Hasil Uji Laboratorium Sample Darah Si Kecil yang Mengalami Kejang



Alhamdulillah, malam itu, sekitar pukul 12.00 WITA malam, kondisi si ken mulai berangsur angsur membaik, seorang perawat meminta aku atau si ayah untuk mengantarkan sample darah ken ke ruang laboratorium rumah sakit. Entah kapan perawat tersebut mengambil darah si ken. Mungkin waktu aku belum tiba ke rumah sakit. Ya mungkin begitu. Karena saat aku datang, aku tak melihat perawat mengambil sample darah ken. Yang aku lihat adalah, para perawat berusaha memasang infus kepada si kecil ken.

Karena posisi si ayah tengah merangkul si ken, oleh sebab itu aku memutuskan untuk aku saja yang membawa sample darah ken ke ruang laboratorium rumah sakit. Jujur, saat itu ada rasa takut nyasar yang menyelinap di hati ini *halah. Sebab ini adalah kali pertama aku ke rumah sakit tanah kelahiranku ini. 
Masak sih ?. Ho oh. La biasanya kalau berobat kemana ?. Ke dukun *abaikan.

Untuk menghindari yang namanya kesasar, apalagi sampai kesasar ke ruang jenazah di tengah malam begitu *hiiiiiiii, aku bertanya sebaik mungkin kepada si perawat setelah itu melihat denah rumah sakit tersebut. Dan ulala, sukses, aku sukses ke ruang laboratorium rumah sakit tanpa kesasar yeayyyy.

Sehari berlalu, hasil lab. juga belum menampakkan hidungnya di depan kami. Jadi aku berinisiatif menanyakan hal tersebut kepada salah satu perawat yang tengah mengganti infus si kecil ken.
Kata beliau :"Biasanya sehari sudah selesai tapi kalau belum dapat kabar juga, berarti belum selesai. Maklumin ya bu pak, rumah sakit beberapa hari ini rame sekali". 

Hari kedua, sempat ingat. Lalu lufa. Hari ketiga, benar benar tidak ingat. Sebab saking senangnya mendengar kabar baik dari Dokter Komang Wahyu, spesialis anak, yang menyatakan bahwa si ken sudah bisa pulang ke rumah *hurraaayyy. Alhamdulillah.

Setelah menyelesaikan administrasi, aku diberikan sebuah surat pengantar untuk kontrol kondisi kesehatan si ken. Awal mulanya aku tak terlalu memperhatikan surat tersebut. Namun setelah tiba di rumah aku baru ngeh bahwa di dalam surat tersebut ada hasil uji lab. sample darah si ken.Hasilnya adalah step yang dialami ken tersebut tergolong ke dalam KDS dan pemicunya adalah faringitis akut.

Karena aku terlalu penasaran dengan KDS ini maka aku pun mencari informasi tersebut di google. KDS adalah singkatan dari kejang demam sedikit. Dan menurutku sih ini benar. Karena sebelum kejang, si ken sempat demam. Demamnya pun muncul kira kira sekitar jam 9 malam, itupun hanya panas di bagian kepala saja. Sementara bagian bagian sensitif lainnya, seperti ketiak, lipatan lutut, dan leher hanya anget anget kuku saja. Dan siapa sangka kalau dengan demam yang seperti itu, si ken kejang tepat satu setengah jam kemudian. Jadi inilah yang menurutku maksud dari kejang demam sedikit.

Untuk faringitis akut ini bisa dibilang radang tenggorokan. Kalau untuk yang satu ini, aku akui, bener bener luput dari perhatian aku. Aku tidak melihat sama sekali bahwa si ken menderita radang tenggorakan. Dodol kan aku ? ho oh *hiks. Nggak peka banget. Seharusnya, dengan cuaca panas se ekstrim itu, hal hal yang seperti ini harus bisa segera aku deteksi. Ini malah....aaarrggghhhh...maafkan muma ya ken. Janji nggak akan terulang lagi. amin.

Dua hal yang aku sebut di atas tadi, meskipun aku sudah mendapatkan jawabannya dari google, tetap akan aku masukkan dalam daftar pertanyaanku saat akan mengontrol kondisi kesehatan si ken ke dokter wahyu. Harus begitu lah yah. Iyup.

O ya, ada satu hal lagi di surat pengantar tersebut yang membuat anggapanku selama ini salah. Bahwa aku pikir, selalu, anak akan mengalami kejang apabila suhu tubuhnya mencapai 40 derajat celcius ke atas. Nyatanya si ken tidak demikian. Dengan suhu 38,6 derajat celcius saja, si ken sudah mengalami yang namanya kejang. Semoga tidak terjadi lagi ya ken. Ini adalah yang pertama dan terakhir. Sehat selalu ya nak ya, amin.

***

Baca Juga :

Kronologi Saat Si Kecil Terserang Step / Kejang



Aku kaget betul saat itu. Si ken yang sedang tidur dipangkuanku sebab ia sedang tidak enak badan (demam), tiba tiba bangun lalu memposisikan tubuhnya seperti saat aku menjadi kuda kudaan buat dia. Ia liukkan badannya. Melengkung.

Tak pernah melihat tingkah begitu saat si ken bangun tidur membuatku memanggil si ayah. Sementara si ayah begitu melihat tingkah ken begitu. Langsung menggendong si ken seraya berteriak minta tolong kepada bapak lalu berteriak teriak lagi seraya memanggil manggil nama si ken.

Melihat si ayah panik, aku langsung mendekati si ken. Dan kudapati si ken kejang di dalam gendongan ayah. Bola matanya sudah naik ke atas. Lalu beberapa saat kemudian, si ken nampak lunglai, namun gigi giginya masih saling beradu lalu mengatup. Mungkin karena si ayah tak ingin gigi gigi tersebut melukai bibir atau lidah si ken, jadi si ayah memasukkan jarinya ke dalam mulut si ken dan gigi gigi kecil si ken pun mulai mendarat di jari si ayah. Sementara aku, apa yang aku lakukan?. Menggila. Terlebih lagi saat melihat si kecil ken tak sadarkan diri. Aku menggila makin parah.

Aku pun berteriak teriak, menyebut Sang Khalik dan berganti meneriakkan nama bapak, meminta beliau untuk segera bertindak cepat. Segera mengejar ayah ken yang sudah berlari keluar rumah sembari menggendong ken yang sudah tidak sadarkan diri. Sayangnya, kunci motor sulit sekali ditemukan. Teriakanku pun semakin menjadi jadi. Dan berhasil membuat para tetangga terbangun dari tidur nyenyak mereka.

Akhirnya kunci motor yang dicari cari pun ketemu. Bapak segera men-starter motor lalu tancap gas menyusul si ayah yang sudah berlari keluar rumah sembari menggendong ken. Para tetangga pun mulai mengerumuni rumah, menanyakan apa yang sedang terjadi. Dan...aku tak bisa memberikan jawaban kepada mereka, karena aku kembali berlarian ke dalam rumah. Mengambil smartphone lalu menghubungi abang sepupu dan memintanya untuk mengantarkanku ke tempat ken dibawa yakni rsu negara.

Tiba di rumah sakit, Ya Allah, wajah ken nampak pucat sekali. Bibirnya bergetar dan memutih. Ia menggigil sejadi jadinya. Suara tangis pun tak terdengar sama sekali, hanya air di matanya yang sebelah kiri mengalir perlahan. Kami berkali kali memanggil namanya, namun ken tak merespon. 

Ya Allah...
Andai saja bisa digantikan. Ingin rasanya sakit yang dirasakan ken aku ambil alih semua. Nyawa pun rela kuberikan untuk si ken.


Dan kira kira sekitar 30 menit kemudian, Alhamdulillah wa syukurillah. Rona wajah si ken mulai berubah. Mulai berwarna. Tidak pucat pasi. Ia pun berhenti menggigil dan juga mulai menangis.

Senang sekali atas perubahan yang terjadi pada si ken. Suara tangisnya pun terdengar sangat amat merdu di telingaku. Alhamdulillah. Ken mulai sadar.

Aku usap perlahan air mata yang jatuh dari kedua matanya. Dan sesekali mengusap air mata yang membanjiri kedua mataku. Serta sesekali mengarahkan tanganku ke mulut saat suara sesenggukanku terdengar keras. Sementara si ayah, hanya melihat wajah si ken, membelai rambut si ken dengan tangan kanannya dan mengelus punggung tangan ken dengan tangan kirinya. Air matanya, ia biarkan jatuh bebas begitu saja.

Tak ada yang berbicara saat itu. Kami hanya fokus melihat dan memperhatikan si kecil ken. Namun hati kami, seakan terhubung dan bersepakat untuk menjaga amanah yang dititipkan Allah kepada kami sebaik dan semaksimal mungkin. Lebih dari saat ini. Kesalahan yang telah kami lakukan, tidak akan terulang. InsyaAllah. Semoga Allah meridhoi niat kami ini amin.

Pelajaran Berharga di Awal Tahun 2016

Sejak kami berada di kapal penyebrangan menuju pulau Bali. Kami sudah merasa ada yang tak beres dengan si cuaca. Biasanya saat menyebrang pasti kami akan disapa bahkan diterpa oleh hembusan angin laut. Namun penyebrangan kali itu kami merasa tak ada angin sama sekali. Puanas puuooll.

Tak hanya kami yang merasakan hal tersebut. Penumpang lain pun juga merasakan hal yang sama. Keringat membasahi wajah dan badan mereka yang ditunjukkan dengan keplehnya daerah bagian ketiak, bagian leher dan punggung mereka.

Si gembul ken juga tak beda jauh dari mereka. Ndromos kotos kotos. Jadi si ayah memutuskan untuk membuka kaosnya dan menyisakan kaos dalam serta celana panjang saja. Karena kalau dibiarkan ia mengenakan baju saat cuaca tengah hot hot nya, ia malah akan masuk angin. Jadi bisa dibilang sejak si ken mau menginjakkan kaki di pulau Bali, si ken sudah berkaos dalam saja.

Baca juga : Menikmati liburan akhir tahun di Bali Barat

Hari-hari selanjutnya pun begitu, kemana mana si ken selalu berkaos dalam. Jalan jalan ke beberapa wisata yang ada di sini, di bali barat sini, ia pun mengenakan kaos dalam saja. Di rumah juga gitu. Karena cuaca bener bener tak bersahabat. Ekstrim cyiinnn. Panas banget. Di pulau jawa banjir dimana mana sementara di sini nyaris tak pernah turun hujan. Mendung pun hanya lewat saja. Mbog ya ngopi ngopi dulu gitu sambil makan menjes atau ote ote, eee malah werrrrr lewat gitu aja tu awan kelabu.

Melihat si ken yang berhari hari hanya mengenakan kaos dalam saja, membuat beberapa orang termasuk orang tua aku, sedikit wanti wanti dengan hal tersebut. "awas masuk angin lho" begitulah kata mereka. Tapi aku tak menggubris wanta dan wanti tersebut. Karena aku merasa tau dan paham betul dengan si kecil.

Baca juga : Teguran Untukku, Si Pengguna Kalimat 'I Know My Son'.

Alhamdulillah apa yang dikhawatirkan orang orang akan keadaan si ken yang bisa masuk angin karena hanya mengenakan kaos dalam saja, tidak terjadi. Aku juga yakin hal itu juga tidak akan terjadi, sebab biasanya kalau ken dipaksa memakai baju saat panas menyergap, si ken malah akan masuk angin.

Ia memang beda. Tak seperti anak anak lainnya yang bisa masuk angin kalau hanya berkaos dalam saja. Selain itu juga, yang membuatku merasa yakin si ken tak akan kenapa kenapa hanya berkaos dalam saja adalah sebab ken memiliki daya tahan tubuh yang super. Saat anak anak sekitar rumah banyak yang sakit, alhamdulillah ken tetap sehat. Selesai imunisasi pun begitu. Hampir tak pernah demam. Sehat wal'afiat.

Pernah sih ken sakit, tapi nggak pernah berlangsung lama. Kalau demam, paling ya sehari semalam. Setelah itu tinggal pemulihan saja.

Hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa aku tak terlalu gimanaaa gitu saat aku memegang kepala si ken dan merasakan sedikit sensasi panas di dahinya. Matanya berkaca-kaca dan kelihatan tak bertenaga.

Ya, tepatnya minggu malam kemarin si ken menunjukkan tanda tanda akan demam. Demam biasa. Aku pikir begitu. Aku pikir 'eeee bentar lagi pasti sembuh'. Aku pikir ken akan baik baik saja. Namun ternyata....
si ken yang tadinya tidur anteng dipangkuanku, tiba tiba terbangun lalu KEJANG bin STEP.

Setiap mengingat kejadian itu, rasanya hati MENCELOS. Nyesel. Nyesel karena terlalu meremehkan demamnya si ken. Demam yang diawali dengan masuk angin. Dan si masuk angin ini datang karena si ken mengenakan kaos dalam saat jalan jalan sore bersama aku dan si ayah naik motor. Dodol banget kan ?. Iyak. Akibat terlalu percaya dengan anti bodi ken. Dan lupa dengan cuaca ekstrim musim pancaroba yang tengah terjadi di sini. Cuaca ekstrim yang siap memporak porandakan anti bodi. Terutama anti bodi yang dimiliki anak-anak yang sedang dalam masa suka bereksplorasi seperti si ken ini. Serta tak menggubris wanta wanti yang diucapkan orang orang sekitarku. Hhhhh. Dasar emak2 dodol. *nunjuk diri sendiri.

Pelajaran yang dapat aku ambil dari kejadian ini adalah :
● Meskipun ken termasuk tipe anak yang menter bin jarang sakit, aku harus tetap waspada.
● Nggak selalu, berkaos dalam bisa mengobati gerah. Malah berpeluang mendatangkan sakit apalagi saat cuaca ekstrim datang melanda.
● Gubrislah *halah. Perhatikan perkataan orang. Jangan langsung dibuang, tapi dipilah dan dipilih terlebih dahulu.

Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

Postingan Populer