- Menghindari bahan yang terlalu tipis sehingga nerawang sekaligus membentuk lekuk badan
- Model dan warna yang menyerupai kaum lain
- Tampil berlebihan dan memamerkannya dengan begitu ringan.
![]() |
Sumber gambar : palingmodis.com |
![]() |
Sumber gambar : palingmodis.com |
Kadang, aku suka nanyak ke diri aku sendiri. Bahasa kerennya, koreksi diri *aseg. Apa arti dari cobaan yang aku alami sepanjang aku kembali ke sekolah ini.
Apa cobaan ini menunjukkan Allah nggak ridho ?
Atau
Apa cobaan ini sebagai pelebur dosa ?
Atau
Apa cobaan ini sebagai tahapan untuk naik kelas ?
Atau
Apa cobaan ini sebagai langkah awal menuju hal yang manis-manis di depan sana ?
Yang mana ?
?????
Nah dari pilihan itu, ada satu yang paling aku pikirkan, bahwa Allah nggak ridho ?.
Duuhh, asli, nulis kalimat ini aja rasaya merinding. Bagaimana tidak, sebagai hamba-Nya, pasti selalu mendamba Ridho dari-Nya. Iya kan ?.
Lalu apakah cobaan yang aku alami selama ini bermakna demikian ?
Wallahu'alam.
Rahasia Allah.
Yang bisa seorang hamba lakukan hanyalah, Berprasangka Baik tentang-Nya. Segala kehendak-Nya, Cobaan dari-Nya, dan apapun ketentuan dari-Nya.
Kalimat itulah yang keluar dari mulut suami, setelah aku mengutarakan uneg-uneg yang menggelayut dipikiran aku belakangan ini.
Prasangka baik yang dimaksud suami adalah...
Cobaan yang aku alami selama ini bukan menunjukkan Allah tidak ridho. Bukan pula menunjukkan bahwa cobaan adalah peringatan bahwa kembalinya aku ke sekolah itu merupakan keputusan yang salah. Bukan. Bukan itu.
Kata suami lagi, cobaan yang datang (dan jika sabar menghadapinya, tanpa kata menyerah), mungkin sebagai cara Allah untuk mempersiapkan hamba-Nya ke tahapan hidup berikutnya. Istilah kecenya, naik kelas.
Lagipula niat untuk menuntut ilmu, bukan hal yang buruk, bukan hal yang tidak baik. Jadi, tidak mungkin rasanya Allah tidak ridho dengan pilihan yang baik, niat yang baik, untuk menuntut ilmu.
"Iya kan, berprasangkalah seperti itu!" Ucap suami, mengakhiri diskusi kami malam itu.
***
Tulisan sebelumnya, Cobaan Emak Back To School.
Di awal kuliah, aku pikir, cobaan yang aku hadapi akan sama dengan yang dihadapi suami waktu suami kuliah S2 yakni ekonomi. Terseok-seok berburu rejeki buat bayar spp dan sangu kuliah. Namun ternyata, makin ke sini, aku baru paham bahwa cobaan yang aku hadapi tak sama dengan suami.
Alhamdulillah, sampai saat ini, aku tak terlalu memikirkan soal spp dan sangu kuliah. Karena alhamdulillah, Allah membuka jalan rejeki bagi aku untuk mencari sangu kuliah lewat profesi yang dua tahun ini sudah aku tekuni yakni sebagai blogger. Allah juga memberi bantuan buat aku lewat teman-teman blogger yang suka 'nyolek' aku kalau ada job untuk blogger. Berkat colekan mereka, aku yang nggak selalu bisa 'megang' medsos, jadi tahu info tentang job untuk blogger. Tengkiu mama wahyu, tengkiu mbk irly, tengkiu mama neyna. Kalian baek banget. Semoga kebaikan kalian dibalas sama Allah amin. #Srot #UsapUmbel #Terharu.
Lalu, jika cobaan itu bukan ekonomi, apa donk ? Anak.
Entahlah, mungkin ini hanya perasaanku saja. Bahwa aku merasa sejak aku mulai kembali sekolah, si kecil jadi gampang banget sakit. Bahkan dalam satu semester ia sudah dua kali masuk rumah sakit. Hiks, maafken emakmu ya nak, Padahal sebelum itu, sebelum aku sekolah, si kecil jarang banget sakit. Apalagi sampai masuk rumah sakit. Nah Kalau seperti ini, apakah aku hanya terbawa perasaan saja ? Hemmm....rasa-rasanya nggak.
Aku akui, sejak aku mulai sekolah lagi, perhatianku akan si kecil sangat amat berkurang. Bisa dibilang berkurang drastis. Fokus perhatianku pada tugas kuliah yang bagaikan nggak pernah ada habisnya. Sementara sisa perhatianku, aku bagi pada usaha mencari sangu kuliah, beberes rumah (karna aku nggak pakek ART dan pengasuh), menyiapkan hidangan buat keluarga, dan beberapa pritilan lainnya. Dan jatah buah si kecil yang harusnya lebih banyak, malah sekarang harus berebut dengan hal-hal itu. #sedih
Bingung, di satu sisi, ada hasrat ingin mendapatkan yang terbaik di bangku kuliah. Di sisi lain, ada hasrat ingin selalu menjaga bocah, biar selalu sehat, tidak sakit lagi, dan tumbuh menjadi pribadi yang amazing, seperti dulu, sebelum aku 'nyambi' adi mahasiswa. Lalu apa ? Bisakah dua hal tersebut berjalan berbarengan. Tugas segambreng selesai, dan perhatian terhadap bocah tidak berkurang sedikitpun. Bisakah begitu ?.
Kemaruk yak. Karena mengharapkan dua-duanya.
Tapi, apakah aku harus memilih salah satu. Aku nggak mau begitu Karena Kuliah lagi, juga anak merupakan dua hal yang bagiku sama-sama penting.
Trus gimana ?
Entahlah
Aku cukup bingung memikirkannya.