Pengalaman Masa Kecil yang Tidak Menyenangkan Dapat Berujung pada Gangguan Kepribadian ?


Assalamu'alaikum, 
Halohai, Mamiiisss. 
Apa kabar?
Semoga kita semua senantiasa sehat juga bahagia aamiin.

Kali ini aku mau cerita nih, Manis. Aku berharap ceritaku ini bisa menjadi pengingat juga pelajaran buat aku terutama. 

Beberapa waktu yang lalu, sebut saja Mbak X, curhat ke aku. Mbak X ini sendiri seorang Ibu rumah tangga dengan satu anak usia 3 tahun dan tengah hamil anak kedua. Secara ekonomi, mbak X nampak tidak kurang apapun, rumah ada, mobil punya, usaha suami berjalan dengan lancar. 

Kata mbak X, dikehamilan keduanya ini, ia sering merasa khawatir. Kekhawatiran tersebut berupa ia merasa tidak mampu mengurus anak pertama juga anak keduanya yang masih dikandungnya. Katanya lagi, mengurus anak pertamanya saja sudah berhasil membuatnya kewalahan, apalagi jika harus mengurus 2 anak yang masih kecil-kecil? Ia merasa yakin tidak akan bisa. 

Awalnya, aku tak banyak merespon, karena aku pikir mungkin Mbak X hanya butuh seorang pendengar yang mau mendengarkan keluh kesahnya. Setelah didengarkan, mungkin Mbak X tidak akan merasa khawatir lagi. 

Beberapa hari kemudian, mbak X curhat lagi. Isi curahan hatinya juga masih sama. Ia merasa tidak akan bisa mengasuh anak-anaknya. Sekali lagi, aku cuma bisa memposisikan diri sebagai pendengarnya saja. 

Kali ketiga curhat, masih sama di awal, namun mulai beda di akhir. Kata mbak X, belakangan ia kadang mendengar bisikan - bisikan yang menyuruhnya untuk berlari kencang meninggalkan anaknya. Ia berusaha untuk menutup telinganya. Namun nihil, bisikan-bisikan tersebut masih terdengar. 

Dari situ, aku mulai mengkhawatirkan kondisi mbak X. Aku pun mengatakan padanya untuk menceritakan apa yang ia alami pada keluarganya. Alhamdulillah mbak X mau mengikuti saranku, ia bercerita pada salah satu anggota keluarga yang paling dekat dengannya yakni nada adik perempuannya.

Seminggu berlalu, aku menghubungi mbak X untuk tahu kondisinya. Dia cerita bahwa keluarganya mau membantunya mengasuh 1 anaknya. Jadi ia tak perlu khawatir lagi. Dia bisa fokus pada anak yang sedang dikandungnya. Ia juga bilang, keluarganya juga senantiasa menemani nya, secara bergantian, ini untuk mencegah ia mengikuti kehendak bisikan-bisikan aneh ditelinganya itu. Karena kata mbak X, ia sempat berlari ke tengah jalan sambil berteriak-teriak untuk menuruti perintah bisikan-bisikan tersebut.

Aku senang dengan apa yang mbak X sampaikan. Ia mau terbuka pada keluarganya, dan keluarganya pun mau memberikan dukungan padanya. 

Sejak saat itu, mbak X sudah tidak lagi merasa khawatir akan nasib anak-anaknya, karena ada yang mau membantunya mengasuh anak-anaknya. Mbak X juga sudah jarang mendengar bisikan-bisikan. Kalaupun bisikan itu datang, ia tidak merasa takut lagi karena ada salah satu anggota keluarganya yang menemaninya. 

Saat ini, setelah melahirkan, mbak X sudah beraktivitas seperti ibu rumah tangga pada umumnya. Ia nampak riang, tidak aku dapati lagi ekspresi khawatir atau cemas, dari raut wajahnya. Ia bahkan mengurus dua anaknya. Ia tidak jadi menitipkan 1 anaknya pada saudaranya. Ia memilih untuk menggunakan jasa asisten rumah tangga. Kadang, orangtua atau mertuanya, datang menemaninya di rumah. Terutama saat suaminya sedang bekerja. Aku berharap, ia tidak mengalami hal itu lagi. Aamiin. 

Aku penasaran, sebenarnya apa yang sedang dialami oleh mbak X itu? Aku pun mencari informasi berbekal tanda atau indikator yang diceritakan oleh mbak X kepadaku antara lain merasa khawatir tidak bisa mengurus anak-anak sendiri, dan sering mendengar bisikan-bisikan aneh ditelinganya. 

Tak butuh waktu yang lama, akhirnya aku menemukan suatu nama penyakit yang memenuhi indikator di atas, namanya adalah Gangguan Kepribadian.  

Apa itu gangguan Kepribadian ? Trus penyebabnya apa? 
Penasaran, aku pun mencari informasi soal hal itu di Halodoc.

Halodoc
Sc. Halodoc














Mengapa cari informasi di Halodoc? Lengkap mah di sana. Detail pula. Nggak hanya membahas soal kesehatan tubuh, melainkan juga membahas soal kesehatan mental. Peninjau artikel di Halodoc pun juga bukan sembarang orang, melainkan orang yang memang berkecimpung di dunia kesehatan. Di samping itu juga, kalimat-kalimat yang digunakan di setiap artikel di Halodoc mudah dimengerti terutama bagi orang awam akan dunia kesehatan seperti aku ini. 

Oya, dari Halodoc, aku dapat definisi Gangguan Kepribadian yaitu seperti suatu kondisi yang membuat penderitanya memiliki pola pikir dan perilaku yang tidak sehat dan berbeda dari orang normal. 

Gangguan Kepribadian ini sendiri dibagi menjadi 3 kelompok. 


Kelompok Pertama yakni Gangguan kepribadian skizoid, gangguan kepribadian skizotipal dan gangguan kepribadian paranoid.

Kelompok kedua yakni gangguan kepribadian ambang, gangguan kepribadian antisosial, gangguan kepribadian narsistik, dan gangguan kepribadian histrionik. 

Kelompok ketiga yakni gangguan kepribadian dependen, gangguan kepribadian menghindar, dan gangguan kepribadian obsesif kompulsif. 

Nah, untuk informasi setiap gangguan di atas, Manis bisa mendapatkannya di Halodoc. Penjelasannya lengkap dan detail.  

Gangguan kepribadian ini sendiri disebabkan oleh banyak hal. Salah satu penyebab seseorang bisa mengalami gangguan kepribadian adalah karena pengalaman masa kecil yang tidak menyenangkan. Ah aku jadi teringat dengan teori belajar Hebb, pakar neurologi. Hebb bilang, Pengalaman Masa Kecil Anak Lebih Berpengaruh daripada Pengalaman yang Didapat Saat Sudah Dewasa. 

Ternyata, pengaruh pengalaman masa kecil bisa sampai sedahsyat itu ya, Mamis, bisa sampai pada mempengaruhi kepribadian. Duuhh, semoga ya, Mamis, kita bisa memberikan pengalaman yang menyenangkan untuk anak-anak kita. Aamiin. 

Aku lalu mencari informasi terkait pengobatan Gangguan kepribadian.  Cara mengatasinya yakni dengan melakukan terapi kejiwaan di bawah bimbingan psikiater. Dan untuk mencegah munculnya gangguan kepribadian atau mungkin memperparah gangguan kepribadian yakni dengan mengurangi atau  menjauhi segala hal yang dapat memberikan tekanan emosional sehingga menyebabkan kepribadian terganggu. 

Ah iya, cara pencegahan ini seperti yang dilakukan oleh keluarga mbak X yang bahu membahu membantu mbak X keluar dari gangguan yang tengah dialaminya. Alhamdulillah. 

Dah, apa yang dialami mbak X, insyaAllah jadi pengingat dan pelajaran bagi kita ya, Mamis. Dan mari kita bahu membahu (bersama suami terutama) untuk memberikan pengalaman masa kecil yang menyenangkan bagi anak-anak kita.  

Bismillah, semangat untuk kita semua, para orangtua. 

Tembok Oh Tembok



Nggak si ken, nggak si nuha, dua duanya doyan coret-coret tembok. Padahal sudah ada papan tulis di rumah. Tapi tetep aja, tembok jadi sasaran utama corat coret warna. 

Aku, salah satu mamak mamak penganut paham 'bebasin' aja, selama masih ada unsur positifnya bagi perkembangan si kecil misal untuk stimulasi motoriknya. Soal tembok jadi kemprus mah aku nggak masalah, toh entar bisa dicat lagi. 

Pengalamanku, waktu si Ken kecil dulu, ia senang sekali corat coret tembok, lantai, lemari, bahkan wajah daku pun beberapa kali sempat ia jadikan kanvas. 😃. Trus, kalau dia lagi corat coret, aku bisa ngapa-ngapain. Mulai dari bersih-bersih rumah, masak, mandi, nyuci baju sampai menaklukan negeri api, hehe, pokoknya mah anteeenggg banget. 

Sekarang gimana? Si Ken masih Corat coret tembok, nggak? Sudah nggak pernah coret coret tembok lagi. Ini sudah berlangsung lama sih. Si Ken sudah lebih sering menggambar di laptop, gawai, atau kertas. 

Trus hasil dari pemberian kebebasan bagi bocil untuk corat coret di tembok ini apa? Ini masih dugaanku sih, menurutku, dari aktivitas Corat coret tembok ini, secara langsung mengasah bakat si Ken yang kebetulan juga berhubungan dengan aktivitas Corat coret, apalagi kalau bukan menggambar. Ya, sejauh ini, gambar yang Ken buat hampir selalu cakep. Alhamdulillah. 

Nah, maka dari itu, (sepertinya) aku akan memberlakukan hal yang sama pada si kecil Nuha, adiknya si Ken, sambil aku amati, kira-kira, dari aktivitas bebas Corat coret tembok ini, bakal memunculkan bakatnya dalam hal menggambar atau tidak? 🤔

Let's Read Cara Mudah Menumbuhkan Minat Baca Anak


Hai Moms,

Aku tu suka baca, suami juga suka baca, tapi kenapa ya, anakku si Ken sampai saat ini belum menunjukkan ia memiliki kesukaan yang sama seperti ayah dan ibunya, ya?  Kenapa ya, Moms? Kenapa? Kenapa? Kenapa?

Si Ken yang kalau diajak baca buku pasti drama

Iya, anakku si Ken, sampai di usianya yang menginjak angka 7 tahun ini memang belum menunjukkan tanda-tanda ia berminat dengan aktivitas membaca. Kalau aku atau suami memintanya untuk membaca atau mengajaknya untuk membaca bersama-sama, ia pasti drama.

Ada saja alasannya tidak mau membaca. Mulai dari alasan mengantuk, lapar, pusing, ingin menggambar dulu, mau bermain dulu, mandi dulu, makan dulu, ngaji dulu, main piano dulu, membantu ayahnya dulu, bahkan sampai menangis pun pernah. Kenapa? Kenapa ya, Moms, bisa seperti ini?

Beberapa artikel yang aku baca di google, mengatakan salah satu penyebab kurangnya minat baca anak yakni karena orangtua tidak memperhatikan minat baca anaknya. 

Ah iya, sepertinya karena aku. Iya, aku akui itu, aku memang kurang all out memperhatikan soal minat baca anakku. 

Terinspirasi dari sebuah pepatah yang mengatakan, "Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu dan belajar sesudah dewasa bagai mengukir di atas air". 

Serta terinspirasi dari Teori Belajar yang dikemukakan oleh Hebb, seorang pakar neurologi, bahwa pengalaman di masa kecil lebih berpengaruh terhadap kecerdasan dari pada pengalaman masa dewasa, maka aku akan memanfaatkan masa-masa kecil si Ken sebaik mungkin untuk menumbuhkan minat baca si Ken. Berdasarkan pepatah dan teori di atas, lebih mudah menumbuhkan minat baca saat masih usia anak-anak ketimbang saat beranjak remaja atau dewasa dan bersifat awet pula. 
 
Adapun cara yang aku lakukan untuk menumbuhkan minat baca anakku si Ken ini, terinspirasi dari 2 Teori Belajar yakni Teori Belajar Behavioristik ala Pavlov dan Teori Belajar Neurofisiologis ala Hebb.


Teori Behavioristik ala Pavlov ini, berbunyi jika pemberian stimulus dilakukan secara berulang-ulang maka akan memunculkan respon yang diinginkan. Jadi, bisa dibilang, apabila aku ingin menumbuhkan minat baca anakku si Ken, maka aku harus melakukan sebuah pengulangan, misal berulang-ulang mengajak si Ken membaca buku secara bersama-sama. 

Namun untuk menghindari rasa bosan muncul pada si Ken karena mengulangi aktivitas yang sama maka selanjutnya aku memvariasikan aktivitas. Hal ini terinspirasi dari teori Neurolofisiologis ala Hebb. 

Teori Neurofisiologis ala Hebb, yang mengatakan bahwa lingkungan yang memberikan banyak pengalaman pada anak maka dapat memaksimalkan perkembangannya. Jadi dari teori ini, aku dapat informasi bahwa jika ingin perkembangan menjadi semaksimal mungkin maka aku harus memberikan pengalaman yang berbeda pada anakku si Ken. 

Dalam kasus menumbuhkan minat baca anak ini, maka aku harus memberikan aneka pengalaman aktivitas membaca bagi si Ken. Seperti membaca buku dalam bentuk cetak, membaca kata-kata atau kalimat yang ada di dalam video, dan membaca buku dalam bentuk online. Hal ini, disamping dapat memaksimalkan perkembangannya, selain itu juga dapat memperkokoh atau memperkuat minat baca si Ken. Sehingga tidak akan mudah berubah seiring bertambahnya usianya. 

Sejauh ini, dari 3 macam pengalaman aktivitas membaca untuk menumbuhkan minat baca anak, aku baru mempraktekkan 2 saja yaitu aktivitas membaca buku cetak dan aktivitas membaca tulisan di video. 

Nah, belakangan ini, aku menambah pengalaman aktivitas membaca si Ken, yakni membaca buku secara online atau membaca buku digital. 



Alhamdulillah, si Ken menyambut dengan antusias begitu aku tunjukkan aplikasinya. Dan nama aplikasi itu adalah Let's Read



Review Let's Read

Pertama kali tahu Let's Read dari teman. Ia mengatakan bahwa di Let's Read tersedia aneka macam buku bacaan untuk anak-anak yang recommended dan gratis plus bisa dicetak pula. Penasaran, aku langsung mencari informasi terkait Let's Read. 

Tentang Let's Read


Aku suka dengan niat baik dari Let's Read yang mana kehadirannya ingin memenuhi kebutuhan anak-anak akan buku-buku dengan karakter, tema, dan latar yang mencerminkan dan menegaskan kehidupan mereka dan memberikan kesempatan untuk menjelajahi dunia. 

Hal ini dibuktikan dengan buku-buku yang tersedia di Let's Read yang mana buku-bukunya benar-benar memperhatikan kebutuhan anak dan sesuai dengan selera anak-anak. Full color dan dengan deskripsi cerita berupa gambar yang bagus serta menarik.


Penggunaanya juga cukup mudah. Bahkan si Ken pun bisa menggunakannya sendiri tanpa bantuan orang lain untuk mencari buku yang ia inginkan. 

Di Let's Read tersedia buku anak dengan aneka macam tema. Kalau si Ken lebih sering memilih buku tentang planet dan alam. Ia memang tengah tertarik dengan 2 hal tersebut. Jadi di Let's Read ini, anak-anak bisa memilih buku yang mereka sukai dan buku yang benar-benar ingin mereka baca. 

Kemudian, di Let's Read ini, tersedia buku-buku anak dengan berbagai macam bahasa. Jadi kalau ingin menstimulasi kemampuan bahasa asing si kecil, bisa memanfaatkan buku-buku yang ada di Let's Read ini. 

Lalu, di Let's Read ini terdapat level buku yakni antara 1-5. Semakin tinggi level semakin banyak bacaannya. Jadi bisa disesuaikan dengan kebutuhan stimulasi. 

Tak cukup sampai di situ, buku-buku di Let's Read ini bisa diunduh lho secara gratis pula. Cara untuk mengunduh lalu mencetak buku di Let's Read yakni melalui https://www.reader.letsreadasia.org.


Nah disitu aku mengunduh buku serta langsung mencetaknya tanpa perlu ribet setting ini itu. Pokoknya tinggal cetak atau print ajalah. Asyik kan?



Selanjutnya, aplikasi Let's Read ini termasuk dalam jajaran aplikasi yang mobile friendly. Ini terlihat dari durasi waktu yang dibutuhkan untuk membuka atau memilih buku di Let's Read yang hanya membutuhkan waktu sekejap mata terutama saat sinyal internet stabil nan kencang, Mak Wet. 

Kemudian, aplikasi ini memiliki size yang kecil sehingga tidak makan banyak tepat penyimpanan di gawai. 

Dah, recommended pokoknya. 

Nah, sejauh ini, aku melihat dampak positif sejak si Ken membaca buku-buku di Let's Read. 


1. Menambah pengetahuannya. 
Secara otomatis, dan berlaku bagi siapapun, membaca dapat membuat pengetahuan jadi bertambah. Begitu juga dengan si Ken. Ia jadi tahu mengapa Pluto tidak masuk dalam planet-planet sistem tata Surya, atau ia jadi tahu penyebab matahari tak bersinar terang di suatu daerah dan sebagainya. 

2. Suka menceritakan apa yang sudah ia baca tentu dengan menggunakan kalimatnya sendiri.
Ken suka menceritakan apa yang ia alami. Nah membaca buku di Let's Read menambah intensitasnya bercerita. Ini tentu melatih kemampuan literasi juga linguistik si Ken. 

3. Memperkaya imajinasinya. 
Iya, buku-buku di Let's Read memperkaya imajinasi anak. Sebagai contoh saat si Ken membaca buku yang berjudul Petualangan Mencari Matahari, si Ken membayangkan ia menjadi tokoh utama yang membuat mesin terbang untuk dipakai menemui matahari. Seru ya? Yup.

4. Mengasah kemampuan menggambarnya. 
Gambar-gambar yang ada di buku-buku Let's Read berhasil membuat si Ken tertarik. Gambarnya bagus dan lucu-lucu. Ken sendiri menggambar salah satu gambar yang ada di buku Let's Read. Ini gambarnya, 



5. Menambah kosa katanya.
Di dalam buku yang si Ken baca, ada kosakata yang belum ia pahami maknanya. Ia pun menanyakan makna kosakata tersebut lalu mengingatnya. 

6. Membaca menyenangkan.
Membaca buku cetak, sudah jadi hal biasa bagi si Ken atau mainstream. Namun membaca buku di gawai, tentu menjadi sesuatu yang berbeda bagi si Ken. Terlebih buku yang ia baca adalah buku yang ia senangi lengkap dengan gambar yang menarik dan berwarna. Hal ini membuat si Ken senang saat aku meminta atau mengajaknya membaca buku di Let's Read. 


Alhamdulillah, banyak hal positif yang dirasakan si Ken dari membaca buku di Let's Read. Oleh sebab itu, Aku optimis, Let's Read dapat membantuku mewujudkan keinginanku yang ingin menumbuhkan minat baca si kecil Ken. InsyaAllah aamiin.

Jadi seperti itulah usaha yang aku lakukan untuk dapat menumbuhkan minat baca anakku yakni menyediakan buku dalam bentuk eksemplar, mengajak membaca tulisan di video, dan membaca buku secara online melalui aplikasi Let's Read. 

Buat kamu, kamu, dan kamu, Moms, yang juga ingin menumbuhkan minta baca anak, yuklah dimulai dari sekarang, niat baik jangan ditunda-tunda lho, Moms. Takut kadaluarsa, hahay. Mari kita bersama-sama ikhtiar untuk menanamkan budaya membaca diawali dari keluarga kita masing-masing. 

Moms bisa mengikuti cara-cara yang aku lakukan untuk menumbuhkan minat baca anak. Atau menggunakan cara sendiri juga tak masalah. Tapi jangan lupa dishare, agar banyak yang tahu cara untuk menumbuhkan minat baca anak versi kalian. 

Oya, jangan lupa download aplikasi Let's Read yak. Aku jamin nggak bakal rugi. 
Nih, aku sisipkan link download Let's Read di sini nih. 

Oke sampai di sini dulu ya. Bye byeeeeeeeee. 

Facebook  Twitter  Google+ Yahoo