Kronologi Saat Si Kecil Terserang Step / Kejang



Aku kaget betul saat itu. Si ken yang sedang tidur dipangkuanku sebab ia sedang tidak enak badan (demam), tiba tiba bangun lalu memposisikan tubuhnya seperti saat aku menjadi kuda kudaan buat dia. Ia liukkan badannya. Melengkung.

Tak pernah melihat tingkah begitu saat si ken bangun tidur membuatku memanggil si ayah. Sementara si ayah begitu melihat tingkah ken begitu. Langsung menggendong si ken seraya berteriak minta tolong kepada bapak lalu berteriak teriak lagi seraya memanggil manggil nama si ken.

Melihat si ayah panik, aku langsung mendekati si ken. Dan kudapati si ken kejang di dalam gendongan ayah. Bola matanya sudah naik ke atas. Lalu beberapa saat kemudian, si ken nampak lunglai, namun gigi giginya masih saling beradu lalu mengatup. Mungkin karena si ayah tak ingin gigi gigi tersebut melukai bibir atau lidah si ken, jadi si ayah memasukkan jarinya ke dalam mulut si ken dan gigi gigi kecil si ken pun mulai mendarat di jari si ayah. Sementara aku, apa yang aku lakukan?. Menggila. Terlebih lagi saat melihat si kecil ken tak sadarkan diri. Aku menggila makin parah.

Aku pun berteriak teriak, menyebut Sang Khalik dan berganti meneriakkan nama bapak, meminta beliau untuk segera bertindak cepat. Segera mengejar ayah ken yang sudah berlari keluar rumah sembari menggendong ken yang sudah tidak sadarkan diri. Sayangnya, kunci motor sulit sekali ditemukan. Teriakanku pun semakin menjadi jadi. Dan berhasil membuat para tetangga terbangun dari tidur nyenyak mereka.

Akhirnya kunci motor yang dicari cari pun ketemu. Bapak segera men-starter motor lalu tancap gas menyusul si ayah yang sudah berlari keluar rumah sembari menggendong ken. Para tetangga pun mulai mengerumuni rumah, menanyakan apa yang sedang terjadi. Dan...aku tak bisa memberikan jawaban kepada mereka, karena aku kembali berlarian ke dalam rumah. Mengambil smartphone lalu menghubungi abang sepupu dan memintanya untuk mengantarkanku ke tempat ken dibawa yakni rsu negara.

Tiba di rumah sakit, Ya Allah, wajah ken nampak pucat sekali. Bibirnya bergetar dan memutih. Ia menggigil sejadi jadinya. Suara tangis pun tak terdengar sama sekali, hanya air di matanya yang sebelah kiri mengalir perlahan. Kami berkali kali memanggil namanya, namun ken tak merespon. 

Ya Allah...
Andai saja bisa digantikan. Ingin rasanya sakit yang dirasakan ken aku ambil alih semua. Nyawa pun rela kuberikan untuk si ken.


Dan kira kira sekitar 30 menit kemudian, Alhamdulillah wa syukurillah. Rona wajah si ken mulai berubah. Mulai berwarna. Tidak pucat pasi. Ia pun berhenti menggigil dan juga mulai menangis.

Senang sekali atas perubahan yang terjadi pada si ken. Suara tangisnya pun terdengar sangat amat merdu di telingaku. Alhamdulillah. Ken mulai sadar.

Aku usap perlahan air mata yang jatuh dari kedua matanya. Dan sesekali mengusap air mata yang membanjiri kedua mataku. Serta sesekali mengarahkan tanganku ke mulut saat suara sesenggukanku terdengar keras. Sementara si ayah, hanya melihat wajah si ken, membelai rambut si ken dengan tangan kanannya dan mengelus punggung tangan ken dengan tangan kirinya. Air matanya, ia biarkan jatuh bebas begitu saja.

Tak ada yang berbicara saat itu. Kami hanya fokus melihat dan memperhatikan si kecil ken. Namun hati kami, seakan terhubung dan bersepakat untuk menjaga amanah yang dititipkan Allah kepada kami sebaik dan semaksimal mungkin. Lebih dari saat ini. Kesalahan yang telah kami lakukan, tidak akan terulang. InsyaAllah. Semoga Allah meridhoi niat kami ini amin.

Pelajaran Berharga di Awal Tahun 2016

Sejak kami berada di kapal penyebrangan menuju pulau Bali. Kami sudah merasa ada yang tak beres dengan si cuaca. Biasanya saat menyebrang pasti kami akan disapa bahkan diterpa oleh hembusan angin laut. Namun penyebrangan kali itu kami merasa tak ada angin sama sekali. Puanas puuooll.

Tak hanya kami yang merasakan hal tersebut. Penumpang lain pun juga merasakan hal yang sama. Keringat membasahi wajah dan badan mereka yang ditunjukkan dengan keplehnya daerah bagian ketiak, bagian leher dan punggung mereka.

Si gembul ken juga tak beda jauh dari mereka. Ndromos kotos kotos. Jadi si ayah memutuskan untuk membuka kaosnya dan menyisakan kaos dalam serta celana panjang saja. Karena kalau dibiarkan ia mengenakan baju saat cuaca tengah hot hot nya, ia malah akan masuk angin. Jadi bisa dibilang sejak si ken mau menginjakkan kaki di pulau Bali, si ken sudah berkaos dalam saja.

Baca juga : Menikmati liburan akhir tahun di Bali Barat

Hari-hari selanjutnya pun begitu, kemana mana si ken selalu berkaos dalam. Jalan jalan ke beberapa wisata yang ada di sini, di bali barat sini, ia pun mengenakan kaos dalam saja. Di rumah juga gitu. Karena cuaca bener bener tak bersahabat. Ekstrim cyiinnn. Panas banget. Di pulau jawa banjir dimana mana sementara di sini nyaris tak pernah turun hujan. Mendung pun hanya lewat saja. Mbog ya ngopi ngopi dulu gitu sambil makan menjes atau ote ote, eee malah werrrrr lewat gitu aja tu awan kelabu.

Melihat si ken yang berhari hari hanya mengenakan kaos dalam saja, membuat beberapa orang termasuk orang tua aku, sedikit wanti wanti dengan hal tersebut. "awas masuk angin lho" begitulah kata mereka. Tapi aku tak menggubris wanta dan wanti tersebut. Karena aku merasa tau dan paham betul dengan si kecil.

Baca juga : Teguran Untukku, Si Pengguna Kalimat 'I Know My Son'.

Alhamdulillah apa yang dikhawatirkan orang orang akan keadaan si ken yang bisa masuk angin karena hanya mengenakan kaos dalam saja, tidak terjadi. Aku juga yakin hal itu juga tidak akan terjadi, sebab biasanya kalau ken dipaksa memakai baju saat panas menyergap, si ken malah akan masuk angin.

Ia memang beda. Tak seperti anak anak lainnya yang bisa masuk angin kalau hanya berkaos dalam saja. Selain itu juga, yang membuatku merasa yakin si ken tak akan kenapa kenapa hanya berkaos dalam saja adalah sebab ken memiliki daya tahan tubuh yang super. Saat anak anak sekitar rumah banyak yang sakit, alhamdulillah ken tetap sehat. Selesai imunisasi pun begitu. Hampir tak pernah demam. Sehat wal'afiat.

Pernah sih ken sakit, tapi nggak pernah berlangsung lama. Kalau demam, paling ya sehari semalam. Setelah itu tinggal pemulihan saja.

Hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa aku tak terlalu gimanaaa gitu saat aku memegang kepala si ken dan merasakan sedikit sensasi panas di dahinya. Matanya berkaca-kaca dan kelihatan tak bertenaga.

Ya, tepatnya minggu malam kemarin si ken menunjukkan tanda tanda akan demam. Demam biasa. Aku pikir begitu. Aku pikir 'eeee bentar lagi pasti sembuh'. Aku pikir ken akan baik baik saja. Namun ternyata....
si ken yang tadinya tidur anteng dipangkuanku, tiba tiba terbangun lalu KEJANG bin STEP.

Setiap mengingat kejadian itu, rasanya hati MENCELOS. Nyesel. Nyesel karena terlalu meremehkan demamnya si ken. Demam yang diawali dengan masuk angin. Dan si masuk angin ini datang karena si ken mengenakan kaos dalam saat jalan jalan sore bersama aku dan si ayah naik motor. Dodol banget kan ?. Iyak. Akibat terlalu percaya dengan anti bodi ken. Dan lupa dengan cuaca ekstrim musim pancaroba yang tengah terjadi di sini. Cuaca ekstrim yang siap memporak porandakan anti bodi. Terutama anti bodi yang dimiliki anak-anak yang sedang dalam masa suka bereksplorasi seperti si ken ini. Serta tak menggubris wanta wanti yang diucapkan orang orang sekitarku. Hhhhh. Dasar emak2 dodol. *nunjuk diri sendiri.

Pelajaran yang dapat aku ambil dari kejadian ini adalah :
● Meskipun ken termasuk tipe anak yang menter bin jarang sakit, aku harus tetap waspada.
● Nggak selalu, berkaos dalam bisa mengobati gerah. Malah berpeluang mendatangkan sakit apalagi saat cuaca ekstrim datang melanda.
● Gubrislah *halah. Perhatikan perkataan orang. Jangan langsung dibuang, tapi dipilah dan dipilih terlebih dahulu.

Teguran Untukku, Si Pengguna Kalimat 'I Know My Son'

Karena aku bersama si ken begitu lama, setiap hari, setiap waktu, nyaris tanpa pernah meninggalkannya, membuat aku merasa sangat memahami dan mengerti si kecil ken. Bahkan sampai beberapa hal kecil yang menyangkut per-wc an seperti ini :

■ Kalau ia memegang bagian vitalnya, itu tandanya ia ingin pipis cuma males karena masih asyik dengan aktivitas yang ia lakukan.

■ Kalau alisnya sudah dinaik-naikkan ke atas saat menonton tv, itu tandanya si ken sudah mulai mengantuk. Cuma dibetah-betahin melek demi nonton pocoyo atau bob the train.

■ Kalau ia sering minta anter pipis ke kamar mandi tapi sampai di kamar mandi ia hanya jongkok saja setelah itu minta dicebokin. Itu tandanya si ken pengen buang air besar tapi masih belum 'untup-untup' alias belum di ujung tanduk.

Oleh sebab itu, kalau ada orang yang ngasih saran begini begitu, nasehat ini itu tentang si kecil ken, aku selalu mengatakan 'i know my son' atau tak merespon dan tak menggubris itu semua. Lalu membuang saran dan perkataan perkataan tersebut jauh jauh tanpa dipertimbangkan lagi. Aku lebih tahu anakku, si kecil ken. Aku juga tahu bagaimana mengatasi kerikil kerikil kecil yang berhubungan dengan si kecil ken. Aku tau aku tau aku tau. Apapun itu kecuali masa depannya karena aku tidak seperti mama laurent, aku hanya mama lemon. *hiyaaaaah.

Terus begitu. Begitu terus sampai beberapa hari yang lalu. Saat aku mendapat teguran. Teguran yang maha dahsyat. Yang berhasil membuat aku seperti orang gila. Teriak teriak sambil berlarian ke sana ke mari. Memanggil manggil nama Ken, meneriaki bapak agar segera menyusul ayah ken yang sudah berlari keluar rumah sambil menggendong ken yang sudah tidak sadarkan diri sebab STEP.

Ya Allah.

Saat dalam perjalanan menyusul si ayah dan bapak yang membawa ken ke IGD Rumah Sakit Negara. Aku tak henti henti mengucap istighfar. Memohon ampun kepadaNya. Sebab sudah terlalu angkuh. Menganggap diri paling tau tentang si kecil ken. Tak hirau dengan perkataan perkataan orang sekitarku yang mungkin saja salah satu atau salah dua perkataan tersebut memang benar adanya atau bisa jadi ucapan ucapan orang tersebut adalah sinyal pesan yang dikirimkan Allah untukku lewat perantara mereka. Bisa jadi begitu kan ?. Bisa banget.

Sayangnya aku tak hirau dengan sinyal sinyal yang dikirimkan padaku hingga akhirnya DIA yang menegurku dengan STEP yang dialami si ken. Bahwa tak boleh menganggap diri paling wah. Bahwa jangan sekali kali berjalan di muka bumi dengan begitu angkuh, dan bahwa jangan menganggap diri lebih tau segalanya. Karena DIA-lah yang Maha Segalanya. DIA tau betul makhluk ciptaan-Nya. Termasuk Aku juga si ken.

Facebook  Twitter  Google+ Yahoo