DIY Mainan untuk Batita part 1



Lama sepertinya nggak posting mainan di sini yak. Maklum, lagi sibuk dengan problematika di dunia nyata *hahay. Tapi alhamdulillah beberapa problematika sudah terselesaikan.

Oleh sebab itu, mungkin, aku bakal rajin lagi bebikinan main-main sama bocil-bocil. Selanjutnya semoga bisa share di sini, atau mungkin di channel youtubenya bocil-bocil sendiri. Gitu ajalah, yah? Ho oh.

Sebagai pemanasan, aku bikin mainan sederhana ini dlu buat bocilku si nana, yg usianya 14 bulan. Sebagaimana stimulasi anak usia segitu yakni seputar motoriknya saja.

DIY Mainan untuk Batita
Lempar Masuk Bola

Alat dan Bahan:
Nah, mainan yang aku buat ini cuma pakai 2 bahan saja. Yakni kardus bekas sama solatip. Alatnya pun cuma pakai gunting aja.

Tang ting tang ting.
Tempal tempel tempal tempel.
Jadi deh.


Aku sempat berpikir bahwa mainan yang aku buat ini bakal dicuekin sama si nana, eee ternyata nggak. Yeaayyy.

Manfaat mainan ini, tentu biar bocil seneng. Lah? Yadonk, buat apalagi kalau nggak buat bikin bocil senang. Soal stimulasi motorik juga mengenalkan beberapa lafal padanya adalah sebagai bonusnya saja. 


Oya mainan ini tadi juga sempat dimainkan sama si ken, abangnya si nana, yang usianya 7 tahun. Apalagi kalau bukan buat main lempar masuk bola dan lintasan mainan mobil-mobilan.

Alhamdulillah,
Gini nih bikin daku makin semangat bikin mainan buat mereka.

Btw, yuk maks, bebikinan....

Tak Ada Lagi Alasan untuk Tidak MencintaiNya, Bukan?

Sekian kali, merasa, bahwa pasti ada hikmah di setiap cobaan.
Sekian kali, merasa, bahwa Allah memberikan cobaan sesuai dengan kemampuan hambaNya.
Sekian kali juga, merasa, bahwa Allah tidak memberi yg diinginkan, tapi yg dibutuhkan hambaNya.

Kalau sudah begini, tak ada lagi alasan untuk tidak mencintaiNya, bukan?
Dear, GOD.

Kerja di Kantor? Atau Ngajar di Sekolah?

"Eh kantorku ada lowongan, lho. Kamu daftar, yuk. Kerja sama aku".
Atau
"Di sekolahku butuh guru matematika, kamu mau ya?".


Beberapa kali, tawaran-tawaran tersebut datang padaku. Tawaran-tawaran tersebut berhasil membuatku dilema. Terlebih suami memberikan keleluasaan dalam memilih. Dia memberikan kebebasan membuat keputusan. Ini justru membuatku bingung kepayang.

Berhari-hari aku memikirkan tawaran tersebut. Aku pun do'a berkali-kali agar dibimbing ilahi rabbi.

Nah, entah gimana, tiba-tiba, momen juga rasa saat meninggalkan bocah-bocah kuliah muncul berkelebat. Lama-lama menghebat dan keputusanpun ku peroleh cepat.
Jadi, jawaban dari tawaran tersebut adalah....

Utk saat ini (dan mungkin seterusnya), pilihan jatuh pada mencari rejeki dari rumah. Toh ada banyak pilihan, bisa ngeblog, ngeyoutube, jualan, dll.
Sangat sadar diri, nggak akan bs maksimal kalau kerja di kantor atau sekolah, karena pikiran terfokus pada bocil2 tercinta.

"Lah, ijazahmu gimana, Mak? Sia2, sekolah tinggi-tinggi?".

Yup, salah satu risiko dari pilihanku itu memang aku bakal dapat pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Penilaian miring atau mungkin jadi bahan nyinyiran orang. Tapi, tak jadi masalah. Sama sekali tak jadi masalah. Haters gonna be hate, kalau kata taylor swift.

Bagiku,
Nggak ada yang sia-sia. Karena, ilmu, pengalaman, keterampilan, keahlian, yg terasah selama masa-masa kuliah, pasti terpakai saat jadi ibu rumah tangga.

Facebook  Twitter  Google+ Yahoo