Cara Menghaluskan Daging Tanpa Mesin
Yup, meluncurlah kami, daku dan suami, ke pasar, bukan hendak berkeliling keliling pasar, tp hendak menggiling daging kurban dan mengubahnya menjadi adonan. Nanti di rumah, aku tinggal membentuk adonan tersebut bulat bulat plus bikin kuahnya saja. Rebes deh.
Tiba di tempat giling daging. Beugghhh. Hidung serasa diserbu sama aroma daging. Yah namanya jg tempat penggilingan daging. Jadi ya gitu itu kan.
Kami memilih tempat yang sudah direkomendasikan tukang bakso langganan kami. Di tempat itu, kita bisa request mau adonan yang perbandingan dagingnya lebih banyak dari tepung atau sebaliknya. Kalau mau bawa bumbu sendiri juga bisa. Kalau aku sama suami, rencananya, memilih adonan yang lebih banyak dagingnya daripada tepungnya. Kan buat dikonsumsi keluarga. Biar lebih nampol juga kan.
Kami harus mengantri terlebih dahulu, cukup panjang, karena ternyata banyak yang seperti kami. Bingung mau dimasak apa lagi tuh daging sapi.
Masa menunggu, membuat daku bergumam: "koq gitu?".
Kenapa ?
Karena tempat penggilingannya yang tidak higienis menurutku. Becek. Mungkin itu disebabkan air-air tetesan daging setelah dicuci.
Orang yang merekomendasikan tempat penggilingan ini sih bilang kalau ini tempat yang paling bersih dari tempat lainnya.
Akan tetapi ada yang lebih membuatku menjadi makin kurang sreg karena yang handle adonan itu lohhh, laki laki berkaos singlet. Kalau ada yg netes dari celah lengan dan bahu itu gimanaaaa. Semoga saja tidak *crossfinger.
Mungkin laki laki bersinglet itu kepanasan kali ya. Berada di ruang sempit. Banyak org antri lagi. Tanpa penghadir angin pula alias kipas angin.
Sejak itu, daku nggak mau lagi. Kapok rasanya mau menggiling daging di tempat itu. Aku akan mencari tempat menggiling daging sendiri saja. Yang sekiranya bersih.
Salahku juga sih ya. Seharusnya aku survey terlebih dahulu soal kondisi tempat penggilingan daging yang direkomendasikan oleh pak bakso langganan adekku.
Karena aku keburu ilfeel dengan tempat penggilingan daging itu, aku mengajak suami untuk balik kanan alias pulang.
Tiba di rumah, daging pun segera aku masukkan freezer. Lalu aku bergegas untuk istirahat karena antri di tempat penggilingan tersebut berhasil bikin aku lelah. Sambil istirahat, leyeh-leyeh, aku pun memikirkan gimana caranya menghaluskan daging tanpa mesin.
Nah, tetiba aku dapet wangsit. Aku punya ide gimana caranya menghaluskan daging tanpa mesin.
Ide tersebut adalah seperti ini:
Pertama, aku keluarkan dulu daging yang beku lalu aku tunggu sampai kadar es nya berkurang atau sampai bisa diiris dengan pisau.
Kedua, letakkan irisan daging beku tersebut di atas cobek batu. Lalu ditinju tinju pakai ulekan.
Dan ternyata, cara ini berhasil. Si daging berhasil halus. Meskipun tak sehalus yang digiling. Tapi lumayan.
Masalah terpecahkan. Daku bisa menghaluskan daging tanpa mesin. Daku bisa menghaluskan daging dengan cara manual. Senengnyaaaa.
Jadi bisa bikin pentol bakso lagi nih. Aseeggg. Sajian bulan dzulhijjah, gk melulu sate gule rendang aja. Tapi bisa dijadikan bakso pula.
O ya, kalau daging ayam lebih mudah dihaluskan (seperti di gambar). Daging sapi, masih sedikit berserat. Semoga bermanfaat dan selamat mencoba ya.
Baca juga : Cara cepat membuat daging empuk .
Membaca Ayat-ayat Al Quran Saat Hamil
Hai, Namaku Ken. Kemunculanku di sini, hanya ingin berbagi cerita tentang emakku yang luar biasa. Luar biasa aneh. Luar biasa dudul. Luar biasa lebay. Liar biasa hebat. Luar biasa tangguh. Dan luar biasa sayang padaku.
Ah emaaakkk. Aku juga sangat menyayangimu mak. Hiks.
Ya udah ah, langsung ke TKP aja ya. Cekidot.
***
Trimester Ketiga
Pertama kalinya aku bertemu emak itu tanggal 12 November 2012. Jam nya lupa. Tapi kayaknya sore deh.
Waktu itu memang aku belum bisa melihat wajah emak, namun aku bisa mengenali suara emak yang khas itu. Ngebas ngebus ngebos. Mirip laki-laki.
Aku mulai benar benar bisa mendengar suara emak itu, kalau nggak salah, saat usiaku 25 minggu di perut emak.
Tapi kata ayah, sejak aku masih usia 6 minggu, emak sudah suka mengajakku ngobrol. Tentang apa yang sedang emak lakukan. Jalan-jalan yang dilewati emak. Lihat apa. Bahkan mau makan pun emak selalu bilang menu makanan yang akan ia makan. Nggak semuanya sih pembicaraan emak aku dengerin. Kadang kalau aku ngantuk berat, emak mash pengen ngobrol, ya udah aku cuekin aja. Maaf ya mak. Maklum, bayi memang butuh banyak tidur kan mak.
Selain itu, emak juga suka mendendangkan lagu untukku. Entah lagu apa, pokoknya ada was wes ach ich uch gitu dah. Nggak jelas. Emak juga suka mengajakku mendengarkan musik klasik mozart. Kalau aku bisa request waktu itu, lebih baik dengerin mozart dah daripada harus denger emakku nyanyi. Soalnya suara emak gitu sihhh.
Emak juga senang mengajakku mengaji. Pernah ya, bukan pernah sih, tapi sering, iya sering. Kalau emak ngaji biasanya nggak satu surat aja, tapi minimal 2 surat, yusuf maryam, yusuf dan al kahfi, dan apa lagi ya. Lupa. Emak baca surat surat itu ada maksudnya loh, katanya kalau aku perempuan bisa cantik kalau laki laki jadi tampan.
"Udah lah mak, be your self mak, be your self " aku mengirimkan telepatiku pada emak. Tapi emak tetep ngotot. Tetep ngaji surat surat itu aja. Aku kan pengen emak nggak hanya ngaji surat surat itu aja. Tapi ya sudahlah.
Usia 0 sampek 5 bulan, kata ayah, emak memang sering ngaji 2 surat itu. Nah setelah tau jenis kelaminku laki laki, surat yang dibaca emak mulai berubah yusuf sama al kahfi.
Pikirku ya mungkin emak sudah paham bahwa kalau bibitnya begitu, jadinya ya begitu. Masak bibitnya begitu, buahnya jadi justin bieber.
Tapi makin kesini, aku sadar ternyata emak masih sama saja. Bedanya cuma maryam diganti dengan al kahfi.
'koq berubah mak ?"telepatiku pada emak.
Emak pun menjawab : "biar jadi laki laki sejati, nggak 'lentik' kayak anak alay".
Aku ?. Tepuk jidat.
Saat Posisi Janin Belum Pada Tempat Seharusnya
Hai, Namaku Ken. Kemunculanku di sini, hanya ingin berbagi cerita tentang emakku yang luar biasa. Luar biasa aneh. Luar biasa dudul. Luar biasa lebay. Liar biasa hebat. Luar biasa tangguh. Dan luar biasa sayang padaku.
Ah emaaakkk. Aku juga sangat menyayangimu mak. Hiks.
Ya udah ah, langsung ke TKP aja ya. Cekidot.
***
Trimester Ketiga.
Hoaammmm..ngantuk berat nih. Mata nggak bisa melek, gara-gara diajak emak nonton bola tadi malem. Mau tidur nyenyak juga nggak bisa. Soalnya emak lagi bertingkah aneh.
Aneh gimana ?. Ya begitu itu, suka nungging. Bukan karena pengen ngentut. Kalau karena pengen ngentut, ngapain juga emak sujudnya lama banget. Sampek aku ngira emak tertidur... eee beneran tidur ternyata.
Kebiasaan aneh emakku ini dimulai saat emak habis periksa kandungan ke Puskesmas. Setelah perut emak dipencet-pencet yang berarti kitik-kitikan geli di tubuhku, lalu ibu bidan berkata begini :
"bayinya belum di posisi yang pas ni Buk, sering-sering nungging ya".
Pulang dari situ, langsung dah si emak berubah.
Nonton tv, nungging.
Ngobrol sm ayah juga nungging nungging.
Ngepel juga nungging.
Untung aja BAB nggak sambil nungging. Kalau sambil nungging, beuugghhh, gimana dah itu jadinya. Jangan dibayangin yaaa. Pokoknya setiap hari emakku ini pasti nungging-nungging.
Aktivitas emak yang baru nih membuat aku nggak nyaman di dalam perut. Ya mau nggak mau kan akhirnya aku harus mencari posisi enak, padahal aku udah nyaman banget di tempat kemarin.
Ya udahlah pindah aja deh. Kebetulan juga udah ketemu tempat enak nih. Kaya'nya pas banget di kepalaku. Coba ah. Tuh kan pas.
***