Perjalanan Mendeteksi Kecerdasan Kinestetik Si Kecil

Perjalanan Mendeteksi Kecerdasan Kinestetik Si Kecil ~ Kalau dipikir-pikir, si kecil ken sudah menunjukkan kecerdasannya yang paling dominan sejak ia lahir. Kata perawat yang merawat ken selama aku masih dalam masa penyembuhan setelah caesar, saat dimandikan, digantikan bajunya dan sebagainya, si ken nggak bisa diem anteng gitu. Kaki tangan gerak gerak terus. Aku pikir mbak perawat tersebut yaa mungkin hanya sekedar memuji gitu *emangnya marcell*. Jadi aku nanggepinnya biasa aja. Manggut manggut aja.
Dan apa yang dikatakan si mbak perawat ternyata bener. Ken bener bener nggak bisa diem. Apalagi waktu dimandiin. Beuugghhh. Kayak jentik nyamuk. Plecat plecet gitu. Oleh sebab itu, urusan memandikan si kecil ken aku serahkan sepenuhnya kepada ahlinya yaitu si ayah. *Loh*.


Iya, si ayah lebih jago dan handal dalam urusan memandikan hingga menggendong si ken. Aku malah diajarin si ayah gimana cara gendong ken yang bener. Kebalik kan ?. Biasanya suami yang takut kalau gendong bayi, ee ini malah si istri yang takut. Hadeehhh. *wanita macam apa aku inih*.

Aku mulai berani memandikan si ken saat ia berusia 4 bulan. Meskipun ken sudah menunjukkan keaktifannya yang luar biasa, tetep aja aku nggak punya pikiran kalau apa yang ken tunjukkan tersebut adalah kecerdasannya yang paling dominan. Aku pikir bayi bayi yang lain juga begitu. Aktif seperti ken gitu.

Pikiran bahwa keaktifan si ken sama dengan bayi bayi lain terus aku pelihara. Dan mulai berubah saat aku dan si ken diajak si ayah silaturahim ke rumah temannya. Nah kebetulan temen si ayah memiliki anak laki laki yang seumuran ken. Dan, jeng jeng jeng, ternyata anak temen si ayah nggak se aktif ken. Si ken udah merangkak ke sana kemari, sementara anak temen si ayah cuma duduk manis sambil ngelihatin tingkah si ken. Dari sini pikiranku mulai terbuka bahwa keaktifan ken tidak sama dengan keaktifan bayi yang lain. Tapi tetep, aku belum sadar bahwa ini merupakan kecerdasan dominan si ken. Gemes kan, koq nggak sadar2 gitu yah. Iyak, aku memang payah. *hiks*.



Keaktifan ken semakin bertambah saat dia mulai bisa berjalan lalu berlari. Begitu handal berlari, ken malah nggak mau diajak jalan santai. Maunya lari terus. *lari dari si manda mandi kembang lek dis*. Sementara aku, yang ngikutin dia, sudah megap megap ngos ngosan. *kibas kibas bendera putih* *manda mandi kembang nyerah*.

Diajak ke kondangan juga begitu. Ada aja tingkahnya. Nggak mau duduk diem. Maunya ngiterin kursi para undangan. Dan walhasil, dandanan aku yang semula cihuy berubah jadi kayak badut. Bedak hilang kesapu keringat. Jadi blonteng blonteng. Semua itu terjadi karena aku ngikutin tuh bocah. Hari itu, aku gagal tampil keceeehh sodara sodaraaa.

Diajak kemana aja, pasti ken nggak bisa diem. Dan sudah banyak orang yang dibuat kewalahan oleh tingkah si ken. Jadi ken nggak pernah aku titipin ke siapa pun. Cukup aku saja yang merasakan kemaknyonyoran menghadapi tingkah si ken.

Keaktifan ken yang luar biasa ini sempat membuatku menduga bahwa ken adalah anak yang hiperaktif. Dugaanku ini tentu saja ada dasarnya karena dari sekian anak seumuran ken yang aku temui, rata rata, keaktifannya tidak seperti ken. Anak anak tersebut bergerak sebagaimana biasa. Orang tuanya jalan, si anak juga ikut jalan biasa. Orang tuanya duduk, si anak juga ikut duduk, atau kadang juga main ayunan di kaki orang tuanya. Sementara si ken, aku jalan, dia lari. Aku duduk, dia manjat kursi. Aku tiduran, dia malah jadiin aku kuda kudaan. Si ken pikir, emaknye ini kuda lumping kali yak?, bukaaan, yang bener emakmu ini kuda nil. Hadehh.



Tapi dugaanku itu langsung dibantah si ayah. Kata si ayah, ken bukan anak hiperaktif akan tetapi hanya aktif saja. Aku pun mengaminkan pernyataan si ayah tersebut. Meksipun begitu aku tetap memikirkan soal keaktifan ken ini. Gelisah cyiinn.

Kegelisahanku sedikit teralihkan, saat aku menyadari si ken belum mencapai satu tahapan perkembangannya yakni belum mulai bermain kosakata di usia 18 bulan.


Saat itulah aku mulai mencari dan menelesuri lalu mendaki gunung melewati lembah, halah, informasi soal 'apa penyebab anak terlambat bicara'. Dan salah satu penyebabnya adalah bisa karena si kecil merupakan anak kinestetik.

Yup, aku pikir begitu. Ken benar benar memenuhi tanda tanda anak kinestetik seperti :
Tidak bisa diam berlama-lama ? iyup, betul sekali.
Rentang perhatian pendek ?. Ho oh. Sulit rasanya menahan si ken untuk mau memperhatikan sebentar sajs apa yang sedang aku atau si ayah jelaskan.
Memiliki kapasitas energi yang tinggi ?. Iya, ken juga begitu. Aku sudah tepar, dia masih kayal kayal.
Memiliki ketrampilan olah tubuh yang baik ?. Ken ahli banget jungkir balik. Bahkan dalam posisi berlari lalu langsung jungkir balik pun dia bisa. Dia juga handal dalam memanjat. Suka ikutan nari breakdance dan sebagainya. Iyup, si ken anak kinestetik.


Andai saja aku sadar dari awal bahwa apa yang ditunjukkan ken melalui keaktifannya yang luar biasa itu merupakan tanda tanda kecerdasan dominan yang dimilikinya, mungkin aku tidak akan menganggap bahwa si ken adalah anak hiperaktif, aku juga tidak akan mengeluh saat si ken beraksi ini itu dan mungkin si ken juga tidak akan terlambat bicara plus tidak dianggap orang nggak bisa bicara karena aku bisa melatih kemampuan bicara si ken menggunakan kecerdasan kinestetik yang amat dikuasai dan disukainya itu.


Ya begitulah, namanya juga polisi india, si govinda selalu datang belakangan kan ?. Begitu juga dengan penyesalan, *halah*. Tapi aku nggak mau donk berlarut larut dalam penyesalan. Jadi aku pun segera memantabkan diri untuk meningkatkan dan mengarahkan kecerdasan kinestetik ken serta terus melatih dan meningkatkan kemampuan bicara ken. Pe Er masih banyak. Semangaaaatttt menatap masa depaaaan.

Deteksi Dini Kecerdasan Si Kecil

Deteksi Dini Kecerdasan Si Kecil ~ Sejak aku sadar bahwa salah satu perkembangan si kecil tidak sama dengan acuan tumbuh kembang anak pada umumnya yakni belum menguasai beberapa kata saat usianya menginjak 18 bulan, sejak saat itulah aku mulai rajin mencari informasi soal macam-macam tipe anak. Tujuan awal aku berburu informasi tersebut tentu saja untuk mencari penyebab mengapa si kecil ken belum juga mulai bermain kosa kata sebagaimana anak usia 18 bulan pada umumnya. Itulah tujuan awalku. Tujuan awal yang semakin menguat tatkala orang orang di sekitar mulai meragukan kemampuan bicara si kecil ken. (Baca : Terlambat Bicara Bukan Berarti Nggak Bisa Bicara ).

Dari sekian banyak orang yang meragukan kemampuan bicara si kecil ken, ada beberapa orang yang selalu meyakinkanku bahwa kemampuan si kecil ken sama dengan anak seusianya. Mereka mengatakan bahwa nanti, jika saatnya sudah tiba, pasti si kecil ken akan menunjukkan kemampuan bicaranya. Pernyataan orang orang positif tersebut tidak asal njeplak begitu saja donk ya, melainkan mereka membawa serta contoh contoh kasus serupa yang pernah mereka jumpai atau mereka alami sendiri. Tuh kan, Allah itu memang Maha Baik. Diantara orang orang beraura negatif yang ada di sekitarku, Dia ngasih segelintir orang positif yang senantiasa mendukungku. Alhamdulillah. Akan tetapi meskipun orang orang positif tersebut mengatakan demikian, aku tetap ingin dan berusaha untuk mengeluarkan kemampuan bicara si kecil ken.

Akhirnya pencarianku membawa hasil. Aku mendapat informasi dari mbah google bahwasanya tipe anak bisa dilihat dari kecerdasan yang paling menonjol yang dimiliki masing masing anak. Sementara menurut Howard sendiri, ada 9 kecerdasan yang dimiliki anak meliputi kecerdasan kinestetik, linguistik, logika matematika, musik, intrapersonal, interpersonal (sosial), visual spasial, moral, dan natural.

Kecerdasan kinestetik ditunjukkan dengan kemampuan si kecil dalam olah tubuh. Handal melakukan kegiatan yang membutuhkan kemampuan untuk menyeimbangkan tubuh, handal melakukan kegiatan yang membutuhkan keberanian, membutuhkan kekuatan energi, dan sebagainya. 

Kecerdasan linguistik ditunjukkan dengan keunggulannya dalam hal penggunaan kosa kata dan komunikatif. Cepat meniru dan cepat paham akan maksud dari kalimat yang ia dengar.

Kecerdasan logika matematika ditunjukkan dengan kemampuan si kecil dalam hal berhitung dan berpikir secara sistematis.

Kecerdasan musik dapat dilihat dari kelihaian anak bermain musik atau membuat lagu.

Kecerdasan intrapersonal dapat dinilai dari kemampuan anak dalam memahami keinginannya sendiri serta tahu tahapan apa yang harus dilakukan untuk mencapai keinginannya tersebut.

Kecerdasan interpersonal ditunjukkan dengan keahliannya dalam bersosialisasi. Ia juga sudah menunjukkan rada kepeduliannya kepada orang lain.

Kecerdasan visual spasial dapat dilihat dari kemampuan si kecil dalam menata, mengatur dan menyusun benda benda.

Kecerdasan moral ditunjukkan dengan kemampuannya dalam menggunakan nilai nilai dan norma norma dalam kehidupannya sehari hari.

Kecerdasan natural dapat dinilai dari ketertarikannya untuk lebih mengenal flora dan fauna.
Berdasarkan kecerdasan yang aku sebutkan di atas, akhirnya aku menemukan kecerdasan yang amat dikuasai si kecil ken yakni kecerdasan kinestetik, mengingat beberapa keahliannya dalam olah tubuh seperti jungkir balik, memanjat, serta berlari kencang.

Setelah mengetahui bahwa si ken masuk dalam tipe anak kinestetik, langkah selanjutnya adalah mendalami materi tersebut. Soal gaya belajar untuk anak kinestetik.

Oleh karena anak kinestetik suka dengan segala hal yang di dalamnya terdapat unsur gerakan. Tidak duduk atau berdiri diam terlalu lama. Maka gaya belajar yang cocok untuk anak kinestetik macam si ken adalah belajar sambil bergerak atau belajar dengan lebih banyak melakukan praktek. Praktek yang dimaksud di sini adalah praktek yang berupa permainan. Bukan praktek seperi di lab. gitu. Nah langkah selanjutnya adalah dengan membuat rencana rencana permainan apa saja, yang akan aku gunakan untuk menstimulus kemampuan ken berbicara atau meningkatkan kecerdasan linguistiknya.

Dengan mendeteksi kecerdasan si kecil ken sejak dini, maka manfaat yang dapat aku peroleh adalah aku jadi lebih tahu apa saja kecerdasan yang dikuasasi si kecil dan kecerdasan apa saja yang belum menonjol sepenuhnya. Kecerdasan yang sudah dikuasai si ken, bisa aku lebih tingkatkan lagi. Sementara yang belum, bisa aku stimulus lalu ditingkatkan juga. Tak hanya itu sih, aku jadi lebih tahu seperti apa metode belajar yang cocok untuk si kecil ke dan aku juga merasa parenting yang aku dan suami terapkan pada si kecil ken menjadi lebih jelas dan terarah. Dan masih banyak lagi deh manfaat lainnya. Akan bermanfaat terus hingga ia dewasa kelak. amin.

Jadi, buibuuu. Yuk kita deteksi kecerdasan si kecil sejak dini. Lalu kita kembangkan dan tingkatkan kecerdasan yang dimiliki oleh si kecil. Mumpung si kecil masih dalam masa golden age. Yoyoyowww, semangaaaattt. :D

Obat Diare untuk Ibu Hamil

Obat diare untuk ibu hamil ~ Diare. Satu kata ini berhasil bikin aku nempel banget sama yang namanya jamban. Terutama saat aku hamil dulu. Dari mulai awal kehamilan, si diare sudah menghiasi hari hari aku. Hanya saja waktu itu aku nggak terlalu sebel gitu dengan kehadiran si diare soalnya kedatangannya membawa kabar gembira. Sebuah kabar yang mengatakan bahwa diare yang aku alami saat itu merupakan tanda-tanda kehamilan *yeayy. Jadi waktu itu, aku biarkan saja diare menemaniku selama kurang lebih 1 minggu hingga akhirnya si diare menghilang dengan sendirinya.

Aku pikir diare hanya akan datang waktu awal awal kehamilanku saja. Nyatanya ?. Nggak. 6 bulan kemudian, saat keluarga tengah mengadakan acara 7 bulanan untuk aku dan calon bayiku, eee si diare tiba tiba datang lagi. Kali ini aku benar benar terganggu dengan kehadirannya. Bayangkan saja nih ya, pas acara 7 bulanan sedang berlangsung, aku nggak bisa fokus ngikutin acara tersebut. Aku malah bolak balik kamar mandi. Nyetor. Hadeehhh.

Karena nggak tahan, aku meminta si ayah untuk mencarikan daun jambu biji. Kenapa aku minta carikan itu dan nggak langsung minum obat diare saja ?. Karena beberapa petunjuk penggunaan obat diare yang aku lihat, pasti ada keterangan begini "tidak boleh dikonsumsi ibu hamil". Oleh sebab itulah aku memilih untuk mencoba menghentikan diare dengan obat-obatan alami saja.

Dapat. Tanpa babibubebo lagi, aku segera mengkonsumsi daun jambu biji tersebut. Loh nggak dicuci dulu ?. Tentu saja aku cuci terlebih dahulu donk daunnya. Emangnya eikeh kambing, langsung makan gitu aja. Sayangnya, cara tersebut tidak berhasil. Diare masih nggak mau pergi juga. Minum teh pahit juga sudah. Tapi nggak terlalu banyak sih. Soalnya takut bayi yang ada di dalam kandunganku terkena kafein yang ada di dalam teh. Trus obatin apa donk ?. Lagi-lagi, aku membiarkan si diare menemaniku kurang lebih selama 3 hari. Dan lagi lagi, ia akhirnya ia hilang dengan sendirinya.

Akan tetapi, di kedatangannya yang ke-tiga kalinya, yakni saat aku tengah hamil tua dan dalam rentang masa hpl, si ayah tidak membiarkannya begitu saja. Ia memutuskan untuk segera mengajakku ke rumah sakit ibu dan anak. Aku pun menanyakan soal alasan ayah yang kali ini ngotot ingin mengajakku ke rumah sakit. Dan jawabannya adalah karena ia khawatir melihat kondisiku yang semakin lemas dan nampak kurus.

Tiba di rumah sakit. Saat itu dokter langsung menanyakan usia kehamilanku dan hpl. Setelah itu dokter mengatakan bahwa diare yang aku alami bisa menjadi tanda tanda aku akan melahirkan. Terulang lagi ternyata. Sama seperti saat masa awal kehamilan dulu.

Setelah itu, dokter langsung meminta bidan untuk memeriksa jalan lahir, dan hasilnya..ternyata..belum pembukaan. Lalu dokter menyuruhku untuk menimbang berat badan seraya menanyakan berat badatku bulan lalu. Kemudian beliau menuliskan sebuah resep obat untukku.

Aku dan si ayah pun segera menebus obat. Jujur, sempat terpana dengan obat diare yang diresepkan untukku. Yaaa, gimana nggak terpana kalau obat diare yang diberikan untukku adalah obat diare untuk anak dan balita. Hadeehhh. Atau jangan jangan, dokter tersebut mungkin mengira aku masih anak anak kali ya, secara wajah aku kan imut banget *huwek.

Alhamdulillah. obat diare untuk anak anak, yang merupakan suplemen makanan yang membantu memelihara pencernaan, tersebut cukup berhasil mengurangi kuantitasku bolak balik ketemu jamban. Jadi bisa dibilang, si diare tetap nempel aku hingga 3 hari setelah melahirkan. Bayangin deh, bisa bisanya nih saat saat kontraksi ee perut ikutan mules pengen segera disetor. Hadeeehhh.

Ya begitiulah, sekelumit, ciee sekelumit, hehe. Ya, sedikit cerita pengalamanku yang ditemani diare hampir di sepanjang masa kehamilanku. Semoga bermanfaat yak. Dan semoga yang sednag hamil nih, diberikan kesehatan serta kemudahan hingga saat melahirkan nanti. amin.
***
Mampir ke sini juga yak. Makasih. Yuhuuuu.

Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

21 Hari Kembali Muda Tanpa Ditunda Pakai Age Revival Theraskin

Mombeb, sejak aku menjadi guru, aku amat peduli dengan penampilan mulai dari wajah hingga pakaian. Sebab penampilan merupakan salah satu car...