucian, seperti mati listrik atau ingin menambah pakaian lain.

8. Estetika.

Sementara dari sisi estetika, Modena Calma WD 1157 berwarna Titanium ini mampu menambah kesan elegan pada interior ruang cuci. Tak cukup sampai di sini, mesin cuci Modena WD 1157 ini juga dilengkapi dengan LED Display sebagai pusat kendali layar sentuh. Ini tentu akan memudahkan pengoperasian namun juga mempercantik tampilan serta tetap menyuguhkan kesan modern. 

Tuh kan, gimana nggak jadi dambaan mengingat Mesin Cuci Modena Calma ini memiliki kemampuan yang keren begitu. Oya mengenai harganya, mesin Cuci Modena Calma ini dibandrol 12 jutaan. Bagiku, ini sepadan dengan performa dari Mesin Cuci Modena Calma 1157 yang kece badai. 

Ah, aku jadi makin mendamba  Mesin Cuci Modena Calma WD 1157. Aku membayangkan ketenangan yang mungkin akan aku rasakan saat mencuci pakaian suami yang dikenakan saat bekerja atau beraktivitas di luar rumah dengan menggunakan mesin cuci ini. Karena pasti akan terbebas dari kemungkinan adanya virus Covid-19 yang masih aktif menempel di pakaian suami. Tenaaaanggggg. 

Bagaimana? Kamu tertarik ingin memiliki mesin cuci Modena Calma WD 1157 ini juga, kan? Iyup. Silakan cek informasi lebih lanjut soal mesin cuci ini di website Modena. Kamu juga bisa membeli mesin cuci ini di website Modena. Soal ongkir, bisa free, jika kamu berada di Bali, Surabaya, Malang dan Kediri.

Oya, sebagai tambahan informasi, nih, buat teman-teman blogger khususnya, bahwa Modena dan Ibu-ibu Doyan Nulis tengah mengadakan kompetisi blog dengan tema "Live Healthy be Happy, adaptasi new normal dalam kehidupan keseharian."

Jangan lupa ikutan, yak. Hadiahnya banyaaaakkkkkk. Untuk info selengkapnya, kamu bisa klik di sini. 













Baiklah, sampai di sini dulu ya, ceritaku soal Adaptasi Kebiasaan Baru versi Aku Berupa Cuci Baju Higienis Bebas Virus Covid-19.  Juga cerita soal Mesin Cuci Modena Calma WD yang sudah jadi idaman hati terutama di Adaptasi Kebiasaan Baru ini. 

Next, insyaAllh kita ketemu lagi di bahasan yang lain. Yuk dadaaahh bye bye. 


Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

About Me

Halo Assalamu'alaikum, Aku Inda, guru tk. Aku  ibu dari dua bocil, ken dan yumna, yang suka menulis, suka kulineran, jalan-jalan...