Cerita Mudik Sedap Sedap Ngenes Naik Kereta Api Zaman Old


Assalamu'alaikuuuummm.

Nggak terasa, ya. Puasa sudah masuk ke minggu ketiga. Ini bertanda waktu mudik akan segera tiba. 

Senang, karena bentar lagi mudik. Tapi juga sedih, karena ramadan bakal pergi. Hiks. 

Tapi ya mau gimana lagi. Hanya bisa berharap dan berdoa semoga masih diberi kesempatan lagi sama Allah untuk bertemu Ramadan di tahun depan. Aaminn.

Oya, kalian tau nggak. Entah kenapa, kalau ngobrol atau mbahas soal mudik, seketika itu, aku jadi teringat sama momen mudik aku waktu kecil. Seruuuu, tapi ada ngenes-ngenesnya juga sih. Hahaha. 

Jadi bapakku tu asli orang Sidoarjo. Sedangkan ibuk orang Bali. Kalau lebaran, kami pasti mudik ke Sidoarjo. 

Dulu, kalau mudik, kami lebih sering pakai transportasi kereta api. Karena aku dan ibuk mabok kalau naik bis. 

Kalian pasti masih ingat, dengan kondisi kereta api dulu itu seperti apa? Banyak pedagang asongan di lorong-lorong gerbong kereta. Pelayanan yang nggak maksimal karena sering terjadinya ketidakseimbangan antara jumlah penumpang dan kursi yang tersedia. Toilet dan gerbong-gerbong kereta yang kotor. Kalau sekarang kan, enak. Pedagang asongan sudah ditertibkan, pelayanan juga sudah maksimal? Dan sebagainya. 

Sekarang, untuk kereta jarak jauh, seperti kereta yang biasanya kami pakai mudik yakni jurusan Banyuwangi dan Gubeng Surabaya, semua penumpang dapat tempat duduk. Kalau dulu, apalagi pas musim-musim mudik, beugh jangan harap dapat tempat duduk deh kalau pesan tiket dadakan. Bisa-bisa berdiri sepanjang perjalanan. 
Cr. Kaskus

Beberapa kali, waktu mudik dulu, aku juga adek juga ibuk dan bapak, dapat tempat duduk di lorong kereta. Beberapa kali, tangan atau kakiku terinjak orang yang lewat. 

Kemudian, saat ngantuk tiba, aku hanya bisa menelungkupkan wajah di lutut dengan posisi kaki menekuk. Keinginan untuk tidur tidak akan bisa terwujud, karena dikit-dikit, setiap sekian menit pasti ada yang lewat lalu lalang seliweran di depan atau di belakangku. 

Sementara bapak, juga ibuk, berulangkali bertanya kepadaku, akan hal apa yang ingin aku beli, aku inginkan, aku keluhkan. Bapak ibuk juga menanyakan hal yang sama pada adekku.   

Meskipun begitu, tak ada kata keluhan keluar dari mulutku atau adekku. Pikirku waktu itu, ya mau gimana lagi, dapat duduk di bawah saja sudah alhamdulillah. Yang penting nanti, begitu sampai bapak berjanji akan mengajakku dan adekku untuk naik becak. 

Iya, aku ingin naik becak. Maklum, di bali nggak ada becak. Jadi ya aku excited banget waktu bapak menawarkanku naik becak sampai ke rumah mbahku. Sesederhana itu. 

Jadi ya begitulah cerita mudik waktu aku kecil dulu. Lebih tepatnya cerita mudik tentang naik transportsi umum kereta api

Ini Cara Ibu Rumah Tangga dapat THR Juga


Assalamu'alaikuumm

Bentar lagi, yang bekerja, pada dapet THR. Dududu, senangnyaaa, aku jadi mau juga. Minta, donk. Hehe. 

Terakhir aku dapet THR, sekitar 7 tahun yang lalu, waktu masih jadi guru honorer sama guru ngaji. Lama juga, ya. Kangen. Hahaha. 

Nominal THR nya nggak banyak, tapi bisa membantu menambal pengeluaran yang membludak demi menyemarakkan hari raya. Pengeluaran yang membludak itu, seperti beli kue, ngasih angpao ponakan yang masih cimut cimut, hingga pengeluaran untuk membuat rumah bersih dan apik. 

Selain dapet THR, para guru juga dapat parcel lebaran. Isinya gula pasir, beras, minyak goreng, sirup marjan dan kue kering. Alhamdulillah. 

Bapak dan ibuku yang juga seorang guru, juga dapat parcel. Isinya juga hampir sama. Jadi, alhamdulillah, kami tidak perlu membeli kue kering lagi. Atau kalaupun beli, juga nggak banyak. 

Sejak berhenti jadi guru, tentu momen dapat THR pun tidak bisa kurasakan lagi. Kalaupun aku ingin merasakan dapat THR lagi, aku harus kembali bekerja dan meninggalkan profesi sebagai ibu rumah tangga. Tapiiiii, nggak ah. Masa' alasan kembali bekerja cuma karena ingin merasakan dapat THR lagi. Nggak mbois la yah. 

Nah, kalau ingin dapat THR lagi namun tetap tidak meninggalkan profesi sebagai ibu rumah tangga, caranya mudah koq. Apa? Tinggal minta THR dari suami, kan? Nggak, nggak gitu caranya. 

Adapun cara bagi ibu rumah tangga agar dapat THR juga adalah dengan membuat tabungan khusus untuk hari raya atau menabung untuk hari raya. 

Aku melakukan hal ini, menabung untuk bekal hari raya. Sengaja, aku sisihkan uang belanja setiap hari agar dapat banyak THR nanti. 

Namun, aku tidak menabung sendiri. Karena kadang ku tak sanggup menahan gejolak ingin beli-beli.  Jadi aku memilih untuk menabung di koperasi yang di dalamnya ada program Tabungan Hari Raya. Aku juga ikut Tabungan Hari Raya yang diadakan oleh warga RT di tempat tinggalku. 

Memang, sekarang tu gampang banget menemukan kelompok-kelompok yang mengadakan tabungan hari raya gini. Dan nasabahnya juga banyak. Tapi meskipun begitu, tetap harus hati-hati kalau mau ikutan nabung-nabung gini. 

Bagiku, menabung untuk hari raya ini, sama sekali tidak terasa memberatkan. Karena minimal nabung perhari adalah Rp. 10.000. Kalau ingin dapat THR banyak, ya menabungnya juga harus banyak. Jadi tergantung kemauan dan kemampuan masing-masing. 

Alhamdulillah dengan ikut tabungan hari raya di 2 tempat yang berbeda, membuat aku amat siap menyambut datangnya hari raya. Asli. 

Kalau kalian gimana, nih? Sudah dapat THR, belum? 

Pilihan Gaya Rambut untuk Ibu Menyusui


Assalamu'alaikuuummmm

Alhamdulillah, aku baru saja selesai beres beres rumah, bersih bersih, nyapu nyapu gitu. Capek? Lumayan. Laper? Yok i lah, namanya juga lagi puasa *hahay.

Tapi itu semua teralih, begitu aku lihat gerombolan rambut yang menjadi satu sama debu-debu kotoran kotoran yang berhasil tersapu. Banyak bener, lho, astaga. Dan sebagian besar rambut rontok itu ukurannya panjang gitu. Jadi ketahuanlah yah, siapa pemilik rambut rontok itu. Yang tak lain adalah diriku.  Hadehh. 

Aku nggak kaget sih dengan banyaknya rambutku yang rontok. Karena aku sudah pernah mengalami hal ini. Dulu, waktu menyusui anak pertama. Dan sekarang terulang kembali waktu menyusui anak kedua. 

Apabila dilihat dari sudut pandang dunia media, rambut rontok saat menyusui adalah hal yang normal. Kondisi ini biasanya akan terjadi selama beberapa bulan awal sejak melahirkan, bahkan kadang hingga satu tahun. Namun seiring berjalannya waktu, keadaan ini akan membaik dan rambut akan kembali tumbuh normal.

Kerontokan rambut setelah melahirkan atau saat menyusui merupakan kondisi yang erat kaitannya dengan kadar hormon di dalam tubuh. Hormon estrogen yang sebelumnya meningkat saat hamil, lalu kemudian kembali menjadi normal setelah melahirkan.  Seperti itu, yang dijelaskan di artikel alodokter.com. 

Ada beberapa saran atau cara mengatasi rambut rontok saat menyusui. Mulai dari memperlakukan rambut dengan lembut, mengurangi penggunaan pengering dan pelurus rambut, memakai kondisioner atau vitamin rambut hingga mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin. 

Selain menjalankan cara di atas, aku juga menggunakan caraku sendiri yang sudah aku terapkan di masa menyusui anak pertama dulu. Alhamdulillah cara ini berhasil mengurangi tumpukan rambut rontokku. 

Cara mengatasi rambut rontok yang dialami ibu menyusui versi aku adalah dengan memangkas atau memotong rambut menjadi jauh lebih pendek. 

Biasanya, sebelum rambut dipotong, mbak-mbak salon nanya soal gaya rambut yang aku mau. Dan biasanya  juga, setelah bertanya seperi itu, mbak mbak salon memberikan poster yang berisi foto-foto aneka macam gaya rambut. 

Lalu seperti apakah gaya rambut untuk ibu menyusui versi aku. Cekidot, yak. 

1. Gaya rambut bob nungging

2. Gaya rambut messy hair cut


3. Gaya rambut curly wave


4. Gaya rambut pixie cut


Di antara gaya rambut tersebut, pilihanku jatuh ke gaya rambut bob nungging.  Alhamdulillah, dengan gaya rambut begini, selain bikin rambut rontokku berkurang, juga membuat tampilanku kelihatan lebih fresh dan lebih cubby, menurut testimoni suami *wajajaja...

Nah, di antara pilihan gaya rambut di atas, mana yang kalian pilih, Gaes? 


Facebook  Twitter  Google+ Yahoo