Teman Ngeblog Aku

Memang bener apa yang dikatakan para blogger femes nan ngehits selama ini. Bahwa niatkan ngeblog untuk berbagi bukan untuk mencari mani (baca : money). Karena jika niat ngeblog untuk mencari uang dan niat tersebut tidak terwujud, maka yang akan hadir selanjutnya adalah rasa patah arang. Patah semangat. Bahkan bisa sampai kepada rasa putus asa.

Itu yang aku rasakan akhir tahun 2015 kemarin. Putus asa sebab niat juga usaha tak kunjung membuahkan hasil yang aku damba. Tak banyak. Tidak mendamba hasil banyak. Cuma ingin melihat senyum bangga orangtua aja sih. Bahwa niiii, anaknya yang hanya menjadi ibu rumah tangga, bisa menghasilkan duit juga. Bisa sedikit membantu menjaga stabilitas ekonomi keluarga *aseg.

Aku pun sempat mengutarakan keputus-asaanku itu di blogku ini.  Sebuah tulisan yang dibuat dengan berurai air mata dan full emosi. Isinya ya begitu itu. Melow bin selow dan ada amsyongnya dikit sih. Nah rencanaku, setelah tulisan tersebut publish, aku akan mengundurkan diri dari dunia blogging. Beneran. Lalu tulisannya mana ?. Sudah aku hapus *loh. Malu *syukuurrriinn.

Setelah aku publish. Beberapa saat kemudian ada sebuah komentar yang masuk dari mbak Diah Kusumastuti, seorang blogger ngehits dari sidoarjo yang tulisannya sering mejeng di media massa. Komentar dari pemilik blog Berbagi Cerita ini dibuka dengan kalimat :

"Ini mbak inda yang biasanya ceria itu kan ?".

JEDIERRRR

Kalimat dari mbak Diah sungguh benar-benaf menamparku #Plak, dan membuatku sadar dari ke-nyonyoranku *ahay. Mungkin kalau komentar mbk Diah dibuka dengan kata-kata begini : "Yang sabar ya, semangat", tidak akan membawa efek sebegitu besar pada aku yang tengah labil saat itu.

Namun karena mbk Diah membuka komentar dengan kalimat seperti itu, membuat aku langsung 'melihat' ke dalam diri aku sendiri. Merenung. Lalu mencoba bangkit kembali. Membulatkan tekad untuk kembali menekuni dunia blogging lagi. Tentu saja dengan niat yang baru. #ByeByeNiatLama. Sekali lagi makasih banget dah buat mbak Diah yak.

Selain mbak Diah, temen ngeblog aku yang lain adalah mbak ade anita. Sebab mbak ade pernah mencerahkan wajahku *halah, maksudnya aku pernah tercerahkan gegara membaca komentar dari Mbak Ade Anita di postinganku tentang hamil dan asma.

Temen ngeblog aku selanjutnya adalah yang ngasih komentar berisi saran berharga kepadaku, mengenai penulisan dan penyajian foto di postingan yang aku buat. Yakni mbak Lusi Tris, mbak Ophi Ziadah, mbak Inayah, dan mbak Beauty Asti.

Lalu temen ngeblog aku berikutnya adalah semua blogger yang sudah meluangkan waktunya untuk main-main ke blogku yang assolole ini. Berkat kunjungan serta jejak yang kalian tinggalkan di kolom komentar, membuat performa blog aku menjadi lebih baik. Dari yang tidak terdeteksi google, menjadi berhasil masuk dalam chart ampuh google. Meskipun baru beberapa postingan aja sih. Tapi aku sudah seneng banget loh. Katrok ya. Hehe.

Bagiku, teman itu, baik di dunia nyata maupun di dunia blogging yang jelas bukan dunia lain, adalah siapapun yang membuat aku menjadi pribadi yang lebih baik serta memotivasi aku untuk menghasilkan karya yang baik juga bermanfaat. Siapapun itu. Termasuk kamu yang lagi baca tulisan ini. *ciecieeee *cuitcuiiitt. :D

***
"Tulisan ini diikutkan dalam Irly & Diah's GA Collaboration: Teman Nge-Blog" 

Tentang Menstimulasi Kecerdasan Logika Matematika

Sebagaimana yang aku tulis beberapa tahun yang lalu *halah. Maksudnya di postingan aku tentang menstimulasi kecerdasan naturalis si kecil. Bahwa disamping beberapa kecerdasan yang lebih menonjol (kecerdasan kinestetik, kecerdasan musikal, dan kecerdasan visual spasial) ada beberapa kecerdasan yang kurang menonjol. Salah satunya adalah kecerdasan logika matematika. Bibitnya sudah ada sih (mampu melakukan sesuatu secara sistematis, dan suka bereksplorasi), tinggal dipupuk sedikit aja. Jadi deh. Hehe.

Kecerdasan logika matematika itu sendiri menurut Howard Gardner adalah Kecerdasan yang melibatkan kemampuan menganalisis masalah secara logis, menemukan atau menciptakan rumus-rumus atau pola matematika, dan menyelidiki sesuatu secara ilmiah.

Cara aku menstimulasi kecerdasan logika matematika si kecil ken tentu saja nggak seperti di sekolah donk ya. Di rumah mah bebas. Kapan saja. Disesuaikan dengan kehendak hati si kecil ken aja. Biasanya sih saat si ken sedang kelihatan semangat belajar. Saat itu aku tawarin deh beberapa stimulus kepada si kecil ken. Nanti dia tinggal pilih mau stimulus yang mana. Suka-suka dia lah yah. #yaiyalah.

Namun sebelum memulai menstimulasi kecerdasan logika matematika si kecil ken, ada beberapa hal yang harus aku lakukan terlebih dahulu nih yah antara lain :

Kenali gaya belajar si kecil
Yup, dengan mengenal gaya belajar si ken aku jadi tahu seperti apa cara hingga alat peraga yang akan aku gunakan untuk menstimulasi kecerdasan logika matematika kepada si kecil ken. Gaya belajar si ken sendiri adalah kinestetik dan visual.


Oleh sebab itu aku mengenalkan simbol angka kepada si kecil melalui melihat video klip. Sementara berhitung, aku lebih fokus pada  kinestetiknya. Seperti berjalan menyusuri anak tangga sambil berhitung dan sebagainya. Sederhana saja. Urusan paham nggaknya belakangan deh. Yang penting si ken suka dan kenal dengan kegiatan tersebut.

Menyusuri anak tangga sambil berhitung ~ gaya belajar kinestetik

Kenali kecerdasan dominan yang dimiliki si kecil
Kecerdasan dominan si ken adalah kinestetik, visual spasial dan bermusik. Nah kecerdasan dominan ini aku pakai untuk menstimulasi kecerdasan logika matematika si kecil ken. Jadi kecerdasan logika matematikanya dapet tapi tidak menutup/mengurangi kecerdasan kinestetik, bermusik maupun visual spasial si ken. Malah bisa meningkatkan kecerdasan dominan tersebut.


Seperti memanfaatkan kecerdasan bermusik si ken. Nah karena si ken suka menikmati musik sambil nonton video klipnya jadi aku mencoba menggunakan ini untuk mengenalkan simbol-simbol angka kepada si ken.

Mengenalkan simbol angka dg menonton video klip
Aku juga memanfaatkan kecerdasan visual spasial si ken. Karena ia suka menggambar jadi aku ajak aja menggambar angka (Menggambar ya. Bukan menulis). Eeee dia mau ternyata. Dan sekarang alhamdulillah. Si ken sudah kenal betul dengan angka 1-10 lalu sekarang lanjut ke 11-20.

Menggambar angka ~ memanfaatkan kecerdasan visual spasial

Kenali ekspresi si kecil
Karena ini bukan kecerdasan dominan si kecil ken, menurutku nih, ini bukan menjadi minat si ken. Jadi aku maklum betul jika si ken nggak ingin menghabiskan waktu lama dengan kegiatan berhitung, mengenal angka, dan segala yang berhubungan dengan logika matematika.


Oleh sebab itu aku mewajibkan diri untuk kenal betul dengan ekspresi si ken seperti ekspresi tanda tanda dia tidak mau hingga jenuh. Aku nggak mau donk ya meninggalkan kesan tidak enak kepada si kecil ken saat distimulasi kecerdasan logika matematikanya. Malah berabe donk kedepannya nanti. Jadi sebelum dia berkata "Tidaaakkkk", aku sudah menghentikan kegiatan tersebut.

Ketahui benda/makanan yang disukai si kecil
Ini salah satu jurus ampuh sih yah. Sejauh ini, mau menstimulasi apa aja pakai benda kesukaan si kecil pasti berhasil. Yang jadi masalahnya mah kesukaannya si ken cepet berubah.


Siapkan aneka permainan 
Anak kecil pasti suka yang namanya bermain. Aku aja suka #GakAdaYangNanyak. Jadi ya aku nyiapin aneka macem permainan dah buat si kecil ken. Main apa aja wes, yang penting jangan main perasaan aja *halah.

Bermain sambil berhitung
Menstimulasi kecerdasan logika matematika ini menurutku penting sih karena ada beberapa manfaat yang nantinya bisa si ken rasakan (karena aku juga sudah merasakannya, #AhMasak #AhIya) antara lain :

1. Melatih pola pikir dan analisa si ken.
Karena kecerdasan logika matematika nggak melulu soal sempoa alias hitung-hitungan saja. Melainkan juga melatih pola pikir si kecil dan mengasah kemampuan menganalisis si kecil. Koq kayaknya berat gitu yah. Nggak. Nggak berat koq, masih lebih berat bb aku koq. hehe.


Misalnya ia ingin mengetahui ada berapa varian buah-buahan yang ada di dalam kulkas. Maka proses yang harus dilalui adalah mengelompokkan buah-buah tersebut lalu dihitung deh. Misalnya lagi nih, saat si kecil ingin membuat lego seperti yang ada digambar. Maka langkah yang harus ia lakukan adalah membaca petunjuk penyusunan lalu menyiapkan bahan bahan legonya. Kemudian baru disusun. Seperti itu.

2. Cakap berhitung
Sampai kapanpun aktivitas berhitung ini pasti dipakai oleh siapapun. Baik itu akademisi, hingga ibu rumah tangga seperti aku ini. Jadi dengan kecakapan berhitung, nantinya, akan memberikan si ken kemudahan dalam menjalankan aktivitasnya. Apapun aktivitas si ken nanti.


3. Pandai menemukan solusi atas persoalan yang ia hadapi
Jika pola pikirnya sudah terasah dan ia mahir menganalisis sesuatu, maka selanjutnya adalah ia pandai menemukan solusi. Aku harap sih si ken begitu nantinya. amin.


Lalu untuk apa sih aku menstimulasi kecerdasan logika matematika si ken sejak ia usia dini. Alasanku adalah :

Untuk memberikan kesan pertama bagi si ken dalam belajar logika matematika. Jadi jika suatu saat nanti si ken bertemu dengan sesuatu hal (entah guru matematikanya yang galak atau ditolak gadis pakar matematika) yang tak enak soal matematika, si ken nggak bakal bermuram durja *aseg. Karena kesan pertama belajar matematika (bersamaku) terasa menyenangkan *halah.

■ Jika suatu saat nanti si ken ketemu dengan kesulitan dalam belajar matematika dikarenakan proses belajar mengajar yang tidak diperuntukkan untuk anak dengan gaya belajar kinestetik dan visual. Maka si ken sudah paham solusinya. Ia sudah bisa memahami matematika dengan caranya sendiri.

Hanya untuk memanfaatkan masa masa golden age si ken saja. Yang di usianya saat ini, 3 tahun 4 bulan, diperkirakan ada 1000 T syaraf yang berkembang. Di buku SEG sih begitu. Eman kan kalau masa briliannya begini hanya untuk melatih kecerdasannya yang paling dominan saja. Padahal ia memiliki kemampuan yang superior. Jadi tak jadi masalah lah yah. Asalkan menstimulasinya dengan cara yang benar aja. Tanpa paksaan.

Hanya mengenalkannya saja kepada si kecil ken. Tanpa target apapun. Apalagi target agar ia jadi sejenius aljabar atau einstein. Tidak.

Sebagai Orangtua, kita kan cuma bisa ngasih bekal yang baik baik aja tho. Terserah si kecil mau memilih yang mana. Apakah ia ingin mengembangkan salah satu atau semua kecerdasan dominannya. Atau mungkin tiba tiba tertarik mengembangkan kecerdasan naturalis atau kecerdasan lainnya. Lagipula bukankah kecerdasan majemuk itu digambarkan oleh Howard seperti sebuah lingkaran utuh ?. Iya kan ?.
Facebook  Twitter  Google+ Yahoo

21 Hari Kembali Muda Tanpa Ditunda Pakai Age Revival Theraskin

Mombeb, sejak aku menjadi guru, aku amat peduli dengan penampilan mulai dari wajah hingga pakaian. Sebab penampilan merupakan salah satu car...